Share

Keping 17a

Aku meneguk ludah canggung, ketika mendapatinya di sini. Apa dia ini juga nggak kepagian? Dia kan CEO, nggak perlu berlagak menjadi babu sepertiku yang harus mematuhi jadwal kerja kantoran.

Aku mundur ke belakang hingga punggungku menyentuh kaca. Di bawah sana, aku bisa melihat pemandangan metropolis.

"Jangan terlalu mundur, kamu bisa menekan kaca itu, Bu Anjani," suaranya tampak tenang setenang telaga di Nepal sana.

"I—iya Pak Langit," aku maju dong. Karena ia menegurku begitu.

"Kenapa pagi sekali datangnya?"

"Say—saya tadi mungkin salah melihat jam dinding. Jadi, begitulah. Rasa-rasanya saya merasa telat, tapi di kantor sepi seperti kuburan."

Duh, kenapa aku harus memakai diksi horor lagi sih? Benar-benar deh.

Biru menoleh kepadaku, di sampingnya berjarak hanya beberapa jengkal saja. Aku merasa ia seperti raksasa yang berdiri dengan Thumbelina.

"Apa kau sudah sarapan tadi?" mata cokelatnya bergerak memindai penampilanku hari ini.

Kenapa sih dia harus berbasa-basi seperti itu, aku me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status