Share

35. Lapangan Tembak

"Deyan, bangun!"

Minggu pagi. Kevan sudah rapi bersama Omar dan Ziyad. Dia membangunkan Deyan yang masih tertidur di sofa panjang.

"Hmm? Jam berapa, sih? Dingin banget, Van."

Deyan tidak juga membuka matanya. Lalu, Kevan duduk di sofa single.

"Sekarang mulai kerja! Udah jam 6 pagi, oii!"

Deyan terbangun dengan mata sembab. Kevan terkejut melihatnya.

"Kamu abis nangis? Cih! Cowok kayak kamu bisa nangis juga!"

"Nggak gitu, Van," ujar Deyan. "Semalem abis kamu kasih HP, aku langsung telepon Ibuku. Dia kan nggak tahu nomorku, jadi diangkat tuh, Van."

"Terus?"

Kevan menyilangkan kakinya. Dia menyeruput kopi hitam sambil menikmati pisang goreng.

"Ibuku bilang, kalau Bapakku sakit. Kakinya bengkak dan nggak bisa jalan."

"Terus?"

"Terus, aku akhirnya pulang sebelum ke sini. Aku minta maaf, Van, nggak ngomong dulu ke kamu. Abisnya, mobil kamu udah jalan aja. Tapi, aku chat kamu dan sampai sekarang belum kamu baca."

Kevan mengaktifkan ponselnya. Dia melihat pesan masuk dari nomor Deyan.

"Oh,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status