Share

Hinaan Mereka

Pagi telah tiba. Gerimis mengiringi indahnya pagi ini. Di halaman grosir, beberapa gerobak sudah standby. Ada tukang bubur, nasi kuning dan gorengan. Aku sendiri baru selesai membuat adonan martabak, sedangkan Mas Hasan dan Khalid mengantre di tukang bubur.

“Ayo Dek, kita makan,“ ucap Mas Hasan sambil menaruh tiga mangkuk bubur di atas karpet belakang meja kasir.

Bubur ayam khas Cianjur memang cocok menemani gerimis di kala pagi. Aroma lada bubuk dan pais daun bawangnya begitu memanjakan lidah. Kami bertiga makan dengan khidmat sampai mangkuk kembali kosong.

“Kira-kira Mamah jadi ke sini nggak, ya?“ tanyaku. Mas Hasan bergeming sesaat lalu mengendikkan bahu.

“Kulkas kosong melompong, Mas. Gimana kalau Mamah jadi ke sini?“ tanyaku lagi.

“Gampang. Tinggal beli aja ke Bu Tiur.“ Mas Hasan menjawab.

Bu Tiur itu pemilik warung nasi padang samping grosir ini. Aku mengenalnya saat seminggu di sini. Dia memberi nasi dan ayam sayur sebagai bentuk perkenalan. Akupun sering membeli ke warungnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status