Share

3

Ugh.. Lenguh Celina,  tatkala mendapati ada begitu banyak bekas tanda kepemilikan yang ditinggalkan oleh Mikhael.

"Setidaknya,  dengan tubuh ini,  aku masih berguna bagi Grand Duke.." gumam Celina.

Seperti biasanya, Mikhael langsung beranjak dari tempat tidur tanpa sepengetahuan Celina. Mikhael kembali bersikap acuh,  dan Celina juga sudah mulai terbiasa dengan semua itu. Tak peduli,  meski dirinya hanya sebatas pemuas nafsu bagi Mikhael.

Beberapa hari berlalu,  Celina pun pergi berkeliling area duchy sebagai pelepas rasa jenuh.

Baru saja menghirup udara segar,  Celina pun harus berhadapan dengan persoalan baru.

Celina berpapasan dengan seorang wanita muda dengan gaun mewah dan dua pelayan pribadi yang mengikuti dari arah belakang.

"Hei! Berani sekali kau melewati tempat ini,  bahkan tanpa sopan santun!" Bentak wanita muda itu dengan sorot mata merendahkan Celina.

"Ah, akhirnya ketenanganku pun mulai terusik.." batin Celina.

"Maaf,  bukankah aku sudah memberikan hormat melalui gerakan tubuhku yang sedikit menundukkan kepala. Apakah itu masih belum?" ucap Celina.

"Sialan,  dasar jalang! Beraninya kau menatapku dengan mata kotormu itu! " Bentak si wanita.

"Maaf,  Tuan putri,  nyonya sudah bertindak benar.  Biarkanlah kami pergi." Ucap pelayan Celina.

Plakh.. wanita itupun mendaratkan pukulan tangannya pada pelayan Celina.

"Kau hanya pelayan rendahan,  tak pantas ikut campur. Aku bisa saja melenyapkanmu!" Celanya.

"Sikap Nona benar-benar sudah kelewat batas.  Pelayanku hanya meminta untuk membiarkan kami pergi. Mengapa nona harus berlaku kasar?" ucap Celina.

"Ah,  kau berani memanggilku Nona!  Apa kau tahu siapa aku,  huh!"

Saat hendak mendaratkan pukulan pada Celina,  Gtqnd Duke Mikhael pun tiba di sana.

"Keributan macam apa ini, putri Titania? " Ucap Mikhael yang baru tiba di sana.

"Mikhael, akhirnya kau datang juga," ucap wanita yang bernama Putri Titania.

"Wanita ini bersikap tidak sopan dan bahkan pelayannya berani bicara padaku.  Aku hanya memberikan sedikit pelajaran saja,  Mikhael." Ucapnya manja,  lalu merangkul Mikhael.

Melihat pemandangan itu,  Celina sedikit tidak nyaman namun tak ada juga alasan baginya untuk cemburu.

"Sudah berapa kali kukatakan,  panggil aku Grand Duke,  jangan memanggil namaku dengan sembarangan."  Tegas Mikhael lalu melepaskan rangkulan Titania.

"Baiklah, Grand Duke, kau masih saja bersikap dingin padaku."

"Putri Titania,  harap bersikaplah sopan selama berada di area duchy,  karena aku tidak pandang bulu dalam menerapkan disiplinku." Tegas Mikhael dengan tatapan dingin pada Titania.

"Kau lebih membela jalang ini,  dibandingkan aku yang sudah lama mengenalmu?" Teriak Titania yang terlihat kekanakan.

"Pergilah, dan jangan lagi buat keributan seperti ini di duchy." Tegas Mikhael pada Celina dan Titania dengan tindakan tegas yang sama.

•••

Titania Alfentuz, putri dari Kerajaan Utara.Titania sedang berkunjung ke duchy, karena Mikhael ialah teman sejak kecilnya.  Namun Titani memiliki sikap yang tidak menyenangkan. Titania sangat egois dan kejam pada orang-orang yang dianggap saingan bahkan walau sekadar rasa tidak senang semata.

Mansion ke tiga,  tempat khusus bagi para tamu yang datang ke Kerajaan Barat.

"Sial! Siapa wanita jalang itu! Apakah kalian sudah mencari tahunya? " ucap Titania pada salah seorang utusan mata-mata pribadinya.

"Nona itu adalah putri dari Baron Bellroze, bangsawan yang sudah jatuh  miskin bahkan sudah tidak ada lagi." Ucap si pesuruh.

"Lantas, mengapa jalang itu bisa berada di sini?"

"Untuk perihal itu,  sepertinya karena Grand Duke Mikhael sangat bermurah hati, Tuan Putri."

Prang!! 

Titania membanting cangkir keramik yang berada di atas meja hadapannya,  dan hampir mengenai si pesuruh.

"Sejak kapan Mikhael bermurah hati,  pria itu selalu bersikap dingin padaku,  semenjak Tuan dan Nyonya sudah tiada.  Bukankah itu adalah masalah ayah,  mengapa harus aku yang terkena imbasnya!"

"Tenanglah Tuan Putri.  Bukankah kita bisa gunakan wanita itu untuk mainan anda saja.  Wanita itu bahkan seorang anak bangsawan yang jatuh, bukan?" Ucap si pesuruh memprovokasi Titania.

"Ah,  kau benar.  Aku bisa gunakan jalang itu untuk mainanku, itulah akibatnya jika berani mengangkat kepala di hadapan Putri Titania Alfentuz. "

Titania memang sangat keji,  menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya. Tak peduli meski orang-orang tak bersalah akan menderita karenanya.

•••

Malam perjamuan makan bersama.

Makan malam itu diadakan di aula utama duchy kekuasaan Grand Duke Mikhael.

Seperti biasa,  Titania akan selalu menempel pada Mikhael tanpa ada rasa malu.

"Tuan Duke,  bisakah malam ini kita berdansa?" ucap Titania memohon.

Kejadian itu dilihat langsung oleh Celina yang menikmati makan malam di meja yang berbeda namun masih satu aula.

"Aku sibuk,  jadi jangan coba mengusikku."

Huhh.. "Dasar Mikhael dingin!" Gerutu Titania.

Mikhael menatap ke arah meja seberangnya,  dengan tatapan tajamnya pada Celina.

"Hawa di tempat ini sepertinya kurang cocok untuk seorang bangsawan yang sudah jatuh. Apakah kau merasa tidak nyaman,  Nona Celina Bellroze?" ucap Titania yang mulai menggangu Celina.

"Aku hanya datang karena diundang,  jadi tidak ada alasan bagiku untuk mengeluhkan hal yang hanya sebatas asumsi orang lain."

Byurr.. Titania dengan berani menumpahkan anggur merah ke gaun milik Celina tepat di hadapan semua tamu.

Ah,  "maafkan aku, Celina Bellroze,  tanganku cukup licin malam ini. Apakah kau akan marah atau menghukum kesalahan kecilku ini?" ucap Titania memandang rendah Celina.

"Apa, tuan putri itu memanggil nona itu Bellroze?  Bukankah itu keluarga bangsawan yang sudah jatuh miskin karena berbagai kasus?"

"Ya,  bagaimana bisa dia dengan tidak tahu malu berada di tempat seperti ini? "

"Mengapa Grand Duke terlalu bermurah hati mengundangnya? "

"Gadis itu memang cantik, namun tetap saja statusnya hanyalah seorang putri bangsawan yang jatuh,  bukan? "

Riuh suara orang-orang yang juga memandang rendah Celina,  hanya karena status sosialnya.  Begitulah kehidupan para bangsawan,  tak peduli dengan kepedihan orang lain.  Selama itu tidak menguntungkan,  maka mereka akan terus mencemoohnya.

Mikhael melangkah ke arah mereka dengan raut wajah nan dingin.

"Ini hanyalah sebuah kejadian kecil,  mengapa tidak kembali menikmati jamuan yang ada." Ucap Mikhael,  dsn para tamu pun bubar untuk kembali berpesta.

Sementara itu Celina pun pamit undur diri untuk membersihkan dirinya yang cukup berantakan itu.

"Putri Titania,  besok pagi aku sudah harus melihatmu kembali ke kerajaan Utara."

"Tuan Duke,  tidak bisakah aku tinggal sebentar lagi? "

"Sudah berulang kali kukatakan,  kau boleh datang berkunjung tapi tidak membuat masalah apapun.  Namun,  sepertinya kau tidak mengindahkan ucapanku."

"Tuan Duke kau keterlaluan, aku akan mengadukan hal ini pada ayah!"

"Silakan,  jika kau tidak ingin menginjakkan kakimu di kerajaan Barat ini lagi. Aku sudah muak dengan tingkah kekanakanmu yang terus mengusik ketenangan hidup orang lain.  Kau benar-benar memalukan,  Titania Alfentuz!"  Cela Mikhael dengan tatapan tajamnya.

"Sial!  Semua ini karena jalang itu! Lihat saja,  aku akan kembali membuatnya pergi dari duchy ini! "  gumam Titania.

•••

Beberapa hari kemudian...

°Mansion ke dua Kediaman Celina°

"Sejak kejadian siang hari itu bahkan malam menyebalkan itu,  Tuan Grand Duke masih saja mengacuhkan aku.. Ya,  apa lagi yang kuharapkan.. Bisa hidup layak pun sudah bersyukur. Konyolnya aku,  yang mulai mengharapkan hal lebih.." gumam Celina.

Karena merasa bosan,  Celina pun berdiri di balkon kamarnya,  dengan piyama tipis namun masih mengenakan outer. 

Seeokor anak anjing berlari bersama seorang pria tinggi tegap,  dan berhenti tepat di depan balkon kamar Celina.

Pria tampan itu pun melemparkan senyumannya pada Celina,  Celina pun spontan membalas senyuman itu.

"Hai,  Nona manis!" Ucapnya.

"Nona manis,  bukankah pria ini terlalu cepat menilaiku.. " gumam Celina,  lalu bergegas masuk kembali ke kamarnya.

Pria yang bersama anjing itu pun tersenyum dan mulai penasaran akan sosok anggun Celina.

"Celina Bellroze,  bukan? " gumam si pria,  lalu melangkah pergi dengan rasa penarasan yang kian bertambah.

"Sudah hampir satu tahun berada di duchy,  dan ini pertama kalinya ada pria yang bersikap ramah dan baik padaku.." gumam Celina tersenyum.

Ya,  Celina hanya putri seorang Baron,  itu adalah status yang rendah bagi bangsawan lainnya. Sehingga Celina pun tidak banyak bergaul dengan dunia luar. Celina hanya sempat mengenal Deego dengan waktu yang cukup lama. 

Akan tetapi,  Deego bukanlah pria yang ramah seperti Celina harapkan.  Namun Celina bahkan tak memiliki kekuatan untuk menolak perintah orang tua.  Kehidupan seorang putri bangsawan rendah,  sudah ditentukan dan tak seakan tak memiliki hak untuk memilih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status