Share

Keping 18a

Hah. Percaya diri sekali, sih Biru.

"Kenapa suara itu harus suara Bapak sih? Kan saya belum tahu." Jawabku dengan suara meyakinkan. Persis sekali dengan aktingku saat berada di balik microphone siaran radio, ketika melakukan acara prank pada beberapa pendengar terpilih.

Acara yang sama sekali tidak mendidik, tapi justru dicari-cari pendengar. Ratingnya selalu tinggi, padahal topiknya sederhana, 'ngerjain orang'.

Ia memandangku dengan jenaka, sedikit tersenyum, sama sekali tidak tersinggung atau galak seperti biasanya, "Aku hanya menebak, Jani. Kenapa wajahmu jadi pucat?" Ia masih saja curiga rupanya.

Ah, masa sih wajahku pucat? Apa ini efek karena belum sarapan?

Tapi, dia mengira kalau pucat ini karena aku berbohong begitu kah?

Gawat.

Tring!

Aku terlonjak kaget. Nyaris sempoyongan, kalau tidak berpegangan pada pegangan logam di sisi lift ini.

Aku bernapas sedikit lega, mencuri pandang ke wajahnya yang datar. Namun, penuh dengan rasa ingin tahu.

Yes, bunyi lift penyelamat hidupku. Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status