Share

Bab 3

Bab 3

“Puas kamu, Nda? Anak kita sudah meninggal!” Roy berucap dengan suara lantang. Saat ini dia berbicara dengan Adinda lewat panggilan suara. Tentunya masih lewat nomor luar negeri karena saat ini Adinda belum ganti nomor w******p-nya. Adinda senjaga tidak mengganti kontak w******p-nya, karena dia masih ingin membongkar kebusukan suami dan keluarga suaminya itu

“Apa, Ikhsan meninggal? Yang benar saja kamu, Mas?” Adinda ikut bersandiwara sama seperti suaminya yang licik itu.

“Aku akan pulang sekarang, aku akan melihat langsung putra kita.”

“Tidak usah kamu pulang, karena kamu tidak akan bisa lihat Ikshan lagi. Sebentar lagi dia akan dimakamkan.”

“Kamu adalah Ibu yang jahat. Kamu ibu yang jahat, Adinda! Ikshan pasti sangat benci dengan kamu!” Roy terus saja mengatai Adinda jahat.

“Aku pulang sekarang, Mas. Aku sudah ada di depan rumah.” Saat ini Adinda sudah di depan rumah megah dua lantai itu. Rumah itu adalah hasil jerih payanya selama ini. Rumah yang dia beli dengan hasil keringatnya selama kerja di luar negeri.

Roy dan keluarganya gelegapan saat mendengar perkataan Adinda yang mengatakan dia sudah di depan rumah. Roy melangkah ke arah jendela dan mengintip Adinda dari jendela. Roy kaget bukan main, dia sangat syok melihat istrinya berdiri di depan pintu.

“Adinda beneran ada di depan, dia benaran sudah pulang.” Roy memberitahu keluarganya.

Lina, Mira dan Ita dan juga Ridho langsung beranjak menuju jendela dan mengintip Adinda dari jendela.

“Bagaiaman ini? Apa yang harus kita lakukan?” Roy bingung sendiri. Ditambah lagi mendengar suara ketukan pintu membuat Roy dan keluargannya itu bingung.

“Mas? Mas Roy? Buka pintunya Mas,” panggil Adinda.

‘Pasti mereka sedang Menyusun rencana untuk membohongiku lagi, aku tidak akan biarkan kalian terus mebohongiku. Aku akan buat kalian semua menderita.’ Adinda bergumam dalam hati.

“Dho, kamu bukain pintu!” Mira meminta suaminya yang buka pintu, sedangkan mereka kembali bersandiwara dengan berpura-pura menangis.

Ridho melangkah ke arah pintu dan mebukakan pintu untuk Adinda.

Melihat kedatangan Adinda, Roy menangis histeris.

Dengan Langkah pelan, Adinda melangkah mendekati Roy. Dia hendak memeluk Roy, tetapi tangannya ditarik oleh Lina, Ibu mertuanya.

“Jangan peluk anak saya, kamu istri yang jahat! Ibu yang jahat yang hanya mementingkan hidupmu sendiri. Kamu adalah Ibu yang jahat yang rela membiarkan anaknya meninggal. Kamu lebih sayang uang kamu!” Lina terus saja mencecar Adinda.

“Pergi kamu dari sini!” Mira ikut mengusir Adinda.

Adinda mengabaikan Lina dan Mira. Dia terus mendekati Roy dan meminta penjelesan dari suaminya itu. “Mas, mana Ikshan? Mas hanya bohongi aku saja kan? ikshan putraku tidak meninggal kan, Mas?” Dengan isak tangis Adinda bertanya pada suaminya. Adinda tetap berssndiwara sama seperti Roy yang lainnya.

“Ikshan sudah meninggal dan itu semua karena kamu, karena kamu yang tidak kamu memberikan uang untuk pengobatannya!” Roy berucap dengan intonasi tinggi dan mempersalahkan Adinda.

Roy dan keluargannya terus saja bersandiwara dan terus mempersalahkan Adinda.

“Kamu pergi dari sini, Ibu jahat sepertimu tidak pantas untuk tinggal di rumah ini!” pekik Mira yang ikut mengusir Adinda. Wanita itu tidak tahu diri dan tidak tahu malu. seharusnya dia yang pergi dari rumha itu karena dia dan suami dan anaknya hanya numpang di rumah itu.

Adinda yang sudah tidak kuat dengan iparnya itu, dia pun menatap tajam Mira dengan kedua tangan yang mengepal kuat.

“Seharusnya kamu, suami dan anakmu yang pergi dari rumah ini! Ini bukan rumah kamu, dan kamu tidak pantas tinggal di rumah ini!” pekik Adinda tajam. Dia sudah tidak bisa tahan dengan sikap iparnya itu.

Plak!

“Cukup, Adinda! Mira Adik aku, dia berhak untuk tinggal di rumah ini!” Roy menampar Adinda dan lebih membela Adiknya,.

“Pergi kamu dari sini! Kamu pembunuh, kamu tidak pantas tinggal rumah ini!” pekik Roy mengusir Adinda.

Adinda tersenyum penuh arti, kemudian dia melihat ke arah wanita yang wajahnya baru baginya. Wanita yang ditatap oleh Adinda adalah Ati, istri kedua Roy. Sesudah itu Adinda kembali melihat ke arah Roy.

“Oke, aku akan pergi dari rumah ini. Tapi Mas harus antar aku ke makam Ikshan,” ujar Adinda.

“Ikshan tidak mau melihat Ibu gila sepertimu, Ikshan tidak mau melihat Ibu pelit sepertimu!” kata Roy terus beralasan.

“Lebih baik kamu pergi dari sini, kamu tidak pantas berada di rumah ini!” Roy kembali mengusir Adinda. Pria itu mencoba menarik tangan Adinda keluar, tetapi Adinda menepis tangan Roy dan menatap tajam suaminya itu.

“Sekali lagi kamu usir aku dari rumah ini, maka kamu akan aku laporkan pada pihak kepolisian!” ancam Adinda tajam. Sesudah itu Adinda menarik kopernya dan melangkah menuju kamarnya.

Mira dan Lina hendak menarik tangan Adinda, tetapi Adinda dengan kasar menepis tangan kedua wanita itu. Adinda menepis tangan Lina hingga wanita paruh baya itu jatuh tersungkur.

“Kalian yang harus pergi dari rumahku, kalian semua tidak berhak tinggal di rumah ini!” seru Adinda.

Sesudah itu Adinda melangkah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar dengan cara membanting. Adinda mengerutkan kening saat matanya melihat dalaman wanita yang tergeletak di atas tempat tidur. Adinda mengabaikan pakaian dalam itu, dia melangkah menuju lemari pakaian dan di dalam lemari itu penuh dengan pakian wanita. Pakaian itu milik Ita, istri kedua Roy.

Hati adinda semakin sakit saat melihat foto pernikahan Roy dan Ita yang ada di dalam lemari.

“Ternyata tidak hanya anakku yang kalian sakiti, tetapi kalian juga menyakiti hatiku. Kalian sangat jahat pada aku dan putraku, kalian akan aku buat menderita.”

Tidak berpikir panjang lagi, Adinda keluarkan semua pakaian dari dalam lemari itu dan dia isikan ke dalam tong sampah. “Aku akan membakar semua pakaian ini,” ucap Adinda.

Roy berlari masuk ke dalam kamar dan sangat terkejut melihat pakaian Ati yang sudah dikeluarkan dari dalam lemari.

Adinda melihat ke arah Roy dengan tatapan sendu. “Kamu nikah lagi?” tanya Adinda dengan suara pelan.

“Iya, aku nikah lagi karena aku rasa kamu itu istri tidak berguna! Kamu tidak bisa beri aku kepuasan. Dan istri kedua aku, dia bisa semuanya. Dia bisa buat aku bahagia dan dia bisa melayani aku layaknya seorang suami dan istri.”

“Jadi kamu anggap aku tidak berguna? Terus bagaimana dengan uang yang aku kirim selama ini? Apakah itu masih kurang untuk kamu dan keluarga benalu kamu itu?!” Adinda bertanya dengan intonasi yang tinggi.

“Kembalikan uang yang selama ini aku kirim.” Adinda kembali meminta uangnya yang ratusan juta yang dia kirimkan selama ini.

“Uang itu sudah saya gunakan untuk biaya sekolah Ikshan,” kilah Roy.

Adinda tersenyum sinis dengan perasaan sakit. Adinda melangkah lebih dekat lagi dengan suaminya itu.

“Biaya sekolah Ikshan atau kamu dan keluargamu buatnya gila?” tanya Adinda setengah berbisik.

Roy sangat terkejut dan syok mendengar perkataan Adinda.

Bersambung …

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status