Anggara harus keluar dari kamar Ana. Dia tidak bisa terdiam di sana. Dia sangat bersyukur Ana bisa terlelap dengan nyenyak. Si kembar juga belum muncul. Dia bingung harus meminta tolong kepada siapa. Sementara Joko pun juga belum terlihat batang hidungnya.Hanya ada satu orang yang bisa dia minta bantuan. Dia akhirnya membuka tirai jendela dan melihat di halaman belakang. Pesta masih belum selesai dan itu adalah keberuntungannya. Dengan cepat dia keluar dari kamar menemui Kaisar. Calon suami Ana. Anggara berharap lelaki itu bisa melindungi Ana sampai dia mengetahui semua jawaban atas peristiwa yang sangat membingungkan ini. Otaknya benar-benar kacau. Pikirannya membelit. Dia sangat khawatir dengan Penelope. Apalagi mendengar jika Pen sudah berada di tangan Juragan.Semua orang terkejut termasuk Romo dan juga Nyai melihat kedatangan Raden yang dengan tiba-tiba berada di tengah pesta itu lagi. Gracia pun tersenyum. Dia merasa menang dengan semuanya. Dia yakin Anggara tidak akan pernah
Anggara masih saja menatap sebuah undangan yang berada di atas meja. Dia benar-benar bergetar. Tubuhnya rasanya lumpuh. Tidak bisa bergerak. Sekilas nama Penelope berada di sana. Apakah Gracia sengaja melakukan hal ini kepadanya? Dan tentu saja ternyata wanita itu memenangkan hal ini."Oh iya. Ternyata kau sudah melihatnya. Padahal aku ingin memberitahukan kepadamu itu adalah undangan pernikahan." Gracia melepaskan pelukannya, kemudian menarik telapak tangan kanan Anggara untuk menuju ke meja itu yang berjarak hanya lima langkah ke depan. Anggara kini dengan jelas membaca sebuah nama yang berada di halaman depan. Benar-benar itu adalah nama istrinya."Dia belum bercerai denganku. Dia tentu saja tidak bisa menikah."Gracia tertawa dengan keras. Dia kali ini tidak menunjukkan sisi dirinya yang sebelumnya sangat anggun, selalu menjaga bahasa dan tata krama. Tapi sekarang dia menunjukkan sisi lain dari dirinya. Kuat, berani, tidak akan pernah mengalah dan yang paling disukainya adalah ...
"Ana? Kenapa dia berada di sana?" ucap Anggara terkejut sambil mengangkat kedua tangannya. Dia kemudian melotot kepada kaisar yang hanya meringis."Ayah! Mana bisa aku berada di dalam rumah itu sendirian tanpa dirimu? Ya, dia sudah menggangguku dan aku tidak menyukainya!" Ana kemudian bersedekap sambil melirik Kaisar yang hanya meliriknya lewat kaca spion. Kemudian mengendarai mobilnya untuk segera pergi dari sana.Kaisar tidak mau tertangkap karena sudah membawa Ana pergi dari rumah itu. Romo akan sangat marah dan bahkan bisa membatalkan pernikahannya."Raden. Aku kan sudah mengatakan kepada Raden. Apa pun yang Ana inginkan, aku akan memenuhi. Termasuk pergi dari kediaman itu. Kami sudah mendengar saat Raden memutuskan untuk keluar. Jadi kami keluar dahulu.""Ya sudah. Kita akan menuju bandara, karena aku ingin pergi ke Malaysia. Cepat bawa kita ke sana.""Aku ikut kan, Ayah?" tanya Ana dan Anggara pun menggelengkan kepala. Ana melotot saat melihat. "Ayah aku ingin ikut. Kau tidak bi
Ana menggelengkan kepalanya. Memusatkan pikirannya kembali. Dia masih penasaran dengan sosok itu. Tapi ... itu mungkin. Itu adalah bayangan saja dan tidak perlu dipikirkan. Tidak ada apa-apa di sana."Kamu itu melihat apa? Kayak melihat hantu saja," ucap Anggara kemudian tersenyum saat melihat semua orang akhirnya diarahkan untuk menuju ke restoran sebelah. Dia akhirnya bisa berdua saja bersama Ana. Raden sudah menghabiskan ratusan juta untuk menyewa ruangan itu."Kenapa membuang uang hanya untuk menyewa restoran? Apalagi membayarnya sangat mahal. Banyak sekali orang yang membutuhkan uang. Jangan boros." Ana kemudian menyantap makanannya yang sudah berada di atas meja."Boros untuk anaknya sendiri tidak masalah. Daripada boros untuk orang yang tidak berguna. Ayah akan memberikan apa pun untuk dirimu. Ayah hanya ingin berdua saja denganmu."Ana semakin bahagia. Kali ini dia benar-benar memiliki sosok ayah idamannya. Dia bersama ayahnya yang super tajir melintir itu dan ternyata yang su
Mereka masih saja saling berciuman. Anggara sedikit tersenyum karena Ana menikmati apa yang dia lakukan. Dia pikir Ana mau saja bersama dengan Kaisar. Ternyata dia salah.Ana sedikit mendorong tubuh Brian karena dia sudah tidak bisa bernapas. Brian melakukannya saat lama. Mendominasi keadaan. Apalagi mereka masih sangat muda. Ana tidak ingin hal ini berlanjut. Sebenarnya itu tidak boleh dia lakukan. Ana seharusnya menampar Brian karena sudah melakukannya.Ana segera menundukkan kepala, mengatur jantungnya yang berdetak sangat hebat. Dia tidak berani menatap Brian yang terus mengikuti ke mana wajahnya berpaling. Hingga akhirnya Ana benar-benar menampar pemuda itu, seperti apa yang sering Pen lakukan kepada Anggara.Plak!"Jadi sekarang aku mendapatkan perlakuan yang sama seperti Raden saat bertemu dengan ibumu? Istilah buah tidak jauh dari pohonnya benar ya ternyata. Tapi aku sangat senang." Brian dengan tersenyum kemudian memeluk Ana. Dia Perlahan mengelus rambut Ana, membuat hati gad
Pen semakin tidak percaya. Tidak ada seseorang satupun yang mendampingi dia untuk menuju acara pernikahan. Perlahan Pen menghentikan langkah, mengamati semua arah."Kenapa tidak ada siapapun? Padahal tadi ada dua pelayan. Kenapa aku sekarang sendirian?" Pen masih sangat panik. Hingga akhirnya dia melihat seseorang menggunakan jubah besar dan memakai cadar, berjalan cepat menghampirinya dan menundukkan kepala."Kamu siapa? Aku tidak pernah melihatmu. Kamu teroris atau siapa? Memakai jubah hitam seperti itu. Jangan menyentuhku, atau aku akan berteriak. Banyak sekali orang di luar sana!" Pen berjalan mundur. Seseorang itu semakin mendekatinya dan tiba-tiba menutup mulutnya. Lalu menggendongnya."Lepaskan!" Pen meronta. Namun, dia membuka cadar itu dan sangat terkejut melihat wajah seseorang dibaliknya."Kau?"Pen tidak percaya. Ternyata sang suami yang menggendongnya. Lalu membawanya pergi dengan sangat mudah keluar dari sana, melalui pintu belakang. Ana dan Brian melambaikan tangan di u
Penelope semakin tidak percaya. Anggara menariknya dengan paksa. Sang istri berteriak. Spontan Anggara segera mencium Penelope. Membungkam mulutnya. Terus melakukan hal itu, tidak peduli Penelope menggigitnya.Anggara tetap melakukannya hingga akhirnya sang istri menyerah, karena sangat merindukan suaminya. Bahkan Penelope meneteskan air mata sambil menikmati pagutan sang suami yang cukup panas itu.Anggaran mengusap air mata itu dengan jemarinya. Namun masih saja tidak melepaskan bibirnya. Dia menggendong sang istri dan merebahkan di atas ranjang yang cukup kecil itu. Mulai melakukan aksinya. Anggara juga tidak tahan karena Penelope sangat cantik sekali.Apa yang bisa dilakukan Penelope ketika jemari itu sudah membuka kebayanya. Dia menikmati sentuhan itu yang sudah membuat nafsunya di ubun-ubun. Tanpa sadar Penelope menikmatinya. Dia memejamkan kedua matanya dengan sedikit merintih. Merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa.Anggara tersenyum melihat hal itu. Raden mulai membuka k
Ana bersama Brian masih saja saling berpandangan. Mereka sangat bahagia bisa bersama. Walaupun dalam hati mereka masih ada ketakutan ketika kembali ke Jogjakarta. Pasti mereka akan dipisahkan lagi dan harus menjalani peraturan yang berada di sana. Namun, untuk saat ini mereka akan menikmati semuanya terlebih dahulu."Kenapa kau seperti ini, Brian? Kau kan bisa bersama dengan Amel. Dia itu seperti boneka hidup. Sangat cantik, putih, sangat sempurna. Untuk apa kau memilihku?" Ana masih saja tidak mengerti. Dia menatap Brian sambil bersedekap. Dia itu gadis tomboy, kulitnya juga tidak seperti Amel wanita yang sangat sempurna dan diidamkan oleh semua pria."Aku tidak suka cewek cantik. Aku suka cewek jelek seperti kamu. Lihatlah, tidak pernah sisiran, makan celemotan, galak, nggak pernah pakai rok. Kau itu tidak jelas," balas Brian dengan kedua alis yang mengerut sangat dalam."Hah?" Ana melotot saat mendengarnya. Dia memukul Brian, namun pemuda itu menahan tangan Ana dan malah menariknya