Share

Chapter 47

Lampu-lampu gemerlap ketika melingkupi langit Jakarta. Kota metropolitan itu tampak bercahaya. Cerita berlanjut sampai kami mengisi perut dengan satu mangkuk soto ayam di salah satu kedai makanan yang ada di tempat itu. Mereka tampak bersemangat sekali. Sepertinya ketegangan radi membuat mereka kelaparan. Ah ... Anak-anak.

Kami belum memutuskan untuk pulang. Memilih untuk duduk-duduk santai sebuah kursi besi. Membiarkan anak-anak sibuk dengan permainannya. Dia mengucapkan banyak terima kasih karena berhasil membuat Shaila, Shaili berani menghadapi apa yang menjadi ketakutan mereka hari ini. “Sungguh luar biasa,” katanya memuji.

Aku hanya mengangguk dan membalas pujiannya dengan senyum terima kasih. Lalu menjeda. Kami sama-sama diam. Hening beberapa lama. Hanya terdengar desah panjang. Menatap mataku agak lama. Hingga aku merasa wajahku kebas lantaran malu di pandangi seperti itu.

Dia bilang sangat menyesal tak bisa melamarku sebelum pergi jauh. Kujawab sekenanya bahwa dia bisa melaku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status