Share

Bab 6 Kecewa

Bab 6 Kecewa.

Brak...

Pintu di banting keras. Damar bergegas menaiki anak tangga menyusul Nisa, tetapi pintu kamar di kunci dari dalam.

Brak. Brak. Brak....

Damar menggedor pintu kamar keras. "Nisa buka!!!" teriak Damar.

"Jangan sampai Mas ambil kunci serep, satu, dua, ti --."

Klek... Terdengar kunci diputar. " Apa Mas!? " tanya Nisa dengan tatapan nyalang.

Damar mendorong tubuh Nisa ke dalam, lalu mengunci pintu kamar. Ruang kamar yang kedap suara membuat Mbok Darmi was-was terjadi sesuatu di antara mereka.

Damar mengunci pintu kamar. Melihat wajah Damar yang begitu muram, membuat Nisa bergidik ngeri. "Apa yang kamu lakukan di rumah Kirana?" tanya Damar.

"Memang ngadu apa perempuan murahanmu?" tanya Nisa.

Damar terbelalak "Apa perempuan murahan?" tanya Damar wajahnya semakin muram.

"Apa namanya? Wanita bersuamikan suami orang?" tanya Nisa menantang. walau hatinya sedikit ciut melihat tatapan ber-netra hitam legam itu

"Tapi dia istri Mas. Dia sudah menjadi istri Mas lima tahun." Damar berkata pelan di tekan, berusaha meredam gejolak emosi.

"Aku gak mau tau. Gak peduli!!!" Nisa berteriak. Tangannya kembali melayang memukuli dada bidang Damar.

" Nisa. Dewasalah sedikit...," ucap Damar, masih dengan suara di tekan berat.

"Dewasa untuk apa? Untuk menerima gundik mu?" netra Nisa nyalang saat mengatakan kalimat terakhir. Sakit di dada mendapati kakak plus suaminya, membela wanita ayu yang dia labrak kemarin.

Dengan tergesa Nisa mendatangi rumah Kirana, berteriak - teriak. Memaki-maki Kirana dengan sebutan entah apa saja yang keluar dari mulut Nisa. Hilang sudah kewaran Nisa saat itu, bahkan beberapa tetangga Kirana mendekat.

Lana yang mendengar makian yang keluar dari mulut Nisa seakan ingin tenggelam ke dasar bumi, menyembunyikan wajah yang malu di tatap sedemikian rupa oleh orang-orang yang berdatangan menyaksikan keributan yang di buat Nisa.

Yang membuat Lana terpana, wanita itu begitu tenang, tak bereaksi banyak, hanya. "Sudah puas memakinya? Kalau sudah silahkan pulang." wanita ayu itu membalikkan tubuh masuk ke dalam rumah dan tak keluar lagi, apapun yang Nisa teriakkan dan ancamkan.

"Nisa!!" suara berat Damar mengembalikan pikiran Nisa.

Wanita muda itu berontak, berusaha melepaskan diri dari dekapan Damar. "Aku denger sendiri, Mas berjanji padanya untuk menceraikan Nisa. Sekarang juga Nisa minta Mas ceraikan, Nisa." Alfathunisa tergugu di pelukan Damar.

"Ceraikan Nisa, Mas. Kenapa Mas Damar mau Nikahin Nisa, kalau akhirnya ada niatan mau menceraikan Nisa. Sangat tidak berhargakah Nisa, Mas." Alfathunisa mendongak menatap netra tajam milik Damar. Ada kegundahan di sana.

"Sekarang Nisa baru tau, kenapa Mas Damar gak mau menyentuh aku," Nisa masih tergugu dalam dekapan Damar.

"Kita bicarakan baik-baik, Nis. Semua pasti ada jalan keluar yang terbaik," ucap Damar memapah istri kecilnya ke atas pembaringan.

"Kamu masih punya masa depan, Mas hanya ingin melindungi kamu, kamu pasti bisa mendapatkan lelaki layak." Damar meraih dagu Nisa mengecup kening lama.

"Tadi dari mana?" Damar mengalihkan pembicaraan.

"Bukan urusan kamu!" sentak Nisa.

"Tapi, Mas kan suami kamu, kemana pun dan apapun yang kamu lakuin nanti Mas akan di mintai pertanggung jawaban di hadapan Allah," Damar berargumen.

Nisa tak menjawab, dia memalingkan wajahnya, karna tatapan Damar seperti menguliti. Desahan panjang keluar dari bibir Damar. Dia bangkit dan berlalu ke dalam kamar mandi.

Setelah beberapa saat lelaki tampan itu keluar hanya dengan mengunakan handuk yang melingkar di tubuh. Nisa hanya melirik, ingin rasanya dia terjang tubuh atletis ini seperti biasanya.

Damar mengambil pakaian di dalam lemari, dekat ranjang yang Nisa tiduri. Aroma sabun menguar dari tubuh Damar, membuat pikiran Nisa traveling. Nisa merapatkan mata, berusaha mengontrol degup jantung. "Nisa, kamu harus bisa lupakan Damar sialan itu." hati Nisa menasehati.

Nisa mengingat masa di mana, dia baru saja melangsungkan pernikahan.

Sah... Suara penghulu menggema.

Sah... Suara para saksi mengikuti.

Hari ini sah sudah Damar dan Nisa menjadi suami istri.

"Nisa, sini duduk dekat Mas," panggil Damar, ketika mereka sudah berada di kamar yang sama untuk pertama kali.

Malu-malu Nisa menghampiri Damar yang duduk di sofa kamar menghadap jendela. Entah kenapa tirai jendela, tadi di buka kembali oleh Damar.Dan juga entah mengapa Nisa jadi seperti ini? biasanya dia tak pernah ada rasa canggung. Tetapi kini dia Benar-benar malu saat berdekatan dengan Damar.

Nisa menghampiri lelaki yang sedari kecil dia puja, duduk di dekat Damar. "Nisa, kamu kan masih kuliah. Jadi kita tunda dulu malam pertamanya. " Nisa refleks mendongak menatap Netra hitam milik Damar.

Senyum teduh tersungging dari bibir Damar. Dia mengecup kening Nisa. "Nanti kalau sudah waktunya pasti, Mas lakukan." Hanya anggukan yang bisa Nisa lakukan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status