Share

94. Amarah Rama

Dennis terpaksa kupanggil malam itu juga. Kepalanya padahal masih dibalut perban. Tangannya dipasang penyanggah karena ada keretakan. Tapi mau apa lagi, Mas Rama terlanjur bersikap dingin padaku. Seakan ia tak percaya pada ceritaku dan lebih mempercayai berita yang tersebar itu.

“Mas, ketemu Dennis dulu.”

“Malam gini kamu bangunin aku hanya untuk ketemu Dennis?”

“Mas, setidaknya kamu dengar penjelasan dia. Dia saksi bahwa aku gak ngapa-ngapain. Lagian, kamu harus tengokin dia yang babak belur sampai tangannya retak.”

“Iya, mana dia?”

“Di ruang tamu.”

***

“Ram? Kenapa lagi ini?” Bunda Syandi sudah berada di ruangan itu. Tara dan Rendra juga sudah duduk di sofa. Setya berdiri tak jauh dari Sofa. Dennis tersandar lemah.

“Ini yang Rama juga ingin tahu, Bun.”

“Berita ini, Ram?”

“Itu hoax, Bun.” Aku cepat menyahut, takut kalau Bunda terbawa-bawa salah paham.

“Kenapa bisa sampai buka hijab gini sih, Nak?” tanya Bunda lembut.

“Mereka yang buka jilbabku secara paksa, Bun.”

“Lelaki ini?” tunjuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status