Share

2. Menyingkirkan aib

‘Bagaimana bisa ini terjadi padaku? Ayah … dia pasti akan sangat marah jika tahu aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik.’

Andrea bergegas pulang. Ia bahkan lupa ayahnya selalu membatasi waktunya untuk keluar malam dan kini ia pulang tepat pukul satu dini hari.

Dengan langkah mengendap-endap Andrea masuk ke dalam rumah. Baru saja ia hendak menapaki anak tangga, dehaman keras membuat langkah itu terhenti.

‘Celaka!’ 

“Dari mana kamu Andrea?” 

Suara lantang Harry Ammann — ayah Andrea membuat tubuh Andrea bergetar hebat. Akan lebih parah lagi jika ayahnya melihat bagaimana penampilannya sekarang.

Dengan gugup Andrea berbalik, ia menundukkan kepalanya tak berani menatap ayahnya.

Harry menahan napas beberapa saat sebelum menghampiri putrinya. Dilihatnya penampilan Andrea dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, lalu tatapan Harry berhenti di satu titik dan detik berikutnya satu tamparan keras mendarat di pipi Andrea.

“Ayah!” Joana memekik saat melihat adegan tersebut. Ia sebenarnya tidak tega tetapi keadaan Laura saat ini benar-benar menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka.

“Menjauh Joana. Aku hanya ingin berurusan dengan putriku saja,” ucap Harry dengan suara berat. “Sekarang jelaskan apa yang baru saja kamu lakukan di luar sana hingga kamu pulang dalam keadaan kacau seperti ini. Kamu menjual tubuhmu, Andrea?” tuding Harry.

Andrea ingin menangis tetapi sayang air mata itu tidak kunjung turun. Tiga kali ia mendapatkan tamparan malam ini, dan bekas tangan ayahnya adalah yang paling menyakitkan.

“Aku tidak—”

“Apakah pakaian sobek, blazer pria dan jejak ciuman di lehermu itu masih kurang membuktikan jika kamu baru saja melakukan itu, Andrea!” pekik Harry, ia memegangi dadanya yang semakin terasa sesak.

“Aku bisa menjelaskannya, Ayah. Aku tidak melakukan seperti yang Ayah tuduhkan. Aku bahkan diperkosa, Yah.” Akhirnya air mata Andrea tumpah, mengingat bagaimana lelaki itu menggagahinya dengan kasar membuat Andrea trauma.

Harry membuang napas panjang. Melihat penampilan putrinya mungkin benar jika ia diperkosa, tetapi mengapa masih bisa mengenakan blazer seorang pria? Apakah pemerkosa itu berbaik hati? Harry tentu tidak percaya.

“Siapa? Siapa lelaki yang sudah memperkosamu itu?” hanya Harry, Joana di sampingnya hanya bisa mengusap bahu sang suami agar bisa sedikit tenang.

Mendengar pertanyaan ayahnya tersebut membuat Andrea terdiam. Mana mungkin ia bisa mengungkapkan siapa lelaki itu sedangkan hanya masalah sepele saja ia justru menjadi korban salah sasaran. 

Andrea tidak bisa membayangkan bagaimana ayahnya akan bereaksi setelah mengetahuinya. Ia bukan melindungi Elov tetapi ia khawatir jika lelaki itu berani membuat ancaman balik untuk keluarganya.

Andrea belum lupa bagaimana kekejaman Elov padanya.

“Mengapa diam saja? Kamu berusaha melindunginya?” bentak Harry.

Andrea mengunci mulutnya. Biarlah ia menanggung semua amarah ayahnya daripada harus mengatakan yang sebenarnya. Ayahnya memang seorang pebisnis yang sukses di kota ini, tetapi untuk menentang lelaki popular itu cukup sulit. Mereka hia memberikan pernyataan palsu dan hidupnya pun tidak akan tenang.

Harry menggertakkan giginya, ia tahu jika sudah seperti ini Andrea akan diam saja. 

“Sebaiknya kamu diam di rumah dan jangan keluar. Ayah tidak ingin skandalmu ini merusak reputasi keluarga. Berdoalah semoga apa yang terjadi padamu tidak menjadi buah bibir,” ucap Harry, ia mengibaskan tangannya seolah mengusir Andrea untuk segera pergi dari hadapannya.

Hati Andrea lega, ayahnya tidak mengusirnya dan itu sudah lebih baik. Ia juga tidak akan kembali ke perusahaan tempat ia magang. Mendapat nilai C pun tidak masalah baginya.

****

Tiga bulan berlalu dan selama itu Andrea benar hanya diam di rumah. Sekalipun ia keluar itu hanya untuk kepentingan penyelesaian tugas akhir kampus, itu pun ditemani oleh pengawal yang ayahnya siapkan. Andrea cukup beruntung karena tidak satu pun orang yang mengetahui skandal tersebut. Ia juga lega Elov tidak mencarinya. 

Setelah prosesi wisuda, keluarga Amman pulang ke rumah. Wajah Harry berseri-seri, ia meminta keluarganya untuk berkumpul lagi setelah mengganti pakaian.

“Ada hal penting yang akan aku bicarakan …,” ucap Harry setelah semuanya kembali berkumpul di ruang keluarga.

Semua diam menanti Harry melanjutkan kalimatnya. Kini tatapan Harry tertuju pada Andrea.

“Tadi aku bertemu dengan Tuan Thompson di kampus, dia berniat menjodohkan Damian dengan Andrea. Bukankah ini sebuah keberuntungan. Kalian tentu tahu siapa keluarga Thompson itu, dan bukankah kamu dan Damian cukup dekat?”

Mata Andrea terbelalak sedangkan Lusiana justru terbatuk karena ucapan ayahnya tersebut.

‘Bagaimana bisa Kak Dam memilih Kak Andrea?’ 

Lusiana mulai gelisah. Ia yang menyimpan rasa untuk lelaki itu lantas mengapa kakaknya yang menjadi calon istrinya?

“Ayah … bukankah Ayah tahu kalau aku sudah—” Andrea tidak bisa melanjutkan ucapannya, hatinya terasa sakit jika mengingat kejadian itu.

Wajah Harry merah padam. “Tidak ada yang tahu selain kita dan lelaki sialan itu. Selagi kamu tutup mulut maka semua akan mudah,” tegas Harry.

“Tetapi Ayah … aku ….” Andrea menggantung kalimatnya. Kepalanya tertunduk semakin dalam, tak sanggup melanjutkan ucapannya.

“Apa lagi Andrea?” Harry mendesis kesal.

“A-aku hamil, Yah!”

“Apa?!” pekik Harry, Joana dan Lusiana bersamaan.

Andrea tidak berani mengangkat wajahnya. Ia tahu ayahnya pasti akan sangat marah. 

Harry berdiri kemudian ia menarik tangan Andrea dengan kasar. Saat putrinya itu berdiri, satu tamparan ia layangkan di pipi Andrea yang sudah dibanjiri air mata.

“Anak sialan! Kamu akan membuat reputasi keluarga ini rusak karena kebodohanmu itu. Ayah tidak mau tahu, sekarang ayo gugurkan kandunganmu itu. Ayah tidak mau dia menghambat keinginan Ayah!” 

Harry naik pitam, harusnya hari ini menjadi hari paling bahagia dan penuh dengan keberuntungan hingga Andrea akhirnya membuat sebuah pengakuan yang menghancurkan segalanya.

Dengan kedua tangannya Andrea menutupi perutnya melindungi janin di dalam kandungannya. Ia menggeleng keras dengan air mata tanpa suara tangis.

“Tidak, Yah. Aku tidak akan menggugurkan anak ini. Dia tidak bersalah, hukum aku saja. Anak ini tidak berdosa,” pinta Andrea.

Kembali Harry menampar Andrea, ia memegangi dadanya mencoba mengontrol deru napas yang terus saja memburu.

“Gugurkan anak itu atau kamu keluar dari rumah ini, aku akan mencoret namamu dari daftar keluarga, warisan dan aku akan menganggapmu sudah mati jika kamu memilih kandunganmu itu,” ancam Harry.

Andrea menjatuhkan tubuhnya untuk berlutut pada ayahnya tetapi Harry yang sudah terlewat kesal pun menendang putrinya hingga Andrea terduduk di lantai.

“Joana, Lusiana, keluarkan semua barang-barang milik Andrea. Mulai hari ini dia bukan lagi bagian dari keluarga kita,” ucap Harry final. Ia bahkan tidak iba melihat bagaimana putrinya terisak-isak memohon untuk dimaafkan.

“Sayang jangan seperti ini, jika tidak ada Andrea bukankah kita masih memiliki Lusiana?” bujuk Joana.

“Aku tahu! Aku hanya ingin menyingkirkan aib di rumah ini. Dia harus pergi dan aku tidak ingin melihatnya lagi. Keluarga Thompson akan menolak perjodohan sekalipun itu dengan Lusiana jika tahu Andrea hamil seperti ini,” ucap Harry kemudian ia pergi meninggalkan Andrea yang terus meneriakkan namanya.

‘Mengapa semua ini terjadi padaku? Aku hanya korban. Setelah ini aku akan ke mana?’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status