Share

42. Ayahanda

Ilalang setinggi leher itu bergerak seirama tersapu angin. Mentari baru saja muncul dari pekatnya kabut di puncak gunung Payoda. Sinar temaram cukup untuk menerangi dua makam sahabat dekat di hadapan Arya. Demi menahan dingin lelaki itu menghamparkan kain yang digunakannya memeluk malam di pundak. Hal yang tak bisa ia lakukan tiga tahun ini.

Kesedihannya sudah habis. Menguap bersama usahanya menahan laju tusuk konde emas milik Jenar agar tak menembus dahinya. Itu pun dengan bantuan sahabat dari dunia lain untuk menghimpit separuh tubuh pusaka perempuan Astagina itu. Rasanya amat mustahil seseorang dapat mengeluarkannya dari sana.

“Maafkan aku, Ayahanda. Aku tak mampu memberimu ketenangan di akhir hidupmu,” lirih Arya memandangi pusara Sanggageni.

Hembusan angin kembali meniup ilalang rimbun itu hingga menimbulkan suara serupa simfoni alam yang indah. Sebagian meniup rambut sebahu milik Arya. Tanpa ikat kepala, mahkotanya itu bergerak tak terkendali hingga menutup sebagian wajah.

“Ki B
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status