“Eh, pasti kucing!” ujar mbok Rah gugup,“Sudah yah, sampai sini saja, mbok bisa pelan-pelan, kamu teruskan pekerjaanmu” sambung mbok Rah, sejenak Susi ragu, tapi setelah dia yakin mbok Rah bisa, akhirnya dia membiarkan mbok Rah sendiri, sebenarnya dia sangat penasaran dengan kamar mbok Rah, harusnya ini kesempatannya dia bisa mengamati langsung isi kamr mbok Rah, tapi sudahlah, sepertinya mbok Rah menyimpan misteri, yang orang lain tidak boleh tahu pikir Susi, diapun segera berlalu dari situ,Setelah Susi berlalu, mbok Rah segera membuka pelan pintu kamarnya, dan segera menutup kembali, seperti takut di intip orang.Setelah masuk, dia menghela nafas, “Nduk jangan begitu, nanti Susi curiga, jangan marah-marah seperti itu lagi, nanti kita akan usahakan lagi lain waktu yah, kamu yang sabar” tutur mbok Rah lembut, orang awam tidak akan tahu dia sedang berbicara dengan siapa, karena tampak dia sedang sendiri di kamar itu.Mbok Rah dengan tertatih-tatih menuju pembaringannya, di baringkan
“Sus_Susi_bangun Sus” mbok Rah menepuk-nepuk pipinya pelan, dia tidak menyangka, kenapa tiba-tiba Susi masuk ke kamarnya. Lamat-lamat ada yang memanggil namanya, Susi membuka matanya pelan, serasa berat, dia paksa kelopak matanya membuka, dengan susah payah akhirnya dia bisa membuka dengan sempurna, pelipis, bawah hidung, kaki dan tangannya terasa panas dan aroma balsam, di kerjap-kerjapkan matanya, dilihatnya mbok Rah ada disampingnya memijit-mijit telapak tangannya. “Syukurlah Sus, akhirnya kamu sadar, bikin panik saja” seru mbok Rah “Eh ya, ada apa mbok, kog aku seperti ini” tanya Susi bingung “Eh kamu tadi pingsan, jadi aku bawa ke kamarmu” sahut mbok Rah, “Kenapa aku pingsan?” tanya Susi heran dengan keadaannya. Dia mencoba mengingat kejadian tadi, seingatnya dia sedang memasak, itu saja, apa terus aku pingsan, pikir Susi. “Terima kasih ya mbok, jadi ngerepoti” ujar Susi lirih, dan segera mendudukkan badannya. “Apa kamu masih pusing Sus?” tanya mbok Rah. “Sudah nggak mbok,
***Di jalanan menuju arah ke rumah ibu Darto ada kehebohan, di trafig light, salah seorang pengendara mobil sontak melotot ke arah seorang pengendara sepeda motor, yang tepat bersisihan di sebelah mobilnya, pengendara itu membonceng sosok bergaun putih lebar menjuntai, gaun itu berkibar-kibar diterpa angin, sedang sosok itu pucat dengan mata yang menyeramkan, pengendara mobil itu dan sosok itu saling menatap.“astaghfirullahhaadzim” seru pengendara mobil itu berseru, tubuhnya bergidik ngeri,“Ada apa bro?” seru orang di sampingnya, dia tahu temannya ini memiliki bakat indigo, dapat melihat makhluk kasat mata, sehingga dia yakin temannya ini sedang melihat sesuatu“Di sebelah ada si Han bro” sahutnya, si teman paham apa yang di maksud temannya, sedang dia sendiri tidak dapat melihatnya.“Di sebelah mana?” tanya temannya lagi, penasaran.“Di boncengan motor bapak berbaju kotak merah biru, sebelah mobil ini” jawab si teman indigo itu dengan suara sedikit berbisikPria disebelahnya meleb
“Hay ada apa bro ... kaget tahu!’ seru si teman, si indigo diam saja, sepertinya dia mengamati satu titik, entah apa yang di lihatnya sampai kayak gituKemudian si indigo keluar, dia seperti berbincang-bincang dengan seseorang, tapi tidak ada seorangpun berada di jalanan itu. Kemudian si indigo kembali ke mobilnya, dia membuka pintu mobil kemudi, lalu dia bertanya pada temannya.“Sory bro, ada yang mau numpang boleh nggak ....?” tanya si indigo, karena mobil ini milik temannya itu, jadi dia harus ijin“Siapa ....?” tanya si teman“Yang tadi di bonceng bapak-bapak tadi yang aku ceritakan, dia mencari alamat ini, dan dia minta tolong padaku, karena hanya aku saat ini yang bisa berkomunikasi denganya, jadi dia minta tolong begitu ....” terang si indigo“Lha, dia khan hantu, kenapa harus numpang, dia khan bisa melayang, terbang” ujar si teman“Dia masih hantu mentah bro, masih belum punya ilmu seperti itu, walau hantu itu sama dengan kita, butuh bertahun-tahun untuk punya ilmu terbang, se
Si indigo segera melajukan mobil kembali membelah kabut malam, hujan rintik masih terus berlanjut, fiper kaca mobil masih bergerak ke kanan dan ke kiri, di setel lambat, karena hujan tidaklah lebat, jalanan tampak lengang, hanya beberapa mobil yang berseliweran, udara dalam mobil terasa dingin, karena harus menghidupkan volume AC dengan agak tinggi, agar tidak menimbulkan kabut di kaca, entah mengapa suasana malam itu terasa mistis, mungkin perasaan si teman indigo itu saja kali yah.“Bro, hantu tadi itu perempuan apa laki-laki?” tanya si teman itu masih penasaran, dia merasa ada yang mengganjal, keingintahuannya sangat tinggi.“Perempuan” jawab si indigo.“Lha, namanya siapa” tanyanya lagi.“Alamatnya dimana?” timpal si indigo mengejek si teman“Ish sialan kamu, aku tuh nanya beneran?” ujar si teman“hhhhhh, lagian kamu serius amat, mau ngapain sensus begitu?, memang kamu naksir?” cerocos si indigo, sambil cekikikan“Ish, naksir gundulmu itu, aku tuh cuma penasaran aja dunia ghoib,
“Tidak bu, tadi ada tabrak lari, dan saya membantunya” jawab Darto darto datar.“Oh, apa pasien sudah ditangani?” tanya Dokter Nova, sebenarnya itu bukan pertanyaan, secara khan sudah jelas, kalau di UGD itu pasti langsung ditangani, dokter Nova hanya ingin mencari bahan pembicaraan, dia ingin berbicara lebih lama dengan Darto, orang yang di kagumi dan diam-diam di cintai ini, apalagi sekarang satu lagi sisi Darto yang dia lihat, yaitu kebaikan hati, mau-maunya menolong orang lain, sampai ditunggui begitu.“Sudah bu” jawab Darto singkat, yang pada dasarnya seorang yang pendiam, apalagi dengan lawan jenis,“Bapak Darto!” teriak seorang suster dari arah ruangan UGD“Eh ya, saya” seru Darto sambil berlari mendekat ke arah suster yang memanggilnya.“Ah ini pak, si ibu sudah baik-baik saja, hanya luka ringan, sedang si adik harus di periksa lebih lanjut, dan dokter merekomkan untuk CT Scan, dan pihak keluarga harus persetujuan dan menyelesaikan keadministrasiannya dulu” tutur suster itu ra
Dokter Nova menghadapkan wajahnya kepada Darto, sedikit mendongak karena Darto yang tinggi, wajahnya sumringah, menunggu ucapan Darto selanjutnya, dengan posisi seperti itu, dokter Nova gemetaran, dadanya mau meledak, di lihat sepertinya Darto hendak minta tolong sesuatu.“Eh_maaf bu dokter, saya mau pinjam Hand Phone, soalnya tadi sepertinya jatuh, saat menolong korban” ujar Darto sopan, dia sedikit menjauhkan wajahnya, karena dirasa dokter Nova terlalu mendekatkan wajahnya, dia jadi jengah.“Eh_boleh_boleh, silahkan” sahut dokter Nova secepatnya dia menyerahkan Hand Phonya kepada Darto, setelah di buka sandinya dengan sidik jarinya, hatinya berdegup kencang, hatinya berlompatan sampai tangannya tremor dan sedikit berkeringat saat menyerahkan benda pipih itu, sedang disisi Darto tidak menyadari hal itu.Darto menekan nomor yang selalu di hafal di luar kepala, dan terbukti sangat bermanfaat dalam situasi seperti saat ini, saat Hand Phonya hilang, dia masih mudah menghubungi orang ini,
Sesampainya di depan gang, Darto memelankan kendaraannya, karena gangnya agak sempit, jadi saat berbelok dan hendak memarkirkan di garasi rumah harus ekstra hati-hati,NGUK NGUK NGUKDarto terperanjat, dia melihat dua ekor anjing mulutnya dilakban, dan kakinya di rantai jadi satu oleh pemilik sendiri,Sebagai sopan-santun Darto menyapa dan menanyakan apa yang sedang terjadi dengan kedua anjingnya itu.“Lho Koh, ada apa dengan si Blaky?” tanya Darto, yah pemilik kedua anjing itu seorang keturunan Tionghoa, sudah bertetangga sejak dia kecil,“nggak tahu mas, malam ini dia melolong terus, juga tingkahnya seperti anjing gila, aku khan malu sama tetangga, jadi aku lakband moncongnya, dan aku ikat kakinya agar tidak bersuara dan bertingkah, besok pagi aku periksakan ke dokter” cerocos kokoh itu“Oh, begitu ... mari Koh” Darto segera melanjutkan laju mobil memasuki gang, hari menjelang pagi, sebentr lagi subuh, saat sampai di rumah.***Pagi menjelang, seperti biasa Ninik dan mertuanya seda