Share

Kumat lagi

Mendengar ocehan dari orang tua terkadang lebih banyak unfaedah, ada juga bermanfaat.

Tapi seringkali menyakiti si pendengar.

Mulai hari ini, aku tak lagi ingin mendengar kata-kata kurang bermanfaat itu.

Semenjak beberapa hari ibu mertua sering marah-marah. Adakalanya dia lelah, dan meminta pertolongan orang terdekat.

“Ra, mama kumat lagi.”

Nada Abbas akhirnya melentur.

Antara penasaran atau tidaknya, tetapi kakiku berhenti lalu berbalik badan.

Tepat di tengah ruangan menuju posisi dapur.

“Kumat gimana maksud kamu?”

“Sakit.”

Sesingkat itu dari mulut Abbas. Rautnya malah meluluhlantakkan pikiranku.

“Pasti lambung dia lagi.”

Aku menebak.

“Ya, itulah penyakit biasanya.”

Abbas sedikit menundukkan pandangan kepalanya. Di jam segini, semua orang sudah tertidur lelap. Tapi di rumah ibu, masih ada adik ipar yang menjaganya.

“Kamu bisa jaga dia untuk sementara waktu?” pinta Abbas sambil bertanya-tanya lelah.

“Kau ini, di rumah kan ada Rafasya, masa saya harus berdua sama dia jagain mama?”

“Kal
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status