Share

Tangisan

"Kenapa bukan ayah sendiri yang menghubungiku?!"

"Oh, itu, eeeee, jadi begini, Vir …."

"Biar nanti aku yang menghubungi ayah." Vira cepat memotong omongan Zahra. Dia kasihan karena pasti istri ayahnya itu kebingungan mencari alasan.

"Vir! Vira! Ja …."

Vira langsung memutus sambungan telepon tanpa mempedulikan Zahra yang masih berteriak memanggil namanya.

Ponsel Vira kembali berdering. Wanita itu berdecak sebal saat melihat nama di layar. Istri ayahnya itu benar-benar menyebalkan! Dia akhirnya mematikan ponsel dan membanting alat komunikasi itu ke kasur.

Wanita itu terlihat kesal. Jadi, uang kebutuhan untuk pengobatan ayahnya yang selama ini dia kirim dipergunakan oleh ibu dan saudara tirinya? Sebegitu sayang ayahnya pada mereka. Lelaki itu bahkan rela memangkas pengobatan hanya agar istri dan anak tirinya bisa hidup enak.

Vira menutup wajah dengan kedua tangan. Bahunya tiba-tiba bergetar. Vira menangis. Menyesali kenapa nasib buruk ini harus menimpa dirinya. Apa gunanya hidup bergelimang harta tetapi tidak pernah dianggap ada oleh suami sendiri?

Beruntung Mama Lily baik, itulah sumber kekuatan Vira. Berada di dekat mertuanya itu, membuat Vira bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Rasa yang tidak pernah dia dapatkan selama ini, sebelum dia (terpaksa) menikah dengan Hendra.

Wanita itu sungguh membenci Zahra dan Silmi. Karena kehadiran mereka, dia harus kehilangan masa kecilnya yang menyenangkan. Kehadiran mereka bukan hanya merebut hampir seluruh perhatian ayah, namun juga berhasil membuat ayah menjadi membencinya.

Bagaimanapun caranya, dia harus membuat ibu dan adik tirinya itu merasakan setiap detik waktu yang dilaluinya dalam kesakitan.

Dulu mereka menyiksanya dengan merebut seluruh perhatian ayah, kini kedua orang itu menyakitinya dengan membuatnya harus menjalani pernikahan tanpa cinta.

Vira mendesah. Kadang dia merasa lelah dan ingin menyerah. Di satu sisi dia mulai jengah dengan sikap Hendra padanya, namun di sisi lain, andai dia menyerah pasti kedua wanita itu akan menari kesenangan melihat dirinya kembali hancur.

"Vir?"

Vira terlonjak mendengar suara Hendra. Lelaki itu kembali ke kamar karena ada sesuatu yang harus dia ambil. Tak disangka ternyata dia justru menemui Vira yang sedang menangis.

Apa Vira menangis karena tadi dia menolaknya? Rasanya tidak mungkin karena itu. Pasti ada hal lain.

Selama pernikahan mereka, hampir tidak pernah Hendra melihat wanita agresif itu menangis. Wanita itu selalu terlihat kuat dan percaya diri. Lalu, apa hal yang kini membuatnya terlihat sangat terluka?

"Ada apa?" Hendra berjalan mendekat. Sedikit khawatir dengan Vira. Bukannya kenapa-kenapa, nanti dia pula yang disalahkan Mama Lily kalau ada apa-apa.

Sementara Vira langsung berdiri saat melihat Hendra mendekat. Tanpa menjawab tanya Hendra, Vira membuang muka dan berlalu cepat ke kamar mandi.

Hendra mematung di tempatnya. Bingung dengan sikap Vira. Sebenarnya ada apa dengan istri yang tidak diinginkannya itu?

"Dasar perempuan s*bleng! Tadi menggoda, sekarang menangis sedih. Ditanya baik-baik, malah kabur ke kamar mandi. Edan! Bisa stres aku lama-lama begini." Hendra menepuk keningnya dengan tangan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status