"Kok cepat sekali Adnan diantarkan Inara, ucap Bu Khadijah.
Inara hanya bengong, tatapannya kosong yang membuat Bu Khadijah yakin kalau menantunya lagi menyimpan beban. "Nara, panggil Bu Khadijah dengan lembut. Melihat tidak ada reaksi dari Inara, Bu Khadijah membuang nafas panjang dan menggenggam tangan Inara yang sontak mengagetkan Inara. "Kamu kenapa nak?" Inara menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya pertanda kalau dia baik-baik saja. Seperti biasanya, Bu khadijah tau betul sikap dan perilaku menantunya. Bu Khadijah makin mempererat genggaman tangannya. Inara diam, dia tidak tau harus mengawali darimana menceritakan masalah yang lagi dipendamnya. Inara menimbang-nimbang dalam hati, perlu kah dia cerita kepada mertuanya, bagaimana kalau apa yang dicurigainya ternyata salah, bagaimana kalau dugaannya hanya sekadar dugaan belaka yang tidak jelas pastinya. "Ujian hidup orang itu berbeda-beda, tergantung bagaimana kita menyikapinya, ibu tau kamu lagi banyak pikiran, ibu tau kamu lagi banyak masalah, tetapi kamu harus ingat Nara, banyak diluar sana yang jauh lebih banyak masalahnya dari kamu nak, sambung Bu Khadijah yang terus memberi motivasi dan kekuatan kepada Inara. Mata Inara berkaca-kaca mendengar ucapan mertuanya. Dia semakin tenang dan berharap kalau dugaannya tidak pernah terjadi sama sekali. Bu khadijah melanjutkan ucapannya sambil memandang semakin lekat ke arah Inara. "Kapan kamu siap, ceritalah sama ibu, selama apapun sepanjang apapun cerita mu, ibu siap jadi pendengar yang baik dan Budiman. Sudah, sudah, jangan manyun lagi, sayang muka manisnya ditekuk, jelek tau, ucap Bu Khadijah menghibur menantunya." Inara sedikit terkekeh, hanya sejenak Inara berada di rumah mertuanya, dia sudah merasakan kenyamanan dan juga rasa damai yang mwbuat dia lupa dengan masalah yang dia tidak tau itu apa. Sementara Bayu yang bingung tidak tau mau berbuat apa memutuskan kembali kekamar dan melanjutkan istirahatnya yang terganggu dengan kedatangan Inara. "Paling kerumah tetangga, menenangkan pikiran, ujarnya dalam hati. Bayu segera menutup pintu. Sebelum melanjutkan tidurnya dia berencana sebentar mengecek keadaan Syafira. Dia merasa lega karena melihat Syafira yang masih tertidur pulas dibalik selimut. "Fira tidur? Ucap Bayu yang langsung mencium pipi Syafira." Syafira langsung bergelut manja tanpa menjawab pertanyaan Bayu, dia menarik tubuh Bayu kedalam pelukannya. Bayu tersenyum. Tingkah-tingkah manja dan genit seperti itulah yang tidak pernah didapatkan nya dari Inara, Bayu merasa ada hal baru jika bersama Syafira. Bayu yang dipancing seperti itu tidak kuasa menahan nafsunya. Tanpa berlama-lama mereka berdua masuk ke dalam lubang kenikmatan, dan lagi-lagi tanpa ada rasa takut dan tanpa ada rasa bersalah. Syafira memeluk dada bidang Bayu, dia sangat bahagia dengan apa yang seharusnya bukan miliknya. "Sampai kapan kita seperti ini? Tanya Syafira sambil memainkan burung gagak miliknya Bayu. "Ahhhh" Bayu meringis, dia terus menerus diberi kenikmatan oleh Syafira, Bayu benar-benar dibuat mabuk kepayang dan tida terkendali lagi. "Kamu maunya bagaimana, jawab Bayu dengan suara parau dengan mata yang merem melek. "Aku ingin kamu menikahi ku, ucapnya sambil mendorong tubuh Bayu keranjangnya dan segera menimpanya. Bayu terperangah dan juga kaget. Tanpa aba-aba Syafira langsung memainkan sumur bornya ke arah tombak keperkasaan Bayu. "Aahhhhhh, Bayu mengerang nikmat. Memiliki istri polos seperti Inara yang selalu pasif tidak pernah aktif seperti yang dirasakannya saat bersama Syafira membuat dia akan benar-benar akan menikahi Syafira meski tanpa persetujuan oleh Inara. Selesai mereka melakukannya, Bayu memeluk Syafira, dia berjanji dalam waktu dekat ini dia akan jujur kepada Inara tentang hubungan mereka. Dia juga mempertegas kalau dia tidak akan mempermasalahkan jika Inara tidak setuju, yang jelas dia akan menikahi Syafira, dan berjanji akan selalu membahagiakannya. Seperti gadis-gadis cabe-cabean alias anak ABG (anak baru gede) lainnya, diberikan janji-janji manis seperti itu membuatnya melayang tinggi ke udara. Syafira merasa dia lah perempuan terbahagia saat ini. Tidak terasa hari sudah menjelang malam, meskipun Inara enggan pulang kerumah dia tetap memaksakan diri agar mertuanya tidak semakin curiga kalau dia lagi memendam masalah. Setelah berpamitan pulang Inara segera pulang dengan semangat yang entah tinggal berapa persen lagi. Berjalan sendiri karena memang Adnan anaknya sengaja ditinggalkan membuat jalannya begitu cepat. Hanya butuh waktu 20 menit dia sudah sampai di rumah dikediaman yang menyimpan berjuta kenangan asam, pahit dan manis dalam berumah tangga dengan suaminya. Inara mengerutkan keningnya, merasa heran dengan suasana rumah yang seperti tidak berpenghuni, gelap tidak ada cahaya seperti kuburan. Perasaan Inara dag dig dug tidak tentu, dia merasakan rasa cemas dan juga takut yang tidak dia tahu apa penyebabnya. Setelah menimbang-nimbang, Inara memutuskan akan masuk dari pintu belakang, dia ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi di rumahnya. Dengan sedikit gemetar dan dibaluti rasa takut, cemas dan juga khawatir, Inara mengumpulkan tenaganya berharap sesuta yang dipikirkannya tidak pernah terjadi tidak benar adanya. Dengan pelan-pelan tanpa menimbulkan sedikit suara, Inara membuka pintu dan segera masuk ke rumah. Dan dia sangat terkejut melihat pemandangan yang sama sekali tidak pernah dipikirkannya. Selama ini Inara memang curiga kepada Bayu, curiga kalau Bayu ada main dengan perempuan lain, tidak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya kalau Bayu ada main dengan Syafira, anak gadis yang sudah sangat disayanginya yang sudah dianggapnya sebagai adik kandung. Kaki dan sekujur tubuhnya lemas melihat Bayu dan Syafira tidur berpelukan di satu ranjang seperti sepasang suami istri. Badan Inara tersungkur, tenaganya benar-benar habis, apalagi mengingat bagaimana hubungan ranjangnya dengan Bayu, sudah berapa Minggu ini Bayu tidak pernah meminta jatah kepadanya, sudah beberapa Minggu ini dia dan Bayu tidak pernah melakukannya lagi. Inara tidak pernah mempermasalahkan hubungan ranjangnya dengan Bayu meskipun dia sejujurnya rindu belaian suaminya, dengan melihat Bayu yang sering pulang malam-malam membuat Inara enggan untuk meminta jatah yang seharusnya merupakan haknya. Dan, dan adik angkatnya lah sebenarnya penyebab kenapa Bayu bersikap dingin seperti itu. Setelah beberapa menit, Inara mengumpulkan tenaganya dan dia berteriak sekuat-kuatnya. "ASTAGFIRULLAH, Bayuu, Syafira... Apa yang kalian berdua lakukan dikamar ini?" Teriakan Inara mengagetkan Bayu dan juga Syafira, mereka tidak mengira hal ini akan terjadi juga. Inara berlari kekamar, rasa sebak dan sesak di dada bersatu padu, kaki dan sekujur tubuhnya lemas melihat hal yang tidak pernah sama sekali dia bayangkan. Inara tidak kuasa menahan emosinya, dia terus berteriak, dia terus melempar barang-barang yang ada dikamar, dia benar-benar kalut dan merasa perih yang tidak bisa digambarkannya dengan kata-kata. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya, dia tidak mengira orang-orang yang sangat disayanginya begitu tega terhadapnya. "Adnan?" Ingatan Inara hanya anaknya yang sekarang lagi bersama nenek dan tantenya lagi happy-happy, bergembira ria. Inara semakin sedih mengingat nasib anaknya kedepan. Inara bingung dan bingung. Dia melihat sebilah pisau, dan....... #entah apa yang akan terjadi besti, jangan lupa di komen ya.Inara mengambil pisau, dengan gemetar dan airmata yang terus mengalir dari pipinya membuat dia seperti ingin mengakhiri hidupnya. Inara putus asa, dia tidak menyangka kalau jalan hidupnya harus seperti ini.Tanpa sengaja dia memandang foto anaknya yang yang tergantung rapi di dinding, dan seketika itu dia tersadar dan membuang pisau itu.Inara menangis semakin kencang, dia tidak kuasa lagi menahan sebak didadanya, dia terus beristigfar guna menenangkan hati dan pikirannya.Hampir 2 jam dia didalam kamar, dan 2 jam juga Bayu terus memgedor pintu dan mengucapkan kata permintaan maaf."Bun, bunda maafin mas, mas benar-benar silap, mas salah Bun, mas benar-benar salah, keluar lah sayang, kita perlu bicara, kita perlu menyelesaikan masalah ini, jangan seperti ini Bun, please.."Bayu terus merayu dan membujuk i Inara tanpa capek dan bosan.Melihat pemandangan yang sepertinya Bayu takut kehilangan Inara, membuat Syafira dongkol dan semakin membuat rasa bencinya terhadap Inara lebih besar lag
Jatuh cinta merupakan anugerah dari yang kuasa yang perlu kita syukuri, dan kalaupun kita jatuh cinta kepada orang yang tidak tepat seperti suami orang juga merupakan suatu anugerah cinta, tergantung bagaimana kita menyikapi cinta itu, dipendam sendiri demi tidak ada yang sakit hati atau terus melanjutkan mengejar cinta itu tanpa perduli dengan pasti ada hati yang akan terluka nantinya. Syafira adalah salah satunya, gadis yang dianugerahi cinta oleh sang Illahi yang tidak bisa memposisikan letak cintanya. Dia jatuh cinta kepada suami dari kakanya sendiri yang telah merawat dan membesarkannya meski tidak ada ikatan darah diantara mereka. Tanpa berpikir panjang, tanpa memikirkan perasaan Inara yang merupakan kakanya, dia terus memamerkan dan menggoda sang Abang ipar. Dimana saja pun tempatnya dia selalu mencuri-curi pandang dan juga mencari-cari perhatian Bayu, Abang iparnya. Sering bahkan selalu dia memamerkan lekuk tubuhnya kepada Bayu jika Inara lagi tidak dirumah. Banyak trik d
Waktu terus berjalan, hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, Bayu merindukan aksi yang tidak sengaja mereka lakukan, dia benar-benar tersiksa dengan rinndunya yang terlarang. Pondok usang itu seperti kenangan dan bayangan indah yang selalu ingin diulanginya kembali. Gelisah dan risau setiap hari dirasakannya setelah memutuskan untuk menjauhi dan menjaga jarak dari Syafira yang telah menjadi candunya. Semakin dia menjauhi Syafira semakin besar rasa rindu dihatinya. Dia hanya bisa menyibukkan dirinya sampai larut malam, bekerja tidak mengenal rasa lelah hanya untuk menghindari Syafira. Semakin dia menghindar dan semakin besar rasa rindu kepada Syafira. Rindu yang semakin besar tidak kuasa ditahannya lagi, Bayu tidak perduli dengan apapun yang akan terjadi nantinya, yang di inginkan nya sekarang hanya ingin bertemu melepas rasa rindu yang hampir saja meledak "booomm" meletus. Sore itu Bayu memutuskan untuk menjemput Syafira tanpa memberi kabar. Rasa rindu didadanya telah
Bukan diam seperti itu yang Inara harapkan dari suaminya, bukan membisu tanpa memberi kejelasan apapun yang di inginkannya, tetapi untuk memaksa Bayu Inara sama sekali tidak mau. Dia pun ikut diam, diam seperti suaminya, mereka sama-sama mendiamkan masalah tanpa ingin mencari solusinya bersama-sama. 3 hari kepergian Bu khadijah dan Syafira, 3 hari itu juga mereka berdua saling diam tanpa interaksi apapun. Inara bosan menunggu Bayu untuk memulai obrolan antara mereka berdua, dia jenuh dan akhirnya membiarkan permasalahan itu seperti itu saja. Inara menyibukkan dirinya mengurus Adnan dan bekerja. Selama mereka diam-diaman, selama itu juga Inara tidak melakukan apapun pekerjaan rumah, dia membiarkan baju kotor Bayu menumpuk, dia juga tidak mengurus makan minum Bayu, dia hanya mengurus dirinya dan juga anaknya. Dan Bayu, diperlakukan seperti itu dia tidak bisa mengeluh, dia hanya diam, menikmati hari-hari seperti duda memiliki istri. Bayu meradang, dia sangat mencintai Inara tetapi
Bu khadijah dan Ardi langsung membopong tubuh Inara kedalam rumah meski mereka juga dalam suasana panik dan bertanya-tanya kenapa dengan Inara. Bu Khadijah tau betul bagaimana kuatnya seorang Inara, bisa dipastikan kalau beban yang dipikulnya saat ini benar-benar sudah berat sekali sampai dia terkulai lemah pingsan tak sadarkan diri. Bu Khadijah merasa sangat cemas melihat kondisi Inara ditambah lagi dengan Bayu yang tidak ada kabar meskipun sudah berulangkali di telepon oleh Ardi. Dia mondar-mandir seperti gosokan tidak sabar menunggu Inara membuka matanya dan bertanya dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Adnan, suara Inara mengejutkab Bu Khadijah dan Ardi yang dari tadi menungguinya. Bu Khadijah langsung mendekat dan memeluk Inara, menantunya. Pecah sudah tangis Inara dipelukan ibu mertuanya, dia terus-menerus menangis mengeluarkan sebak yang ada dihatinya. Setelah sedikit reda, dia melepaskan pelukannya, ditatapnya Bu Khadijah dan Ardi saling bergantian. Dengan suara serak
Percayalah, setiap pengorbanan pasti akan ada balasan indah nantinya, kalau tidak sekarang, mungkin besok atau besoknya atau besoknya lagi yang pasti balasannya akan ada. Akan ada hikmah di setiap kejadian yang terjadi. Begitulah yang dirasakan Inara, dengan semua yang dialaminya, rasa sakit yang ditorehkan oleh orang-orang yang disayanginya dia yakin suatu saat akan mendapatkan dan memetik hikmah dari kejadian itu. Pasrah? Tidak! Rela? Juga tidak! Ikhlas? Harus, dan memang itu yang harus dilakukannya, dengan mengikhlaskan semua yang terjadi mungkin rasa sakit dan sebak dihati lama-kelamaan berangsur-angsur akan hilang dengan sendirinya. Dengan sedikit sempoyongan dia melangkahkan kakinya keluar, dia mendapati Adnan yang lagi sibuk bermain dengan Nia, adik iparnya. Melihat Inara keluar Nia segera berdiri dan membantu Inara untuk duduk didekat Adnan. Nia yang tidak tau apa yang telah terjadi tetap diam tidak berani bertanya dak ikut campur terlalu jauh. Ardi melajukan mot
Inara membisu, dia tidak paham maksud semua tuduhan Bayu, suaminya. Dia hanya bisa menatap sendu kearah Bayu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda heran. "Kamu selau tidak puas dengan semua yang kuberikan kepadamu di ranjang, kamu selau merendahkan aku, kamu kejam Inara, kamu tidak sama dengan Syafira, Syafira berbeda, Iyah, dia berbeda dari kamu, ka-kamu hiperseks, ka- PLAAAKKKK Inara sudah tidak sanggup mendengarkan semua tuduhan Bayu, dia sudah tidak kuat menahan emosinya dia semakin emosi karena Bayu membawa-bawa nama Syafira. "Berani kamu menampar aku? ujar Bayu dengan suara memekik. Bu Khadijah dan Ardi tetap diam tidak melakukan tindakan apapun, mereka membiarkan Bayu dan Inara mengeluarkan dan meluapkan emosi yang mungkin selama ini mereka pendam. "Karena kamu sudah melampaui batas Bayu, kamu sudah mengatakan yang bukan-bukan yang tidak pernah aku buat." Bayu semakin emosi dengan ucapan Inara. "Jadi kamu menyangkal semua yang aku ucapkan, kamu tidak menga
Dengan langkah lesu tak bersemangat Bayu melangkahkan kakinya pergi menjauh dari rumah dimana dia dibesarkan seperti kata ibunya yang lebih memilih membela Inara dibandingkan dia anak kandung ibunya.Ketika rumah dan Inara ditinggalkannya, Bayu merasa hatinya pun ikut tertinggal di sana. Dan sekarang bayang cantik dan lembut Inara mantan istrinya serasa mengikutinya. Wajah sembab Inara tadi menggantung di pelupuk matanya, air mata Inara tadi terus terbayang di relung hatinya yang paling dalam."Tuhan, apa yang sedang aku rasakan? Apa yang sedang aku perbuat ini? Apa aku salah jalan, Tuhan? Tanya hatinya gelisah.Bayu teringat Syafira, gadis kecil yang sangat disayangi oleh Inara. Dia mengambil benda pipih yang ada di kantong celananya dan segera mengirimkan pesan lewat via WhatsApp."Saya tidak bisa menjemput kamu, aku tunggu kamu di rumah, ada hal yang ingin saya bicarakan kepadamu tentang kita, tentang kemana kita bawa hubungan ini."Centang dua, artinya pesannya telah terkirim tin