Rendra ada janji ketemu temen sama Nissa. Bunda nanti Rendra jemput setelah kami dari sana ya? Nggak papa kan, Bun?" tanya Rendra."Tentu, seenaknya kalian saja. Nanti buat hantarannya, aku minta para maid buat membantu Bunda."Suara panggilan Nissa menggema di meja makan, membuat Bunda Nilam berdecak heran pada anak gadisnya ini."Pagi, Bun." Nissa mencium pipi Bundanya dan langsung menarik kursi untuknya duduk di samping Bunda Nilam,"Pagi sayang, sudah rapi juga anak Bunda. Cantik dan ganteng pokoknya," ucap Bunda Nilam tersenyum."Anak-anak Bunda memang begini dari lahir, makannya pada nempel tuh mereka ingin merebut hati kita," ungkap Nissa pede."Kamu jangan kebanyakan muji diri, nggak baik. Ayo cepat kita sarapan! Nanti keburu siang."Nissa melirik kakaknya kesal dan langsung mengambil sarapannya.Setelah sarapan usai, kini Rendra dan Nissa pamit pada bunda untuk pergi ke kantor polisi.Mobil melesat membelah ramainya kota Surabaya. Dan kini, raut muka Nissa berubah saat mobil
"Assalamualaikum, Bun!" "Waalaikumsalam," balas Bunda Nilam.Nissa langsung naik ke atas menuju kamarnya dengan muka yang sendu, membuat Bunda merasa aneh dengan sikap putrinya."Adikmu kamu apakan, Ren?""Biarkan saja, Bun. Bentar lagi juga dia turun lagi," balas Rendra santai."Bun, Bunda membeli keperluan sama Rendra saja ya. Nissa sepertinya sedang buruk moodnya, nanti Rendra bantuin bawakan sekalian," ujar Rendra.Rendra tak mau menambah beban Nissa sekarang, pertemuannya dengan Haris barusan pasti membuat hatinya terpukul."Yakin, Nissa nggak di ajak? Nanti dia ngambek, gimana?""Nggak lah, kalau ngambek nanti Rendra yang bujuk.""Baiklah, Bunda siap-siap dulu ya!"Bunda bergegas ke kamarnya untuk memakai baju dan beberapa penunjang penampilannya bepergian."Lama banget dandannya, Bun! Sampai lumutan nungguin," protes Rendra."Ayo, mau pergi apa mau ngedumel, buru! Keburu sore nanti. Ini juga gara-gara kamu, pake bikin acara penting kaya gini malah mendadak," grundel Bunda Nila
Sambungan terputus, ia berpikir untuk menemui Haris besok untuk membicarakan hal bisnis ini. Hanya dia yang tahu seluk beluk perusahaan Aldo. Perusahaan Granendra grup saja, sudahmembuat ia sibuk karena cabang yang ada di mana-mana. Jika ditambah dengan perusahaan Aldo, pasti nanti ia tak ada waktu untuk keluarganya.Rendra sudah rapi dengan pakaian kemejanya, ia memandang cermin dan tersenyum melihat pantulan wajahnya sendiri.Ekhm!Suara Nissa membuat Rendra yang tersenyum tiba-tiba kembali datar."Kenapa? Masuk nggak pake ketuk pintu dulu!""Ditunggu Bunda buat shalat berjamaah di bawah. Habis itu kita baru berangkat," ucap Nissa."Kamu turun duluan, nanti Kakak nyusul!""Udah nggak usah lama, ini waktu maghrib keburu habis nanti.""Baru juga Adzan, Dek! Ini bentar lagi siap," jawab Rendra.Nissa mendengus kesal dan pergi meninggalkan Rendra. Selesai sholat berjamaah, Rendra mendekati Bunda Nilam dan mencium punggung tangannya."Bun, doakan Rendra malam ini semoga acaranya lancar
"Sudah lega sekarang, Ren, diterima lamarannya sama Afi?" goda Bunda Nilam saat di dalam mobil hendak pulang dari panti.Rendra hanya membalas dengan senyuman dan menatap lurus ke depan. Iseng, Nissa meniup telinga kakaknya dari samping karena ia duduk di sebelah Rendra sedangkan Bunda Nilam di depan bersebelahan dengan supir. "Dek!" sungut Rendra merasa risih dengan kejahilan adiknya."Apa sih, Kak?" balas Nissa dengan cekikikan."Bisa diem nggak?""Dari tadi juga Nissa diem, Kakak aja yang nggak lihat. Mata fokus ke depan, tapi pikiran kemana-mana," kelit Nissa.Rendra tetap diam dan tak menanggapi ucapan Nissa, adiknya ini memang kerap jahil padanya."Nis, jangan ganggu Abangmu!" ucap Bunda dengan nada mengejek."Iya, Abang." Nissa dan Bunda tertawa terbahak-bahak dengan keanehan Afi yang memanggil Rendra Abang."Diam nggak kalian? Kalau nggak, Rendra turun sekarang juga!" omel Rendra."Iya, Abangku yang comel. Jangan marah, nanti gantengnya ilang." Nissa berusaha menahan tawanya
"Apa maksud kamu? Tiba-tiba bilang Haris masuk penjara? Kasus apa? Dan apa kamu berniat akan mengeluarkannya dari sana?" tanya Ferdi bingung dengan maksud Rendra."Dia menghamili istri orang, dan dia menyerahkan dirinya sendiri ke polisi atas saranku agar dia menyesali perbuatannya di sana. Tapi, sekarang aku jadi bingung. Haris aku percayakan mengurus bisnisku sebagian, termasuk perusahaan mantan suami Afi. Dan kini perusahaannya terancam bangkrut! Sahamku yang di sana bisa lenyap jika aku tak segera mengurusnya. Apa aku harus membantu Haris untuk hal ini? Di samping ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, aku juga membutuhkan dirinya untuk mengurus banyak perusahaan yang selama ini aku limpahkan padanya. Kamu kan tahu, Grarendra Grup saja kadang sudah membuatku sangat sibuk, jika di tambah mengurusi perusahaan lain, bisa gagal acara nikahanku karena tak ada waktu buat mengurusnya.Aku memintamu datang dan meminta saran terbaik dari pengacara yang katanya cerdas dan handal in
"Kamu nggak ngantor, Al?" tanya Mami pada Aldo yang masih menggunakan piyama tidurnya."Nggak!" Jawab Aldo santai."Kenapa? Katanya hari ini mau ada rapat sekalian cek kantor Papi?" Kemarin Aldo sempat bilang jika hari ini akan ada rapat penting di Permata property."Nanti jam sebelas, sekarang masih jam sembilan." Aldo kembali menyeruput kopinya, dulu saat masih ada Afi ia bahkan tak pernah meminum kopi. Sekarang, ia bahkan sudah tak menghiraukan kesehatannya lagi."Al," panggil Mami.Aldo menengok sekilas dan kembali menatap tiupan angin yang mengenai pohon di depan rumahnya. Sekarang Aldo tinggal di rumah peninggalan Papi di jalan Sadang, rumah yang Alin punya sudah di kosongkan. Dan rumah dari Afi, sudah Aldo jual untuk kelangsungan hidupnya dan juga keberlangsungan perusahaan miliknya. Permata property kini sudah bukan sepenuhnya tanggung jawabnya, sudah ada pihak yang membeli saham di sana separuhnya, dan pertemuan kali ini ia akan menjual seluruh aset perusahaan pada orang ter
Setelah mengantar Mami naik taksi, Aldo langsung pergi ke kantor Permata property. Suasana tampak sepi karena banyak karyawan yang memang mengundurkan diri bekerja di kantor milik peninggalan almarhum Papi Cahyo. Aldo memasuki ruangannya, Doni yang sudah lebih dulu menunggu Aldo dari tadi langsung menemuinya untuk segera masuk ke ruang rapat."Kita telat, Don?" tanya Aldo."Ya, Pihak dari Grarendra grup sudah sampai lima menit yang lalu," ucap Doni.Doni membuka gagang pintu dan melihat ada empat orang di dalam sana. Dan Aldo terkejut saat ia melihat Rendra ternyata ikut dalam rapat penting pengalihan saham ini."Siang! Maaf saya terlambat," sapa Aldo.Beberapa orang yang hadir membalas sapaan hangat Aldo dan menyambutnya ramah, kecuali Rendra."Seorang pengusaha sukses, seharusnya pandai menghargai waktu. Jika hal sepenting ini saja kamu terlambat, bagaimana dengan urusan yang lain? Saya tidak yakin perusahaanmu akan bisa bangkit kembali jika kamu selalu ceroboh seperti ini." Rendra
"Kamu mau fitting baju kapan, Ren?" tanya Bunda Nilam."Terserah Bunda saja," jawab Rendra yang masih sibuk dengan berkas di ruang kerjanya. Bunda Nilam mendekati Rendra dan duduk di depannya."Mau sampai jam berapa kamu kerja, hm? Ini sudah jam sepuluh malam! Jika dari pagi sampai malam sibuk begini, kapan kamu ada waktu buat bahagiakan istrimu nanti?" ujar Bunda lembut. "Bentar lagi kelar, Bun! Tanggung, besok harus aku berikan pada pihak management di Bandung," jawab Rendra tanpa menatap Bundanya."Jangan terlalu sibuk begini, nggak baik buat kesehatan juga kalau keseringan begadang. Kamu sudah hubungi Afi buat fitting bajunya mau kapan?""Belum.""Loh, pernikahanmu itu bentar lagi! Masa nggak dipersiapkan matang-matang?""Makanannya ini Rendra selesaikan semua pekerjaan kantor dengan cepat, agar besok Rendra bisa libur bebas tanpa kerja.""Oh, besok libur?""Iya, kemungkinan ambil libur lama," jawab Rendra."Baiklah! Anak Bunda memang hebat, sudah memperhitungkan segalanya dengan