Share

Alasan

Selepas Isya, kutatap lelaki yang mendengkur halus di sisi lain ranjang. Sepertinya dia benar-benar lelah. Bukan hanya fisik tapi juga mental. Hingga tak sanggup melewati waktu yang tersisa dan memilih lelap dalam tidurnya setelah puas memaki-maki Mas Ali di hadapanku. Aku bahkan tak tega membangunkannya, karena sejak kembali dia bahkan belum menyentuh nasi.

Sekali lagi aku dibuat terpana dengan lelaki ini. Bagaimana pun posisinya, Mas Fariz tetap mendengarkan apa kata Pak Jamal, tanpa berniat menyangkal ataupun membela diri.

Haruskah kukatakan, meskipun Mas Fariz berakhir seperti ini, orangtuanya tetap tak gagal mendidiknya. Tanpa mereka sadari, sebenarnya dia adalah gamparan lelaki sejati.

Aku beranjak dari bibir ranjang untuk meletakkan mukena yang semula dikenakan di atas rak samping TV. Sejenak meraih ponsel saat melihat satu pesan masuk dari Lola.

Katanya besok dia akan mampir ke Jakarta, dan berharap aku bisa menyempatkan waktu untuk bertemu.

[ InsyaAllah, La. Share aja lokasin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status