Share

3. Kecurigaan tak berujung.

Awalnya Risha sudah lelah dan jenuh meladeni dua manusia yang telah ia tolong selama beberapa hari ini. Tapi dia hanya bisa pasrah dan masih memberikan segala keperluan dua manusia yang sekarang tinggal di kamarnya. 

Risha orang yang menjunjung tinggi prinsipnya. Jika ia sudah menolong seseorang ia akan membantu sebisanya dan semampu mungkin dengan tanpa pamrih, serta dia juga tipe orang yang pantang menyerah. Apapun yang dia lalui dan dia mulai maka sekuat tenaga dia akan berusaha menyelesaikannya, itu prinsip yang di pegang teguh Risha selama ini.

Seperti saat ini,  dia bisa saja meninggalkan dua manusia bar-bar dan arogan yang sekarang tinggal di penginapan yang ia jaga serta mengusir mereka seketika, tetapi nyatanya tak pernah ia lakukan.  

Tapi sebetulnya dia masih bertanya-tanya siapa kedua orang itu? Dilihat dari luka mereka kemarin itu bukan luka akibat perampokan atau tindak kejahatan tapi itu bekas luka berkelahi dengan orang banyak bahkan bisa disebut dikeroyok secara massal.  Tapi dari media cetak, media elektronik bahkan di sosial media tak satu pun yang memberikan berita tentang kejadian yang menimpa kedua orang yang ia tolong itu. Karena dilihat dari paras kedua laki-laki yang ia tolong mereka bukan orang asli dari negara yang ia tinggali.

Sedangkan kejahatan yang melibatkan Warga Negara Asing di kota ia bekerja bahkan di Negaranya adalah tindakan yang sangat dilindungi undang-undang.  Jadi Risha merasa sedikit aneh dan bertanya-tanya tapi dia berusaha bersikap tenang dan senatural mungkin agar tak menimbulkan kecurigaan. 

Sudah tiga hari Risha mengantarkan keperluan obat-obatan dan makanan rutin kepada Edward dan Sammuel di kamarnya, bahkan dia rela tidur di gudang jika malam tiba. Kerena kamar yang biasa dia tempati di pakai oleh kedua manusia asing yang bar-barnya diatas rata-rata menurutnya.

Keesokan harinya di restoran tempat Risha bekerja.

"Eehh Ris, kenapa leher mu?" ucap Sisil yang mengetahui plaster di leher Risha berair dan berubah warna. 

 "Apa luka karena jatuh kemarin masih belum Sembuh? Parahkah? Coba di periksain, gih! Takutnya infeksi, lu juga sih! Jadi orang jangan rajin-rajin amat lah,  bersih-bersih gudang sampai tertimpa tangga. Uda tau itu tangga uda usang, banyak paku yang sudah berkarat. Cepet pergi periksa gih,  kamu keliatan pucat banget lho," cecar Sisil yang khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.

"Sudah gak kenapa-kenapa kok, mungkin aku lagi capek aja jadi kelihatan pucat," jawab Risha sambil meraba lehernya yang terdapat luka yang sudah tertutup plaster luka berukuran besar. Terasa nyeri dan sakit sebetulnya tapi tak dihiraukan Risha. Dia teringat bahwa sudah dua hari dirinya tak mengganti Plaster dan mengobati lukanya dikarenakan kesibukannya yang bertambah dikarenakan merawat dua manusia bar-bar tingkat dewa itu.

"Eehh, besok giliran kamu libur, kan? Kamu uda tiga minggu gak libur gara-gara gantiin shiftnya si Mela. Biar nanti gua yang ngomong ke Pak Dandi, biar Mela gak alibi terus. Bosan denger Alibi dia terus, biar gak bayar utang liburnya. Yang ada malah temannya yang lain pada tepar semua gara-gara gak ada waktu buat istirahat," keluh Sisil yang diangguki pelan oleh Risha sambil tersenyum tipis.

"makasi ya, Sil," jawab lirih Risha sambil meneruskan mencuci piring sambil sesekali mengelap keringat dingin yang terus menetes dari keningnya. 

Akhirnya Risha mendapat ijin libur selama 4 hari setelah Sisil menjelaskan ke Pak Dandi pemilik Restoran ia bekerja dan penginapan tempat Risha tinggal dan sekaligus tempat kerja paruh waktu Risha selain berkerja di Restoran.

Keesokan paginya.

Sudah pukul 9 pagi tapi tak ada tanda-tanda Risha datang memberi sarapan ke kamar Edward dan Sammuel seperti biasanya.

Kondisi Edward pun sudah pulih dan bisa bejalan dengan lancar, walau harus menahan rasa sakit yang sesekali datang akibat lukanya yang belum sembuh sempurna. 

"Kemana wanita itu, biasanya jam 7 sudah mengantarkan makan kesini, ini sudah jam 9 masih belum ada tanda-tanda kemunculannya," ketus Sammuel sambil mondar-mandir di belakang pintu kamar.

Edward yang baru saja keluar dari kamar mandi sudah berpakaian rapi dan memakai topi seperti hendak bepergian. 

"Mau kemana kak?" Tanya Sammuel penasaran sambil mendekati Edward yang merapikan ranjang tempat tidurnya dengan berpakaian rapi dan sedikit merubah gayanya untuk penyamaran. 

"Mau melihat situasi dan kondisi, sekalian mencari informasi. Sudah empat hari tak ada berita tentang kejadian di pelabuhan, rupanya musuh kita bukan orang sembarangan," Ucap Edward sambil berjalan mendekati Sammuel sambil menepuk pelan pundak Sammuel beberapa kali.

Ketika keluar kamar Edward dan Sammuel mengamati sekeliling dengan waspada tapi bersikap santai dan senatural mungkin.

"Apa lukamu sudah membaik kak?" lirih Sammuel di sebelah Edward dengan sedikit cemas yang melihat Edward sedikit berjalan tertatih seperti menahan rasa sakit. 

"Lumayan, masih sedikit nyeri tetapi masih bisa aku tahan," jawab Edward yang mana tiba-tiba berhenti di sebuah pot tanaman di depan kamar dan mengambil tanah di dalam pot itu. 

"Kenapa kak?" tanya heran Sammuel yang melihat Edward meraba-raba tanah di pot bunga itu. 

"Dia tidak disini sejak sore kemarin," ucap Edward sambil mengedarkan pandangan di sekitar penginapan. 

"Siapa? Perempuan itu? mungkin dia sibuk bekerja hingga lupa menyiram tanamannya itu," jawab asal Sammuel sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling penginapan. 

"Aneh, biasanya dia tak pernah absen menyiram tanaman walaupun pulang kerja pada malam hari dari tempat kerjanya," ucap Edward dan seketika matanya tertuju pada kamar di pojokan yang mana terdapat sepatu yang biasa di pakai Risha tergeletak di depan pintu kamar itu. 

"Penginapan ini lumayan juga," ucap Sammuel yang mengamati sekeliling yang ternyata tempatnya berlindungnya selama beberapa hari ini adalah komplek penginapan villa yang lumayan asri, luas dan sedikit bersifat privat. 

Jangan lupa Vote, Like dan komen yaa... 

Trim's

~ Ryukirara~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status