Sudah dua minggu berjalan renovasi rumah Darto, sore ini, Darto kemabli mengunjungi rmahnya guna mengonatrol progres renovasinya sampai mana, sejak kejadian tempo hari, Darto baru kali ini kembali lagi, dia hanya memakai motor antik kesayangannya, sebelum ke rumahnya, dia sengaja pergi dulu ke rumah ustad Jaelani. “Assalamualaikum ... “ salam Darto saat di depan pagar rumah ustad, TENG TENG TENG di kenteng-kengeng pagar besi itu dengan kontak motornya, akhirnya istri ustad muncul “Waalaikummussalam” jawab istri ustad “Eh, dek Darto, ada apa ya ... maaf tidak bisa mempersilahkan dek Darto, Suami tidak ada dirumah ... “ ujar istri ustad itu santun “Nggak apa Umi, cuma mau tanyak, ustad sudah pulang apa belum” tanya Darto “Oh, maaf Dek, Ustad masih belum bisa pulang, tadi malam cuma VC, dengan kami, tidak mengatakan atau kasih tahu kapan pulang” ujar istri ustad kalem “Baiklah Umi, terimakasih, salam kepada Ustad” pamit Darto “Eh ya ... apa khabar dek Ninik, sehat-sehatkah?” tany
Rahmat beringsut kebelakang tubuh Darto, sambil tetap mengintip dari sela kaki Darto yang terbuka, mbok Rah masih menatap Rahmat tajam, melihat hal itu Darto berdehemEHEMMMobk Rah gelagapan, “Eh_oh, mas Darto pulang, maaf, saya tidak tahu, mas Darto mau minum apa, saya buatkan” tawar mbok Rah mengalihkan konfrontasi antara dirinya dan Rahmat barusan, dia tersenyum, tapi senyumnya itu seram, cenderung menyeringai.Mbok Rah sangat kaget dan tidak menyangka Darto pulang hari itu, apalagi membawa anak kecil, yang sepertinya punya keistimewaan, mbok Rah tahu itu, apa maksud Darto membawa pulang anak itu, apa itu orang pinter yang akan melidungi Darto? Pikirnya, apa Darto mencurigai sesuatu? pertanyaa-pertanyaan yang berkecamuk di pikiran mbok RahHati mbok Rah menjadi gelisah dan was-was, dia akan pelajari dulu kekuatan anak itu sampai dimana, tidak boleh ada yang mengganggu rencanaku’ pikir mbok RahDarto yang melihat gelagat aneh dari mbok Rah, dan ketakutan Rahmat dengan kemunculan mb
“Sus, minta tolong panci disitu gih, aku juga mau buat teh” ucap mbok RahSusi segera mengambil panci bergagang yang dimaksud mbok Rah, biasanya untuk menjerang air saat membuat minuman panas, saat Susi menjangkau panci itu, kesempatan bagi mbok Rah, menaburkan sedikit bubuk yang diambilkan dari buntelan tadi, dimana Susi tidak menyadari hal itu, karena begitu cepat, dan mbok Rah segera memasukkan kembali buntelan itu di lipatan jariknya, dia tersenyum menyeringai.“Biar aku saja Sus” ujar mbok Rah menawarkan diri“Nggak usah mbok, tunggu airnya sampean mendidih, biar nggak gosong, katanya mau buat teh” tolak Susi, mbok Rah terdiam, dia tidak punya alasan untuk memaksa kehendak“Eh, Sus, jangan lupa, yang sebelah ini buat mas Darto, kelihatannya lebih pas, terlihat warnanya lebih bagus dari yang ini” tunjuk mbok Rah pada gelas yang dimaksud, mencoba mengatur Susi.“Iya mbok” sahut Susi sambil lalu tanpa berpikir apapun,Ah, malam ini sepertinya akan berhasil, tunggu nduk, keinginanmu
“Maaf Mas, apa Mas Darto mau pulang?,apa sebaiknya Mas duduk dulu, soalnya saya dan Susi terlanjur nyiapkan bahan untuk makan malam” cerocos mbok Rah “Oh, yang pulang Pak tukang mbok, saya pulang nanti, habis maghrib” tutur Darto, soalnya ada sesuatu yang harus dia kerjakan dulu di kamar, tanggung, biar tidak bawa pekerjaan pulang pikir Darto “Mari Mas Darto, saya pamit” “Oh mari-mari silahkan, hati-hati dijalan, anak istri menunggu” tutur Darto sambil tersenyum dengan tangan mempersilahkan, ternyata Darto mengiringi pak tukang untuk pulang, Darto segera masuk ke kamar, tanpa sepengetahuannya, mbok Rah menguntit dan mendekat ke depan pintu kamar, begitu Darto masuk dan menutup kamar, mbok Rah terlihat menempelkan telinganya, di pintu, entah apa yang ingin di dengar, matanya berbinar, wajahnya cerah, segera setelah itu dia berlari turun, kemudian dia kembali, seperti sedang menggandeng seseorang, meski tidak nampak yang digandeng, kemudian berbisik-bisik seperti ada orang disampingn
Susi sudah sampai lebih dulu di depan kamar, dia membuka pintu dan segera masuk, Darto hendak ikutan masuk, tapi dia ragu, sejenak dia mengingat ceramah seorang ustad, janganlah berduaan dengan yang bukan muhrim, karena tidak baik dua orang bukan muhrim berada di kamar atau tempat sepi berduaan, karena yang ketiga adalah setan, meski penasaran degan apa yang terjadi di dalam, Darto memilih menunggu di depan kamar.“Ya ampun ... !” terdengar Susi berseru, Darto yang penasaranpun bertanya.DDRRRT DRRRT“Ad ...” suara Darto terputus, padahal dia hendak berteriak dan bertanya ada apa pada Susi, tapi di batalkan, demi mendengar nada panggilan khusus dri istrinya, menjawab segera istrinya dirasa lebih penting“Waalaikumussalam Humai” Darto menjawab salam istrinya yang sedang memakai mode vedeo Call.“Cepat pulang Bi, Baby rindu” suara manja Ninik dengan ekspresi terlihat lucu di layar“Baik, nih lihat, Habi sudah mau pulang” jawab Darto sambil melangkahkan kaki menuruni tangga,“Ok Bi ...
“Eh, pasti kucing!” ujar mbok Rah gugup,“Sudah yah, sampai sini saja, mbok bisa pelan-pelan, kamu teruskan pekerjaanmu” sambung mbok Rah, sejenak Susi ragu, tapi setelah dia yakin mbok Rah bisa, akhirnya dia membiarkan mbok Rah sendiri, sebenarnya dia sangat penasaran dengan kamar mbok Rah, harusnya ini kesempatannya dia bisa mengamati langsung isi kamr mbok Rah, tapi sudahlah, sepertinya mbok Rah menyimpan misteri, yang orang lain tidak boleh tahu pikir Susi, diapun segera berlalu dari situ,Setelah Susi berlalu, mbok Rah segera membuka pelan pintu kamarnya, dan segera menutup kembali, seperti takut di intip orang.Setelah masuk, dia menghela nafas, “Nduk jangan begitu, nanti Susi curiga, jangan marah-marah seperti itu lagi, nanti kita akan usahakan lagi lain waktu yah, kamu yang sabar” tutur mbok Rah lembut, orang awam tidak akan tahu dia sedang berbicara dengan siapa, karena tampak dia sedang sendiri di kamar itu.Mbok Rah dengan tertatih-tatih menuju pembaringannya, di baringkan
“Sus_Susi_bangun Sus” mbok Rah menepuk-nepuk pipinya pelan, dia tidak menyangka, kenapa tiba-tiba Susi masuk ke kamarnya. Lamat-lamat ada yang memanggil namanya, Susi membuka matanya pelan, serasa berat, dia paksa kelopak matanya membuka, dengan susah payah akhirnya dia bisa membuka dengan sempurna, pelipis, bawah hidung, kaki dan tangannya terasa panas dan aroma balsam, di kerjap-kerjapkan matanya, dilihatnya mbok Rah ada disampingnya memijit-mijit telapak tangannya. “Syukurlah Sus, akhirnya kamu sadar, bikin panik saja” seru mbok Rah “Eh ya, ada apa mbok, kog aku seperti ini” tanya Susi bingung “Eh kamu tadi pingsan, jadi aku bawa ke kamarmu” sahut mbok Rah, “Kenapa aku pingsan?” tanya Susi heran dengan keadaannya. Dia mencoba mengingat kejadian tadi, seingatnya dia sedang memasak, itu saja, apa terus aku pingsan, pikir Susi. “Terima kasih ya mbok, jadi ngerepoti” ujar Susi lirih, dan segera mendudukkan badannya. “Apa kamu masih pusing Sus?” tanya mbok Rah. “Sudah nggak mbok,
***Di jalanan menuju arah ke rumah ibu Darto ada kehebohan, di trafig light, salah seorang pengendara mobil sontak melotot ke arah seorang pengendara sepeda motor, yang tepat bersisihan di sebelah mobilnya, pengendara itu membonceng sosok bergaun putih lebar menjuntai, gaun itu berkibar-kibar diterpa angin, sedang sosok itu pucat dengan mata yang menyeramkan, pengendara mobil itu dan sosok itu saling menatap.“astaghfirullahhaadzim” seru pengendara mobil itu berseru, tubuhnya bergidik ngeri,“Ada apa bro?” seru orang di sampingnya, dia tahu temannya ini memiliki bakat indigo, dapat melihat makhluk kasat mata, sehingga dia yakin temannya ini sedang melihat sesuatu“Di sebelah ada si Han bro” sahutnya, si teman paham apa yang di maksud temannya, sedang dia sendiri tidak dapat melihatnya.“Di sebelah mana?” tanya temannya lagi, penasaran.“Di boncengan motor bapak berbaju kotak merah biru, sebelah mobil ini” jawab si teman indigo itu dengan suara sedikit berbisikPria disebelahnya meleb