Share

Bab 7 Mulai Bikin Masalah.

Bab 7 Mulai Bikin Masalah.

Ranjang bergoyang, Damar duduk di sebelah Nisa, sudah berpakaian lengkap. "Solat jamaah, yuk," ajak Damar, Nisa hanya melirik sinis, tak menanggapi ucapan Damar.

Tak mendapat respon dari Nisa, Damar bangun dan menggelar sajadah. Melakukan kewajiban pada Tuhannya.

Damar lelaki taat, Kirana wanita pujaannya, selalu mengingatkan pentingnya Tuhan dalam kehidupan kita.

Seperti apapun liku kehidupan kita, asal ada Tuhan di setiap gerak kita, Insha Allah, Allah akan selalu memberikan jalan yang terbaik.

Ketukan pintu, menghentikan kegiatan Damar, bermunajat kepada sang pencipta. Kakinya dilangkahkan pada daun pintu.

Ternyata Mbok Darmi, "Den, makan malam sudah siap," ucapnya, ketika Damar membuka pintu kamar. Netranya mencari keberadaan majikan perempuan yang sudah seperti anak.

"Iya, Mbok nanti saya turun," jawab Damar. "Nisa ada di kasur itu, Mbok," ucap Damar, karna melihat gelagat mata Mbok Darmi.

"Oohh... Ya sudah, Mbok turun. Makanan sudah siap semua. Marni tadi Mbok suruh masak kesukaan Den Damar, sama Non Nisa," ucap Mbok Darmi.

Damar hanya mengangguk, kembali menutup pintu, mendekati Nisa. "Nis, ayo solat dulu, kamu mau Mas masuk neraka, karna kamu gak solat. Tadi juga kamu pergi gak pake hijab," ujar Damar pelan.

"kalo Mas, gak mau masuk neraka cerein Nisa," jawab Nisa ketus.

Damar hanya diam, tak lagi menanggapi. "Kok kalo lagi marah jadi lucu banget," Damar mendekati Nisa berusah mencium pipi Nisa.

Tetapi dengan sigap sikut Nisa diangkat untuk menghalau, tak ayal menggenai muka Damar. "Aduuhhh... Nis, kamu KDRT sama Mas." Damar meringis karna bibirnya terkena sikut Nisa.

"Bodo, sukurin," ucap Nisa judes.

"Ya ampun, judes banget." Damar langsung membopong tubuh mungil Nisa. Walau berontak Nisa tak dapat melepaskan diri.

Damar membawa Nisa ke kamar mandi menyuruh Nisa, berwudhu. "Cepet wudhu, kalo nggak, Mas mandiin di sini." Wajah Nisa merona malu. Dia mengingat beberapa hari lalu dia memaksa Damar untuk mandi bersama, tetapi dengan keras Damar menolak.

Seandainya hal romantis ini di lakukan Damar kemarin-kemarin, sudah pasti dia memilih dimandikan Damar. Kalo sekarang perihnya hati Nisa gak sebanding sama perlakuan romantis Damar saat ini.

Dengan wajah masam Nisa mengambil wudhu dan solat dengan terpaksa. Setelah itu Damar kembali, membopong Nisa menuju meja makan.

"Buruan makan yang banyak, biar punya energi nanti malam." Damar menaik turun kan alis mata.

Issshhh... Nisa memalingkan wajah, "Gak sudi aku disentuh kamu sekarang," gumam Nisa.

"Apa? Mas gak denger?" tanya Damar, terus menggoda istri kecilnya, berusaha meraih kembali hati yang telah pergi.

"Setelah selasai makan, Nisa langsung beranjak ke kamar, tanpa percakapan apapun pada Damar."

Lelaki tampan ini hanya memandangi kepergian Nisa, dia hanya menggelengkan kepala. "Kita lihat saja Nisa, kamu bisa gak hidup tanpa aku," gumam Damar.

Setelah selesai makan, Damar masuk ke dalam ruang kerja, melakukan panggilan lalu berbincang serius. "Untuk wanita itu awasi saja terus, untuk Nisa juga jangan sampai lengah, aku tak ingin dia buat masalah di mana-mana, karna untuk saat ini dia masih tanggung jawabku," ucap Damar pada orang yang dia telpon.

Setelah selesai berbincang, kembali Damar menghubungi wanita yang mampu menaklukkan hatinya. Tetapi beberapa kali panggilan tak kunjung juga di angkat. Bibirnya tersungging sinis. "Bisa ngambek juga kamu kirana," ujar Damar.

Pluk!!

Dilempar ponsel ke atas meja. Tangannya ditaruh di dagu, otak lelaki ini mulai berfikir, bagaimana menyelesaikan masalah rumit ini. Damar harus segera menceraikan Nisa. Tetapi hati kecilnya mengatakan mempertahankan rumah tangga dengan Nisa. Bagaimanapun Damar menyayangi Nisa. Dan perusahaan menjadi taruhan jika dia menceraikan Nisa.

Damar tak ingin Nisa jatuh pada lelaki tak tepat. Untuk saat ini, Damar belum menemukan lelaki yang tepat untuk Nisa. Damar meremas rambutnya frustasi. Masalah dengan perasaan memang begitu rumit.

Tok, tok, tok ....

Suara pintu membuyarkan lamuanan Damar. "Masuk!!" Suara berat Damar terdengar lemah.

"Den ini kopinya! Malam-malam ngopi, nanti gak bisa tidur," ucap Mbok Darmi.

Damar tak menanggapi hanya tersenyum. "Sini, Mbok bawa sini," perintah Damar. "Ko, Mbok belum tidur, biasanya Marni yang anter."

"Marni lagi izin pulang, Den," jawab Darmi singkat.

"Ya, sudah Mbok pamit Den," ujar Darmi, sebenarnya ada beberapa hal yang ingin Darmi tanyakan, tetapi urung saat melihat wajah Damar yang kusut.

"Makasih, Mbok. Maaf merepotkan," ucap Damar, bagaimanapun Darmi berada di sini dari sebelum dia datang.

"Sama-sama, Den." setelah Darmi keluar dari dalam ruang kantor, dia melihat sekelebat bayangan menuju garasi.

Tak berapa lama mobil yang biasa di kendarai Nisa melesat keluar pagar rumah.

Tok,tok,tok ...

"Den." Tanpa menunggu jawaban Damar, Darmi membuka ruang kerja Damar.

"Ada apa Mbok??" tanya Damar.

"Den itu, Non Nisa mau pergi ke mana malem-malem begini?" ujar Darmi panik.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Junsay Banjarnahor
penasaran dgn ceritanya, tp kok pake koin sih?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status