Share

Bab 12

Mutiara merasa sakit hati melihat Intan dianiaya. Ada perkataan yang tidak enak hati diucapkan oleh Intan yang terdidik, tetapi Mutiara yang hanyalah pelayan tidak takut. Matanya merah saat dia berkata, "Aku yang jadi pelayan pun tahu malu. Sebagai jenderal, kamu malah menggoda suami orang di medan perang. Sekarang, kamu bahkan menggunakan jasamu untuk menindas Nona kami ...."

"Plak!"

Mutiara ditampar dengan keras.

Rudi menampar Mutiara dengan gusar, lalu melemparkan tatapan dingin pada Intan. "Ini pelayan yang kamu ajarkan? Tidak tahu aturan!"

Intan bergegas berlari ke depan untuk membantu Mutiara bangun. Wajahnya bengkak parah, dapat dilihat seberapa kuat tamparan Rudi.

Intan menoleh ke belakang dengan ekspresi galak dan menampar Rudi. "Kamu tidak berhak sembarangan menampar pelayanku!"

Rudi tidak menyangka Intan akan menamparnya demi seorang pelayan. Bagaimana bisa dia ditampar oleh seorang wanita, apalagi di depan Linda?

Namun, Rudi tidak bisa membalasnya. Dia memelototi Intan, lalu pergi bersama Linda.

Intan mengelus pipi Mutiara dan bertanya, "Sakit tidak?"

"Tidak sakit." Alih-alih menangis, Mutiara tersenyum. "Untung kita sudah bisa meninggalkan Kediaman Jenderal sebentar lagi."

"Yang Mulia bilang dekret akan tiba dalam beberapa hari lagi, tidak tahu kapan." Intan benar-benar tidak ingin hidup di sana lagi.

Ketika Rudi memberitahunya bahwa Yang Mulia telah memberikan dekret pernikahan, Intan ingin bertemu dengan Linda karena memiliki kesan yang baik terhadapnya. Bagaimanapun, Linda adalah jenderal wanita pertama di keKaisaran ini. Intan berpikir Linda tidak akan mau berbagi suami dengan wanita lain.

Namun, setelah bertemu dan mendengar perkataannya hari ini, Intan kecewa.

Intan sangat kecewa terhadap Linda.

Pernikahan mereka ditetapkan pada bulan Oktober dan sekarang sudah pertengahan Agustus sehingga harus bergegas. Akan tetapi, selain Intan, orang di Kediaman Jenderal yang dapat mengurus pernikahan itu adalah nyonya besar kedua Keluarga Wijaya, Nyonya Besar Brina.

Oleh karena itu, Intan ingin mengurungkan niat orang-orang di Keluarga Wijaya untuk menyuruhnya mengurus pernikahan itu.

Pada akhirnya, pernikahan diurus oleh Brina. Brina sangat membenci pria bajingan seperti Rudi, tetapi karena mereka adalah kerabat dan Diana sedang sakit, dia terpaksa harus mengurus pernikahan itu.

Malam sebelum lamaran, Brina mengumpulkan semua kerabat untuk berkompromi. Alhasil, Diana bersikeras meminta Intan datang. Intan tahu apa niat mereka. Dia juga ingin mendengar betapa tidak tahu malunya mereka.

Ayahnya Rudi, Javier, dan paman kedua Rudi, Gerald, pun hadir. Adik-adik Rudi juga hadir.

Saat melamar, pihak pelamar akan membuat daftar maskawin dan mahar. Brina telah menyiapkan barang-barang yang dasar di daftar itu.

Sekarang, Brina tidak dapat menentukan maskawin dan mahar sehingga mengumpulkan semua kerabat untuk berkompromi.

Javier telah melihat daftar maskawin sebelumnya dan mengatakan tidak mungkin sanggup menyediakan barang-barang itu. Saat menikahi Intan setahun lalu, Marisa tidak meminta banyak karena Diana harus mengonsumsi obat sepanjang tahun sehingga harta Keluarga Wijaya tidak terlalu mencukupi. Marisa hanya meminta mahar sebesar lima ratus tahil dan sejumlah aksesori biasa.

Sebaliknya, harta bawaan Intan adalah rumah, vila dan toko, serta perak sebesar sepuluh ribu tahil. Perabotan rumah dan kain-kain bahkan tidak muat untuk disimpan dalam satu ruangan.

Sepanjang tahun ini, Intan telah menggunakan harta bawaannya sehingga bisa mengundang Tabib Riel dan membeli obat resepnya.

Jika tidak, Diana mungkin sudah mati dalam waktu kurang dari sebulan sejak Rudi berangkat ke medan perang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status