Share

37. Ikuti Saja!

Jakarta, 29 Maret 2018

Andra baru saja hendak memejam. Obat yang diminumnya membuat kantuk menyerang. Namun, nada dering ponselnya tak kunjung berhenti berbunyi. Gadis itu menegakkan tubuh lalu menggapai gawainya. Benda itu dia letakkan di atas nakas sejak kembali ke kamarnya.

“Halo,” sahutnya usai menggeser ikon gagang telepon.

“Rara, kamu tidak ke mana-mana kan?” tanya Bram.

“Nggak, Pak. Saya baru saja mau tidur. Apa saya harus ke kantor sekarang?”

Bram berdecak. Mengapa hanya pekerjaan saja yang ada di kepala gadis itu? Tiap kali Bram menghubunginya, dia selalu membicarakan masalah kantor. “Apa menurut kamu, saya sekejam itu?”

“Nggak, sih, Pak. Siapa tahu memang ada yang harus saya selesaikan,” balas Andra.

“Kamu istirahat saja dulu. Tidak usah pikirkan soal perkerjaan.”

“Iya, Pak. Terima kasih. Saya kira Pak Bram menelepon saya karena ada yang penting.”

“Memang ada yang penting. Pastikan pintu kamar kamu terkunci, Ra.”

“Jangan khawatir, Pak. Saya memang selalu mengunci pi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status