Share

Curhatan Hati Bapak

Sesampainya di rumah sakit, Bapak langsung mendapatkan perawatan serius. Mungkin karena melihat badan Bapak yang kuyu juga matanya yang begitu cekung.

“Sudah berapa hari muntabernya?“ tanya dokter. Aku mengernyit bingung.

“Ma-maaf, Dok. saya nggak tahu. Saya mantunya dan baru ke sini tadi pagi,“ jawabku jujur. Dokter hanya membulatkan bibirnya.

Bapak dibawa ke ruang inap kelas tiga. Siang ini aku menjaganya sendiri karena Mas Hasan ke puskesmas, meminta surat rujukan.

“Bapak mau makan? Atau mau apa? Biar Hanna carikan.“ Kuuraikan keheningan di antar kami.

“Enggak usah, Teh. Tapi kalau nggak keberatan, Bapak pengen jus,“ jawabnya.

“Jus apa, Pak?“

“Jus alpukat.“ Bapak menjawabnya dengan antusias.

“Baik. Hanna turun dulu, ya.“

Bapak mengangguk sambil tersenyum. Aku segera meraih kartu identitas dan dompet, lalu melangkah ke luar.

“Teh ...“

Aku menoleh sejenak.

“Terimakasih banyak,“ ucap Bapak dengan wajah sumringah. Aku mengangguk lalu melangkah dengan cepat.

Selain membeli jus, aku j
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status