Share

BAB 6

Kayra ragu untuk ikut. Sejauh ini Kayra belum pernah makan mie ayam pinggiran. Tapi, benar kata Haidar Kayra lapar. Akhirnya ia setuju untuk ikut.

Di tempat penjual mie ayam, Kayra menatap makanan itu tanpa selera. Kayra khawatir jika makanan itu tidak steril.

Haidar yang memang sudah kelaparan, ia makan lebih dulu. Tapi, melihat Kayra hanya menatap makannya ia menatap wanita itu.

"Kayra kenapa gak dimakan?"

"Gak papa emang kalo di makan?" Tanyanya polos.

Haidar terkekeh, ia lantas mengambil satu sendok mie, "Ini coba punya ku. Kalo gak papa berarti emang baik buat dimakan."

Kayra ragu, masa ia disuapi orang asing. Tapi, gak papa lah.

Saat Kayra menerima suapan itu, matanya membulat. Benar, rasa mie ini tidak jauh beda dengan mie ayam yang selalu ia makan dari kedai-kedai.

"Enak kan?"

"Iya lho. Ini aku makan ya. Nanti aku yang bayar aja deh. Makasih udah kasih rekomendasi." Ucapnya dan mulai memakan mie miliknya.

Haidar tersenyum kecil menatap wanita di sampingnya.

"Jangan. Mie ini biar aku aja yang bayar. Masa iya aku yang ajak makan, malah dibayarin. Gengsi dong aku sebagai cowok." Ucapnya.

Kayra menatap pria itu, Haidar adalah definisi pria idamannya. Laki-laki bertanggung jawab itu tidak harus kaya, yang penting sadar akan derajatnya sebagai laki-laki dan haknya itu apa.

"Terima kasih." Ucap Kayra.

"Untuk?"

"Untuk semuanya."

Haidar mengangguk saja. Kayra sadar sekarang harta bukan segalanya, ketampanan itu nomor sekian. Ia berpikir mungkinkah jika ia menikah dengan seseorang seperti Haidar ia akan bahagia.

***

Saking asyiknya berdua, Haidar dan Kayra melupakan tanggung jawabnya. Kini tiga anak tengah duduk di depan gerbang sekolah menunggu jemputan.

Si kembar melihat mobil mamanya dan satu lagi melihat motor butut abangnya. Tapi, ketiganya tidak melihat orang pemilik kendaraan itu. Apa boleh buat mereka hanya bisa menunggu.

"Itu mobil mama, tapi kok mama gak ada ya kak?" Ujar Reina.

"Bener banget. Apa mama diculik ya."

"Aish, kakak ini. Gak baik tahu nyumpahin mama sendiri. Mau durhaka kau kak?"

Reana hanya nyengir kuda menanggapi adiknya ini. Lagian dia bukan menyumpahi sang mama lagian mamanya sendiri yang hilang.

Mereka melihat serempak melihat ke sampingnya, ada seorang anak laki-laki yang celingukan sendirian. Reina menatap Reana, dua-duanya mengangguk, pertanda setuju dengan usulan batin untuk menghampiri anak itu.

Hanya berjarak sepuluh kaki saja, jadi tidak terlalu jauh juga.

"Hai, kamu belum pulang?" Ucap Reana.

Anak itu menatap Reana. Ia lantas tersenyum.

"Belum, lagi tunggu Abang aku. motornya ada, tapi orangnya gak ada." Jawabnya.

"Lho sama dong kita. Aku juga lagi nunggu mama. Tuh, mobilnya ada tapi mamanya gak ada." Ucap Reina yang diangguki Reana.

"Yaudah, nunggu disana yuk." Reana menujuk sebuah tempat pos. Setidaknya mereka tidak kepanasan disana.

***

"Haidar, kita lupa sesuatu." Ucap Kayra pada Haidar yang sudah selesai dengan acara makannya.

"Apa Ra?"

"Kita kesini bukan buat makan mie ayam. Tapi, jemput anak-anak." Ucap Kayra. Ia menatap Haidar dengan tatapan penuh.

Haidar seketika tersadar, ia membuka ponsel guna melihat jam, ternyata sudah waktunya anak-anak pulang. Lantas Haidar menepuk dahinya.

"Ya sudah, aku bayar dulu. Kamu tunggu sebentar."

Kayra mengangguk. Ia duduk dengan pandangan yang tidak pernah terlepas dari pria itu.

***

"Anak-anak!" Seru seseorang saat melihat tiga orang anak yang tengah berbincang di sebuah pos ronda dekat sekolah.

Reflek, ketiga anak itu pun menoleh.

"Lho mama."//"Abang." Ucap ketiganya.

Dua orang dewasa menghampiri mereka.

"Maaf ya sayang, tadi mama ada urusan sebentar." Ucap Kayra yang diangguki anak-anaknya.

Reana dan Reina menatap orang disebelah mamanya. Awalnya mereka menatap orang itu dengan tatapan tidak suka, tapi berkahir dengan keterkejutan.

"Lho Abang?"

Haidar menoleh. dirinya menemukan dua anak yang pernah membeli ciloknya tempo hari.

"Lho?"

Reana dan Reina memberikan senyuman manisnya.

Kayra yang melihat itu, ia lantas mengenalkan keduanya.

"Oh iya Haidar, ini anak-anak ku yang tempo hari beli dagangan kamu. Namanya yang Reana dan Reina. Memang agak sulit membedakan mereka, karena tinggi dan proporsi tubuh mereka sama. Kalo tidak mau salah menyapa, kamu cukup panggil Nana untuk Reana dan Rere untuk Reina." Jelas Kayra panjang lebar yang dibalas senyuman dan anggukan kecil dari Haidar.

"Oke, aku paham. Ini juga kenalin adik aku. Namanya Ravendra."

Kayra tersenyum menatap anak tersebut. Ia bisa melihat, pakaian yang lusuh dan tas yang sudah tidak layak pakai pada anak itu.

"Oh ya udah kita pulang."

"Ayo." Seru Reana dan Reina.

"Ravendra, ayo pulang." Ucap Haidar.

Ravendra mengangguk dan mengikuti langkah kakaknya kearah motor bututnya itu.

Setelah masuk kedalam mobil, Kayra sejenak menatap Haidar yang berusaha menyalakan mesin motornya. Tampaknya motor itu sulit dinyalakan.

Kayra merasa kasihan sendiri, mana hari ini begitu terik, ia menyembulkan kepalanya dari kaca mobil.

"Haidar, Ravendra masuk sini aja ayo. Kita pulang bareng."

Haidar terdiam. Disatu sisi ia merasa tidak enak pada Kayra, tapi disisi lain kasihan pada Ravendra.

Melihat Haidar yang tidak meresponnya, Kayra kembali bersuara. "Ayo, jangan malu. Udah panas banget cuacanya, kasihan Ravendra."

Si kembar yang mendengar mamanya membujuk Haidar, mereka juga ikut menyembulkan kepalanya. "Iya ayo bang." Ucap Reina dan Reana.

Haidar mengangguk, ia berjalan menuju tempat duduk belakang.

"Terimakasih, maaf merepotkan." Ucapnya setelah mendudukkan bokongnya di kursi belakang bersama Ravendra dan si kembar.

"Haidar, yang dibelakang anak-anak saja ya. Kamu di depan. Kalo saya sendiri didepan, kesannya seperti supir." Ucap Kayra diiringi kekehan kecil.

"K-kenapa tidak anak-anak kamu saja?" Tanya Haidar tidak enak.

"Cepatlah. Kalo mereka akan ribut."

Haidar keluar dari mobil itu dan masuk ke jok penumpang didepan.

"Sudah siap?" Tanya Kayra.

"Siap." Seru anak-anak semangat, sedangkan Haidar hanya tersenyum tipis.

Kayra melajukan mobilnya untuk segera pulang. Senyuman tidak luntur dari bibir tipis miliknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status