Share

113. Petanda Bahaya dari Leluhur

Kelima Pendekar bertopeng datang menghadap Gajendra di kediamannya. Ganjendra berdiri heran melihat mereka.

“Ada apa kalian mengganggu pertapaanku?” tanyanya heran.

“Ampun, Tuan Guru,” ucap salah satu dari pendekar bertopeng itu. “Sepertinya kita tidak bisa diam. Saat ini memang cahaya merah dari pedang perak itu telah menyatu dengan Pangeran Kantata. Tapi kita harus mencari cara agar perintah leluhur kita untuk meratakan semua kerajaan Nusantara bisa tercapai.”

Gajendra geram. “Siapa pemimpin di perguruan tengkorak ini?!!! Kenapa kalian yang malah memerintahkanku?!”

“Ampun, Tuan Guru! Kamu tidak bermaksud memerintah Tuan Guru, kami hanya memberi saran agar kutukan dari leluhur kita tidak menimpa kita dalam waktu dekat ini. Kami khawatir karena tadi pagi ada tiga pendekar yang mendadak mati.”

Gajendra terkejut mendengarnya. “Di mana mayat tiga pendekar itu?”

“Ketig

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status