Share

110

“Itu bukan salah gue, Roy. Gue juga udah minta Nasya untuk ngelupain gue.”

“Tapi paling tidak bersimpati lah, Ry.”

“Jadi mau lu gue harus apa?”

“Hubungilah dia sesekali. Siapa tau dengan begitu jiwanya yang gersang bisa sedikit lebih segar. Gue benar-benar takut jika kondisi kejiwaannya makin parah.”

Aku tetap berkelit, sementara Roy masih tetap membujukku untuk peduli pada Nasya. Sejujurnnya dalam hatiku ada perasaan tak tega mendengar cerita Roy, tapi aku juga tak mau salah melangkah lagi.

Aku dan Roy serta beberapa rekanku menoleh saat pintu ruangan kami diketuk. Lalu sosok yang selalu kurindukan itu muncul di sana. Tania! Oh iya, aku baru ingat kalau tadi pagi aku menyuruhnya ke kantorku mengantar bubur kacang yang dibuatnya tadi pagi. Aku memang penyuka bubur kacang, namun belum sempat menikmati buatan Tania tadi saat atasanku menelpon dan menyuruhku datang lebih awal untuk persiapan kunjungan lapangan kami tadi. Maka aku meminta Tania untuk mengantarkan bubur kacangnya di jam is
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status