AKUN PALSU CALON SUAMI

AKUN PALSU CALON SUAMI

Oleh:  Gyuu_Rrn  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
25Bab
3.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dinda berpikir, kalau dunianya benar-benar baik-baik saja, semua yang di susun akan berakhir sesuai dengan rencana. Hingga dia lupa, kalau ada Tuhan yang mengatur skenario hidupnya. Hingga pada akhirnya, Dinda harus menerima sebuah fakta pahit, kalau Arkan--calon suaminya justru berkhianat dengan seseorang yang tidak pernah Dinda duga sebelumnya. Ya, Arkan ternyata berkhianat dengan Nadin--salah satu karyawan yang bekerja di perusahaan Dinda. Bak ditikam panah dari depan dan belakang. Dinda amat sangat terkejut, dunianya hancur berkeping-keping, begitupun dengan harapan yang telah mimpikan selama ini. Namun, Dinda yang tak ingin bila kedua pengkhianatan itu bahagia di atas penderitaannya, langsung menyusun sebuah rencana cantik, agar keduanya bisa mendapatkan balasan yang setimpal. Arkan sendiri tak sungguh-sungguh dalam mencintai Dinda. Pria itu hanya menginginkan harta kekayaan yang keluarga Dinda milikki, karena pada saat bersama Dinda saja, Arkan tak hanya menjalin hubungan dengan satu wanita saja. Begitupun dengan Nadin. Wanita itu tahu, bila Arkan adalah calon suami dari bosnya. Tetapi, dengan sangat keras kepalanya, Nadin tak mengindahkan hal tersebut dan tetap menjalin hubungan secara diam-diam dengan Arkan. Lantas, apa yang akan Dinda dan keluarganya lakukan untuk membalas semua perbuatan Arkan dan Nadin? Akan 'kah semua yang telah Dinda susun kali ini, berjalan dengan lancar atau justru sebaliknya? Atau justru, di sini Arkan dan Nadin yang akan berhasil dalam memb*d*hi Dinda dan keluarganya, hingga berhasil menguasai hartanya?

Lihat lebih banyak
AKUN PALSU CALON SUAMI Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
25 Bab
Kebusukan yang Terbongkar
[Tinggal selangkah lagi menuju kesuksesan,] tulis seseorang dengan nama akun Putri Pratama. Dinda mengernyitkan dahi, ketika akun tersebut kembali muncul di berandanya. Dia tidak ingat, kapan pertama kali menkonfirmasi pertemanan dengan akun tersebut. Karena rasa penasaran yang menggebu-gebu, Dinda pun membuka profil orang tersebut. "Berpacaran dengan Nadin putri," gumam Dinda seraya mengernyitkan dahi, kala membaca profil lain yang tertulis di aku tersebut. Merasa tidak terlalu penting, Dinda pun segera menekan tombol kembali dan menyimpan gawai di meja kerja.  "Dari pada memperhatikan hal yang tidak penting, lebih baik aku bekerja saja," pikir Dinda. *** "Nadin, main ponsel saja. Ingat waktu, kamu harus bekerja!"  Dinda menegur seorang karyawannya yang ketahuan bermain ponsel ketika bekerja. Wanita bernama
Baca selengkapnya
Nadin
  *** [Terima kasih, Sayang untuk uangnya, sudah Mas terima.] Dinda menyeringai, kala menatap layar ponselnya yang tiba-tiba menampilkan sebuah pesan dari Arkan. Tanpa membalas pesan tersebut, Dinda kembali memasukan benda pipih itu ke saku blazer, kedua manik matanya langsung berfokus pada salah seorang pekerja yang tidak lain adalah Nadin. Dalam benaknya, Dinda terus bertanya-tanya mengenai sejak kapan Arkan dan Nadin mengkhianati dirinya. "Nadin, kemari kamu!" ketua Dinda, memuat sang empunya nama sedikit terperanjat. Nadin yang Dinda kenal sedikit polos, baik dan cukup kompeten, ternyata adalah ular yang diam-diam menusuknya dari belakang. "Ada apa, ya, Bu?" "Cepat masuk ke ruangan saya!"  Para pekerja lainnya sedikit berbisik satu sama lain, mereka merasa ada ya
Baca selengkapnya
Kedatangan Wanita Asing
"Bu-Bu Anjani!" ujar Nadin seraya bangkit dari duduk, dia sedikit terbata-bata. Matanya bergerak dengan cukup cepat, bibirnya pun ikut pucat pasi layaknya mayat. Bibir Nadin terlihat bergerak secara tidak teratur, tepat di bawah meja sana, kedua tangannya saling meremas satu sama lain. "Ma-maafkan, saya, Bu. I-itu semua tidak seperti yang Ibu dengar, sa-saya benar-benar minta maaf." Nadin menunduk, wanita berambut pirang itu mengigit bibir bawahnya kuat-kuat. Kedatangan Anjani yang tidak lain adalah mantan pemilik perusahaan tempat Nadin bekerja, berhasil membuat semua orang melongo, termasuk Nadin sendiri. Semua orang merasa, kalau Nadin akan berada dalam masalah besar, karena secara tidak sengaja telah melontarkan kata-kata kasar pada wanita yang di kenal sebagai anak dari pemilik perusahaan tersukses tahun ini. Secara bersamaan, Dinda yang mendengar adanya suara keributan di l
Baca selengkapnya
Mulai Menyusun Rencana
"Eyang Putri!" Dinda berteriak kala melihat seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di kursi roda seraya menikmati sebuah apel. Mega--yang tak lain adalah nama asli dari Eyang Putri, menoleh ke sumber suara, seulas senyuman terpancar dari bibirnya, ketika melihat cucu perempuan satu-satunya itu datang. "Ya ampun, cucu Eyang datang, tapi gak kasih kabar dulu," ujar Mega seraya merangkul Dinda dengan penuh cinta. "Maafin, Dinda, Eyang. Soalnya Dinda sama Ibu dadakan ke sininya, jadi gak sempet kabarin, Eyang." Mega menggeleng, dia mengusap rambut hitam legam milik cucunya itu dengan penuh kasih sayang. "Tidak apa-apa, Sayang. Eyang, hanya sedih, karena gak bisa nyiapin makanan kesukaan kamu."  Pandangan Mega pun tidak lepas memperhatikan ke arah tangan Dinda.  "Lihatlah, kamu sangat kurus, Dinda. Apa kamu
Baca selengkapnya
Kosan Nadin
Malam harinya, sepulang dari kediaman Bramantyo, Arkan yang mengendarai motor matic yang diberikan oleh Dinda sebagai kado ulang tahunnya yang ke-28. Melaju dengan kecepatan penuh, Arkan membelah jalanan yang cukup ramai, bermaksud menemui Nadin yang tidak bisa di hubungi sedari siang. Sesampai di depan kosan Nadin, Arkan memarkirkan motornya secara sembarangan, kemudian dia langsung mengenakan topi dan bergegas melangkah menuju kamar Nadin yang berada paling pojok. Sesekali Arkan memperhatikan sekitar, takut ada orang yang memergoki aksinya. Apalagi Arkan tahu, kalau kosan ini banyak di huni oleh karyawan yang bekerja di kantor Dinda. Tok ... tok .... Tidak lama kemudian, pintu terbuka, Arkan terperangah ketika melihat penampilan Nadin tampak jauh berbeda dari biasanya, di mana rambut acak-acakan dan matanya tampak begitu sayu. "Ada apa?" tanya Nadin tanpa b
Baca selengkapnya
Bukti Tidak Terduga
Keesokan harinya, Dinda kembali datang ke kantor dengan seperti biasanya. Hanya saja, kali ini dia jauh lebih memperhatikan seseorang yang tidak pernah dia sangka-sangka adalah duri dalam hubungan cintanya dengan Arkan. Wanita berparas cantik yang terlihat lemah lembut itu, ternyata adalah seorang ibl*s yang menyamar sebagai manusia.  B*d*hnya Dinda yang menerima Nadin bekerja tanpa merasa curiga sedikitpun pada wanita tersebut.  "Bu Dinda!" sahut seseorang yang membuat Dinda langsung tersadar dari lamunannya. "Ada apa, Kinara?"  Wanita bernama Kinara yang tidak lain adalah karyawan Dinda itu, terlihat mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, seperti ragu ketika hendak mengatakan sesuatu. "A-anu, Bu, sa-saya ...," ujar Kinara dengan sedikit terbata-bata. Namun, Dinda yang tengah memicingkan mata, seketika sadar, kalau ada sesuatu
Baca selengkapnya
Tindakan Om Burhan
Setelah mendapat persetujuan dari Kinara, Dinda kembali mempersilahkan karyawannya itu untuk kembali bekerja. Dinda tidak ingin, jika karyawannya yang lain akan merasa curiga, kalau dia dan Kinara mengobrol dengan cukup lama. Sepeninggalnya Kinara, Dinda pun segera meraih gagang telepon kantor, jari tangannya menekan beberapa buah nomor yang hendak dia hubungi. "Iya, Bu, ada keperluan apa?" sahut seseorang dari balik telepon. "Dzikri, tolong datang ke ruangan saya secepatnya. Kalau semuanya sudah selesai, bawa apa yang saya minta kemarin." "Baik, Bu!" Tidak lama kemudian, sambungan telepon terputus. Dinda kembali meletakkan gagang telepon pada tempatnya. Apa yang sudah Dinda katakan, kalau dia dan Dzikri akan bersikap profesional ketika berada di kantor, berbanding terbalik ketika berada di luar. *** 
Baca selengkapnya
Kepulangan June
"Ha-halo, ada apa, Bang?" tanya Dinda dengan sedikit terbata-bata, sesekali dia menggigit bibir, menunggu jawaban dari June."Kamu ada di mana?"Sontak, Dinda membeliak, secara spontan dia langsung menyandarkan tubuhnya pada meja kerja."Tentu saja aku ada di kantor, memangnya kenapa?""Aku akan ke sana sekarang!""Apa?!" teriak Dinda dengan cukup keras, hingga membuat Dzikri terlonjak. Dalam hati, Dzikri terus berucap syukur, karena dia tidak memiliki riwayat sakit jantung maupun darah tinggi. Kalau hal itu sampai terjadi, bisa-bisa riwayatnya benar-benar tamat gara-gara Dinda yang tidak bisa mengontrol diri."Lah, bukannya Abang ada lagi di luar kota, lantas kenapa tiba-tiba ingin bertemu denganku?" tanya Dinda yang dipenuhi oleh beribu kebingungan.Mendengar hal tersebut, Dzikri yang tengah meminum sebotol air mineral, hampir saja tersendak. Untung saja, Dinda tidak menyadari hal itu, kalau saja Dinda alias macan betina--panggilan akrab yang selalu Dzikri lontarkan pada wanita i
Baca selengkapnya
Suasana Menegangkan
"Jadi, apa yang mau Abang bicarakan?"Dinda langsung membuka percakapan, ketika dirinya dan June sudah berada di sebuah kafe yang sangat sepi.Sesekali Dinda mengedarkan pandangan ke sekeliling, berharap ada tamu yang masuk ke kafe, sehingga suasana yang terasa diantara dirinya dan June tidak terlalu mencekam.Namun, seketika saja kedua bola mata Dinda membulat, kala dia melihat ada tulisan tutup yang terpampang di pintu masuk."Bang, kafenya lagi tutup, kenapa kita masuk ke sini. Ayo, kita cari kafe yang lain!"Di saat Dinda berdiri, hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba saja June menarik tangan Dinda, hingga adiknya itu kembali terduduk di kursi."Sengaja gue sewa kafe ini, biar bisa ngobrol empat mata sama lu."Deg!Dinda menelan ludah, keringat dingin terasa membanjiri tubuhnya. Sesekali dia menggigit bibir, kala merasakan sorot tajam June mengarah langsung padanya."Memangnya apa yang mau Abang bicarakan?"June menghela napas panjang, kemudian merogoh sesuatu dari saku jaketnya. "
Baca selengkapnya
Balas Dendam
Waktu yang berjalan terasa jauh lebih singkat dari biasanya, hawa di sekitar ruangan terasa begitu menyesakkan dada. Sesekali Dinda mengetukkan jari telunjuknya pada meja kafe, berusaha mengusir jenuh dan ketegangan yang terus menghantui diri. Tidak ada obrolan yang terjadi diantara ketiganya, semua orang terdiam membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing.Namun, tanpa Dinda sadari, bahwa sedari tadi June sesekali melirik ke arahnya dengan tajam."Sebentar lagi Eyang datang, kamu harus bersiap menjelaskan semuanya, Dinda," ucap June memecah keheningan.Dinda menghela napas panjang, kembali mengangguk pelan."Iya, Bang.""Tidak usah panik, aku yakin kalau Pak Bramantyo tidak akan memarahimu." Dzikri berusaha menenangkan Dinda. Dia tahu kalau gadis itu tengah dilanda rasa ketakutan."Iya, aku tahu, Dzikri.""Kamu tahu, tetapi wajahmu sama sekali tidak memperlihatkan hal tersebut," celetuk Dzikri membuat Dinda langsung menoleh, menatapnya tajam."Diam!" geram Dinda seraya menggertakka
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status