All Chapters of Between Revenge and Love: Chapter 21 - Chapter 30
67 Chapters
MULAI DEKAT
Lukman dan rombongannya tiba di kediaman Adimas hampir mendekati tengah malam. Perjalanan yang dilakukan tadi siang cukup melelahkan bagi mereka. Untung saja, tidak terjadi kemacetan yang berarti.Lukman turun dari mobilnya. Liam dan Sardi juga turun dari mobil yang berada tepat di belakang Lukman. Pandangan mereka saling bertemu, Sardi memberikan kode kepada Lukman untuk mengatakan sesuatu pada Liam.Lukman mengedipkan matanya sekali kepada Sardi. Ia berjalan menghampiri Liam yang masih berdiri di samping mobil yang ditumpanginya tadi. Sardi melarang Liam untuk mengangkut barang karena ia tahu kalau Liam sedang terluka.“Liam, kamu bisa tidur di kamar yang berada di samping garasi. Samuel kebetulan tidak datang karena ada beberapa urusan keluarga yang mesti diselesaikan.” Lukman menawarkan sebagai tanda terima kasihnya karena telah menyelamatkan Sardi.Tanpa sepengetahuannya, Sardi sempat memberitahukan Lukman kalau Liam mendapatkan luka leba
Read more
NYARIS MATI
Liam memarkirkan mobilnya di halaman depan sebuah ruko kecil yang letaknya tak jauh dari pemakaman tadi. Ruko tersebut merupakan kedai kopi pertama yang mereka jumpai saat perjalanan pulang.Saat ia hendak membuka pintu mobilnya untuk memesan kopi di dalam, Andini menghalanginya. “Biar aku saja. Kamu boleh duduk di sini. Kamu mau apa, Liam?”“Kopi hitam.”“Espresso atau americano?”“Apa saja.”Andini turun dari mobil. Seorang barista laki-laki terlihat sedang meracik kopi pesanan pelanggan yang sudah berada di dalam lebih dulu. Ia mendorong pintu kaca yang selalu dilap dan dibersihkan, terbukti tak ada bercak atau bekas yang menempel di sana.Saat Andini melangkahkan kaki kanannya di dalam, sebuah lonceng kecil yang berada tepat di atas kepalanya berbunyi. Sang barista pun akhirnya mengangkat kepalanya dan memberikan salam serta menunjukkan wajah yang sangat ramah.“Selamat pagi, K
Read more
PENOLONG
Liam memarkirkan mobilnya di halaman depan sebuah ruko kecil yang letaknya tak jauh dari pemakaman tadi. Ruko tersebut merupakan kedai kopi pertama yang mereka jumpai saat perjalanan pulang.Saat ia hendak membuka pintu mobilnya untuk memesan kopi di dalam, Andini menghalanginya. “Biar aku saja. Kamu boleh duduk di sini. Kamu mau apa, Liam?”“Kopi hitam.”“Espresso atau americano?”“Apa saja.”Andini turun dari mobil. Seorang barista laki-laki terlihat sedang meracik kopi pesanan pelanggan yang sudah berada di dalam lebih dulu. Ia mendorong pintu kaca yang selalu dilap dan dibersihkan, terbukti tak ada bercak atau bekas yang menempel di sana.Saat Andini melangkahkan kaki kanannya di dalam, sebuah lonceng kecil yang berada tepat di atas kepalanya berbunyi. Sang barista pun akhirnya mengangkat kepalanya dan memberikan salam serta menunjukkan wajah yang sangat ramah.“Selamat pagi, K
Read more
TAK INGIN TERULANG
Andini menekan pedal gas mobil yang dikendarainya dalam-dalam. Kecepatan mobil itu bertambah dalam waktu beberapa menit. Di sampingnya, Liam terbaring lemah. Rautnya pucat pasi, bibirnya pun ikut memucat.Sesekali, ia mendengar rintihan keluar dari bibir Liam. Tubuh lelaki itu meringkuk, menahan sakit luar biasa pada tubuhnya. Luka dalam yang belum sembuh itu harus dihantam lagi dengan sebuah tendangan.Mengambil alih kemudi sambil bertarung dengan panik membuat Andini tak takut lagi untuk meningkatkan kecepatan. Sesekali kepalanya menoleh ke arah Liam, wajah laki-laki itu sangat pucat dan berbeda dari biasanya.“Liam, kamu harus bertahan!” Tanpa disadari, tangan kiri Andini menggenggam erat tangan kanan Liam yang terkulai ke bawah. “Kamu tidak boleh mati!”Apa pun kendaraan yang menghadang, diterabasnya tanpa segan. Sebentar, ia membanting stir kemudinya ke kanan. Lalu, sejurus kemudian, posisi mobilnya telah berada di kiri jalan.
Read more
SEBUAH PELUKAN
Dokter Anthony membawa berkas hasil rontgen Liam ke kediaman Adimas. Di sana, ia menjelaskan bahwa rusuk Liam ada yang patah. Dokter Anthony adalah dokter keluarga Adimas yang telah mengabdi selama kurang lebih sejak Andini masih berusia balita.Kini, ia telah memiliki sebuah rumah sakit yang cukup besar, memiliki pasien dari keluarga kaya raya, termasuk keluarga Adimas.“Jadi, bagaimana untuk pengobatannya?” tanya Adimas setelah mendengarkan penjelasan dari dr. Anthony tersebut.“Perlu pemulihan sekitar 1 sampai 2 bulan. Tergantung kondisi tubuhnya. Setiap tubuh pasti mempunyai proses pemulihan yang berbeda-beda.”“Apa tidak perlu dilakukan tindakan seperti operasi atau semacamnya?”“Sejauh ini tidak perlu, Bang. Kondisi tulangnya tidak bergeser dan bergerak dari tempatnya, jadi sangat aman untuk dilakukan perawatan di rumah saja.”Percakapan mereka yang membicarakan Liam ternyata didengar jug
Read more
BARA
Cakrawala malam ini sangat hitam. Tak ada gemintang yang menampilkan setitik terang. Adimas dan pasukannya telah siaga di tempat masing-masing. Kali ini, ia yang akan turun tangan langsung untuk menghabisi nyawa orang yang telah berani-beraninya mendekati Andini.Tempat persembunyian Bara cukup jauh dari permukiman penduduk. Butuh waktu sekitar lima belas menit berjalan kaki untuk tiba di sana. Tak ada jalan bagi kendaraan untuk masuk.“10 menit lagi kita akan masuk, harap bersiap! Semuanya mesti siaga!” perintah Adimas.Setelah semuanya siap, penyergapan langsung dilakukan. Mereka berjalan perlahan dengan derap langkah yang nyaris tak terdengar. Adimas memimpin langsung, menjadi garda paling depan dalam penyerangan ini.Tubuh Adimas telah dikenakan rompi anti peluru. Revolver kesayangannya telah menggantung di ban pinggang.Suara jangkrik menjadi latar musik perjalanan mereka. Tak ada orang yang lewat, hanya alang-alang dan pohon yang
Read more
RUANG BAWAH TANAH
Lewat jalan setapak yang tertutup gulma setinggi tubuhnya, Liam mencari-cari kemana mobil Wrangler dan moge hitam itu berhenti. Suara menapak kakinya beradu dengan gemerisik rumput-rumput dan kerikil yang terinjak alas kakinya. Ia bertekad akan terus berjalan sampai ia menemukan mereka.Makin menyusuri, makin ia mengetahui kalau wilayah Adimas sangat luas dan tidak terduga. Berderet pohon sengon di sepanjang wilayah itu.Pencariannya terhenti ketika ia melihat mobil Wrangler hitam itu terparkir di depan sebuah bangunan kecil berbentuk toilet. Nampak Sardi sedang berdiri di depan kap mobil tersebut seolah mengunggu sesuatu.Tak lama kemudian, muncul dua orang dari bangunan kecil itu dan seraya membawa karung yang entah berisi apa, lalu memasukkannya ke dalam mobil.“Apa yang mereka lakukan di sana?” Liam bertanya-tanya sendiri. Kebetulan, ia mengantongi ponsel di sakunya. Ia segera mengambil ponsel itu dan berusaha menyampaikan informasi terseb
Read more
TITIK TERANG
Pagi-pagi sekali, Liam dan Samuel terjaga bersama. Samuel merentangkan tubuhnya untuk merelaksasikan otot-otot diselingi dengan mulutnya yang menguap.“Ah, segarnya tubuh ini!” Samuel beranjak dari kasur. Ia menyatukan kedua telapak tangannya, kemudian merentangkan lengannya sejurus dengan dada.“Bagaimana tidurmu, nyenyak?” tanya Liam. Matanya menerawang kedua mata Samuel saat pandangan mereka bertemu.“Tentu saja. Bagaimana denganmu?”“Semalam terbangun dan sempat keluar untuk buang air.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Liam mengawasi dan memperhatikan ekspresi yang muncul dari wajah Samuel.“Benarkah? Saya tidak tahu sama sekali. Apa kau tidak nyaman karena satu kamar dengan orang asing?”“Mungkin,” jawab Liam sambil menampilkan seutas senyum tipis pada bibirnya.“Saya harap kita bisa menjadi rekan kerja dan teman yang baik,&r
Read more
MENANTU IDAMAN
Range Rover Evoque keluaran terbaru terhenti di garasi depan rumah Adimas. Mobil kelas premium yang tak pernah bisa dimiliki oleh kalangan menengah ke bawah dapat dengan mudah dibeli oleh mereka yang memiliki segalanya termasuk Adimas.“Mobil siapakah itu?” ucap Tama kepada Liam, Dave, dan Hendri. Kebetulan mereka berempat sedang berkumpul di bangku taman depan halaman. Hendri yang biasanya membuntuti kemana saja Samuel berada, kali ini tak melakukan kegiatannya tersebut.“Yang pasti bukan mobil kita,” jelas Dave dengan tatapan terpesona. Kilau dari badan mobil tersebut membuatnya ingin cepat-cepat menjadi kaya seperti mencuri uang negara atau menjual narkoba. “Kapan ya kita bisa memiliki mobil seperti itu?”“Kalau mau berusaha, pasti kita bisa memilikinya,” kata Hendri. “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Beberapa tahun kemudian, aku pasti akan memilikinya!”“Jelas, itu sudah terba
Read more
RAGU-RAGU
Setelah beristirahat beberapa jam, Lukman terbangun dari tidurnya. Rasa kantuk belum sepenuhnya hilang. Lebih dari dua puluh empat jam dirinya terjaga dan tak sempat untuk terlelap walau sebentar saja.Kedua tangannya direntangkan semaksimal mungkin. Otot-otot pada tubuhnya masih terasa kaku. Perjalanan yang ia lakukan selama di Jambi dan rute perjalananan yang tak bersahabat membuat seluruh tubuhnya menjadi tegang.Kepalanya pun masih terasa sakit. Berada di medan yang asing baginya adalah pekerjaan yang cukup melelahkan. Namun, semua kerja kerasnya itu terbayar saat ia berhasil mencari lahan ganja milik Bara dan memperluas usaha Adimas.“Bagaimana istirahatmu?” tanya Adimas seraya memberikan gelas champagne berisi wine kepada Lukman.“Lumayan mengembalikan tenaga, Bang. Terlebih kalau ditambah ini,” Lukman mengangkat gelas champagne yang baru saja diterimanya sejajar dengan matanya. Ia menyesap wine itu dengan sek
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status