Share

42. Sebuah Perjanjian

Jakarta, 25 Februari 2010

Bram memasuki sebuah restoran yang terletak di lantai paling atas sebuah pusat perbelanjaan. Matanya menilik setiap meja yang terisi. Mencari satu sosok yang membuatnya meluangkan waktu datang ke tempat itu.

Rupanya, seorang perempuan menyadari kedatangannya. Dia mengangkat tangan dan melambai ke arah lelaki itu. Perempuan itu sudah sampai sejak setengah jam lalu.

“Kenapa tiba-tiba Ibu berubah pikiran?” tanya Bram tanpa tedeng aling-aling. Dia baru saja meletakkan bokongnya di kursi.

“Minumlah dulu. Kamu baru saja sampai,” sahut perempuan itu sambil menyodorkan buku menu. Perempuan berusia pertemgahan empat puluh itu tampak salah tingkah.

Bram menukas, “Terima kasih. Tapi saya tidak punya banyak waktu.”

Di benak lelaki itu terngiang peristiwa nyaris sebulan lalu. Peristiwa yang menggores perasaannya. Harga dirinya seakan dijatuhkan. Siapa lagi pelakunya jika bukan perempuan yang kini duduk di hadapannya.

“Nak Bram, saya minta maaf. Saya tidak seh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status