Share

44. Ngomong yang bener

“Maaf ya, Pak. Keadaannya ini enggak bisa ngedukung. Nanti kalau sudah baikan, aku beri tahu,” jawab Vinza di telpon saat Adam memberitahu kalau ia sudah ada di depan gerbang David. Ia terpaksa meminta Adam pulang.

“Ya sudah, enggak apa-apa. Mudah-mudahan Rufy cepat membaik. Kamu yang tegar, ya? Ini cobaan. Namanya anak kadang ada waktunya bisa tantrum seperti itu kalau terlalu lama menahan perasaan. Hanya kita harus sabar ketika menghadapi itu. Ingat, emosi berlebihan saat menghadapi anak ketika tantrum malah akan memperburuk keadaan. Lebih baik diamkan sejenak sampai dia lebih tenang,” nasihat Adam.

“Terima kasih banyak, Pak. Terima kasih sudah mau memperhatikan Rufy. Walau dia bukan anak Bapak, tapi Pak Adam sangat pengertian.”

Adam menunduk. Ia menarik napas. “Aku berharap dia bisa jadi anakku dan Galih jadi anakmu,” jawab Adam membuat Vinza terdiam.

“Maksud Bapak gimana?” tanya Vinza bingung.

“Vin, aku tahu ini enggak tepat. Cuman, aku ingin kamu jadi ibu untuk anak-anakku. D
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status