All Chapters of Between Revenge and Love: Chapter 51 - Chapter 60
67 Chapters
DUGAAN YANG BENAR
Liam menatap nanar Andini yang masuk ke dalam tanpa sekalipun berbalik dan melambaikan tangan. Biasanya, kedua hal tersebut selalu didapatinya. Mungkinkah ia salah kata?Andini menangis sejadi-jadinya. Ia merasa bahwa harapannya untuk menikah dengan Liam hanya angan belaka. Apa yang diimpikannya sulit untuk terwujud.“An Sayang, jangan lupa makan.” Liam mengirimkan pesan kepada kekasihnya setelah ia melihat lampu kamar Andini telah dinyalakan. Matahari mulai kembali ke peraduannya. Liam segera masuk ke dalam mobil CR-V miliknya dan bergegas menuju suatu tempat. Malam ini, ia telah berjanji untuk bertemu dengan Pak Leo.Satu jam mengemudi dengan kecepatan 60 km/jam, akhirnya ia sampai pada sebuah persimpangan. Mobilnya tetap berjalan lurus ke depan hingga jalanan itu mulai menyempit dan tidak bisa dilewati mobil. Di samping kiri dan kanannya berderet pohon sengon yang rapat. Hanya kendaraan roda dua yang bisa melewatinya.
Read more
TIM
Adimas menatap langit dari jendela ruangannya. Wajahnya begitu seksama. Setiap kalimat demi kalimat yang terdengar dari Hendri di seberang sana, didengarkannya baik-baik. Apa pun yang terjadi, dia harus menyelamatkan Ali. Ia masih ingat dengan kalimat permohonan Ali saat meminta pengampunan. Ali memiliki seorang putri dan itu mengingatkannya pada Andini. “Saya perlu beberapa orang, Pak,” ucap Hendri di seberang sana. Ia masih duduk di motor sewaannya di tengah gelap tanpa penerang.“Menurutmu, siapa saja yang layak untuk diajak?” tanya Adimas. Ia tak ingin misi penyelamatannya gagal. “Misi ini harus berhasil. Saya tidak ingin Ali kehilangan nyawanya.”Di ujung sambungan itu, Hendri tertegun. Sepatah kata pun tentang keterlibatan Liam terhadap penculikan Ali belum disampaikannya. Ia hanya menyampaikan kondisi nyata bagaimana medan yang harus ditempuh dan juga kebutuhannya terhadap orang-orang kuat.
Read more
UPAYA PENYELAMATAN
Pukul dua dini hari, Hendri bersama timnya bersiap untuk menyelamatkan Ali. Dengan peralatan yang lengkap, dua mobil menggilas aspal dini hari tadi. Secepat mungkin mereka harus bisa menyelamatkan Ali.Medan yang ditempuh cukup merepotkan. Kurangnya lampu penerang di daerah minim pengendara melintas, membuat mereka harus berhati-hati.Di kursi pengemudi, Sardi memasang wajah dingin di sebelah Hendri. Meski kejadian telah berlalu beberapa jam, muntab masih ia rasakan. Rasanya tak adil mengikuti ucapan yang menurutnya bocah kemarin sore.Dalam diamnya, Hendri tahu kalau Sardi masih memendam dan menahan amarah demi misi yang harus mereka lakukan bersama-sama.“Pak..,” kata Hendri berusaha memecah keheningan yang terjadi. Dia tahu batasan dan tak ingin menjatuhkan harga diri Pak Sardi sebagai kepala pengawal yang paling disegani. “Setelah misi ini berhasil, saya tidak akan menolak perintah Pak Sardi lagi. Tolong sekali ini sa
Read more
PASRAH
Tak ada bendera kuning yang menandakan hadirnya berita duka di salah satu rumah di permukiman padat penduduk itu. Keluarga kecil itu hanya tahu kalau Ali bekerja cukup keras untuk menghidupi anak dan putri kecilnya.Adimas beserta anak buahnya berjalan dan menghampiri mereka untuk memberitakan kematian itu. Berita duka tersebut harus segera disampaikan, tidak boleh ditunda karena cepat atau lambat, semua kebohongan pasti akan terbongkar.Berita kepergian Ali yang telah pergi untuk selama-lamanya akhirnya didengar sendiri oleh sang isteri.Adimas diam saja saat isteri Ali mengutukinya serta berupaya untuk memukulnya. Ia menyadari kalau kematian Ali memang kesalahannya. Tidak ada manusia yang senang mendapatkan sebuah ujian. Namun, sebagai manusia dewasa dan pemimpin Ali, ia sadar—kematian Ali adalah salahnya.Ia akan membalaskan kematian Ali. Pasti. Ia tak akan membiarkan mereka yang membunuh Ali hidup tenang. Sardi pun harus dilarikan ke
Read more
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebagai bentuk ucapan terima kasih karena bersedia mengirimkan dua orang demi menyelamatkan orang kepercayaannya, setelah menyelesaikan urusannya dengan keluarga Ali, Adimas bertolak ke perusahaan A&B Guard. “Walaupun misi ini gagal, kita harus memberikan apresiasi kepada Hasan,” ucap Adimas.“Abang datang langsung?” Lukman memastikan. Perilaku Adimas yang hendak mendatangi Hasan langsung membuatnya sedikit terkejut. Selama ini, kalau tidak bertemu dengan kolega bisnis yang menghasilkan banyak uang seperti Demian, ia jarang sekali bertemu langsung dan mau menyempatkan waktunya untuk sekedar bertegur sapa.Adimas paham dengan warna suara orang kepercayaannya itu. Dirinya sendiri pun tak mengerti apa yang ia lakukan. Ia hanya ingin berterima kasih. Itu saja. Tak lebih. Sepuluh tahun Hasan membantunya untuk menemukan orang-orang yang tepat, mungkin inilah waktunya ia menghargai setiap usaha yang diberikan Hasan untuknya.
Read more
PENJELASAN
Pak Leo tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya saat melihat berita di televisi terkait meledaknya bom di sebuah rumah tua yang sangat ia kenal. Matanya terus menatap televisi itu seolah ia tak percaya dengan apa yang terjadi. Semalam, ia baru saja meninggalkan Ali sendirian di sana. Bersama dua anak buahnya, ia bergegas kembali karena mendapatkan tugas baru dari atasannya. Berkas-berkas yang berisi bukti permainan kotor Adimas telah siap di meja kerjanya untuk diproses. Melihat berita tersebut, ia memutuskan untuk menunda dan memastikan sesuatu. Adimas segera menuju parkiran mobil dan menginjak pedal gasnya dalam-dalam. Kenapa Ali bisa mati secara mendadak. Apakah Hasan bermain di belakang dan berbuat di luar sepengetahuannya? Kecepatan mobil yang dikendarainya makin tak bisa dikendalikan. Sejenak ingatan akan janji yang diucapkannya kepada Liam terngiang-ngiang di kepala. Gerak mobilnya meliuk ke kanan dan kiri untuk memotong m
Read more
MUNGKIN DAN TAK INGIN MENYESAL
Samuel datang kembali ke rumah Adimas dengan wajah sumringah. Apalagi alasannya kalau bukan sang ayah mengundang Andini untuk makan malam bersama di rumah mereka. “Serius, Pa?” tanya Samuel memastikan. Ia tak mampu menyembunyikan bahagia di wajahnya. Sebab, apa yang dilakukan ayahnya bukanlah ayah yang ia kenal.“Hmm,” gumam Hasan. “Apa kamu tidak mau mengajak Andini makan malam dengan kita?” Hasan menggoda anak pertamanya itu. Ia tahu, sudah lama sekali Samuel menginginkan Andini sebagai pasangan sejatinya.Ia juga tahu kalau Andini hanya menganggap anaknya sebagai sahabat saja. Karena itu, sebagai ayah—ia harus mampu menengahi agar Samuel tidak hanya bermimpi memiliki Andini, tetapi benar-benar memilikinya.“Ah, Papa!” Samuel bertingkah bak anak kecil yang senang dituruti keinginannya. Kebahagiaanya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Pokoknya, dia sangat bahagia. “Sam pastikan Andini
Read more
DILEMA
Di halaman parkir kampus.Perasaan bersalah begitu menghantui Liam. Ia menatap sendiri pakaian yang dikenakannya saat ini. Kemejanya tak terkancing dengan benar. Wejangan yang diberikan pada kedua orang tuanya, habis dibabat karena nafsunya sendiri. “Kamu kenapa?” Andini paham betul dengan ekspresi Liam. Rasa bersalah terpampang jelas di wajahnya.“Tidak apa-apa.”“Kamu pernah melakukannya?” tanya Andini lagi. Lugu tapi cukup mengejutkan. Itulah gambaran Liam di kepala Andini. Liam tidaklah polos seperti yang ia kira selama ini. Ia mengerti beberapa adegan dan sedikit bisa memuaskannya. “Tidak,” tepis Liam tegas. “Aku pernah menonton video bersama teman-teman saat masih SMA. Yaaaahhh,” helaan nafasnya terdengar cukup jelas. Andini dibuat menginginkan momen itu lagi. “Menjadi remaja adalah proses pencarian jati diri. Inilah kali pertamaku melakukannya.”An
Read more
MEMBISU
Sepanjang perjalanan meninggalkan kampus, Andini tak bicara satu kata pun. Fokusnya hanya menyandarkan kepala di dada Liam dan khusyuk berdoa kepada Tuhan agar waktu berhenti sementara.  Sebentar lagi, hidupnya akan kosong. Sangat kosong. Seluruh pengisi di relung hatinya akan menguap percuma. Apa yang diimpikannya selama hidup, tidak ada yang berjalan dengan lancar. Hidupnya bagai sangkar. Seharusnya ia tidak perlu dilahirkan jika Tuhan tak mengizinkannya untuk memilih jalan hidup yang diingininya. Liam sesekali mencuri pandang ke arah kekasihnya itu. Sebagai lelaki, ia tidak begitu mengerti dengan perasaan wanita. Lagi pula, di hari yang sama, ia baru saja melakukan dosa besar. Hal yang selama hidupnya diharapkan kedua orang tuanya untuk tidak dilakukan. Ia memohon ampun dengan sangat. Meminta maaf sebesar-besarnya kepada kedua almarhum. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan yang bisa dibilang cukup lambat. Untuk mendukung su
Read more
SEBUAH TEKAD YANG TERHALANG KEADAAN
Andini menyadari, berharap pada orang lain hanya akan berujung pada kekecewaan. Tidak ada manusia di dunia ini yang mampu menyelesaikan masalah pada dirinya selain dirinya sendiri.  “Untuk apa aku berharap pada orang lain. Ujung-ujungnya, yang kudapatkan hanyalah kekecewaan yang teramat.” Andini berucap pada diri sendiri. Saat ini, ia sedang terduduk lemas di tepi kasur dan tak berniat melakukan apa pun. Ia melirik jam dinding di kamar. Satu setengah jam lagi, Samuel akan menjemput mereka. Satu setengah jam lagi, bagi Andini, dunia sesungguhnya akan terjadi. Dunia yang sebenarnya tak diinginkannya.Menjadi tua ternyata perkara menakutkan. Seandainya saja, usianya saat ini masih merujuk pada angka belasan, mungkin ia bisa menolak dan berdalih akan menemukan pasangan hidup sendiri. Kini, usianya telah berada di penghujung dua puluh lima tahun. Sebentar lagi, satu angka akan bertambah di belakang.Ia menyesal tidak pernah bek
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status