Setibanya di kediaman Wijaya, Anjas mengantar Azka ke kamar. Ia berpamitan kepada anak kecil itu dengan alasan ingin menemui rekan kerjanya. Setelah itu Anjas langsung pergi meninggalkan kediaman Wijaya tanpa berpamitan kepada Zeira.Butuh waktu 45 menit untuk Anjas tiba disebuah bangunan tinggi berlantai 40. Pria tampan itu langsung disambut senyum hangat sahabatnya."Hay bro, akhirnya kamu datang juga" Biyan menjabat tangan Anjas dan saling berpelukan."Lu sih.... Buat acara hari kerja, apa salahnya buat acara weekend" protes Anjas. Kalau sahabatnya itu tidak menghubunginya tadi ! Anjas pasti lupa dan tidak akan datang ke acara anniversary sahabatnya itu."Gua juga maunya gitu bro, tapi lu tahu lah gimana istri aku. Kalau gak dituruti kemauannya ! Bisa merajuk 3 hari 3 malam" "Nah....itu alasannya aku gak mau punya istri" sahut Anjas dengan sigap."Eh....lu juga kan sudah punya istri bro. Kamu lupa ya ?" Protes Biyan."Bukan lupa, tapi pernikahan kami hanya status demi putraku. Kam
"Tidak Zeira, kali ini aku akan menikmati seluruh tubuhmu" Armel menarik kedua lengan Zeira, lalu melemparkannya dengan kasar ke atas tempat tidur."Tolong, tolong" Zeira berteriak sekuat mungkin. Tetapi tidak satupun yang bisa mendengarnya, sebab kamar itu memiliki alat peredam suara. Bahkan pelayan Indri yang sedang membersihkan Gucci yang terletak di dekat pintu kamar Zeira, sama sekali tidak mendengar suara teriakan wanita cantik itu.Armel menimpa tubuh mungil Zeira, ia menggenggam kedua pergelangan tangan Zeira dengan satu tangannya. Sedangkan tangan yang satu lagi bekerja untuk membuka piyama yang melekat ditubuh wanita cantik itu.Kini dada mulus Zeira sudah terekspos bebas di hadapan Armel, hanya bra berawal merah yang masih melekat di sana menutupi kedua gunung kembar Zeira."Tolong jangan lakukan ini, aku mohon" ucap Zeira disela-sela tangisan."Diam saja, dan nikmati permainanku" "Jangan, jangan" Zeira meronta sambil menghindari bibir Armel yang mendekati bibirnya.Pak...
Warning : Di bab ini sedikit panas dan mengandung unsur dewasa. Jadi bijaklah dalam membaca karena cerita ini memang khusus untuk dewasa. Terima kasih atas pengertiannya.*********************Sudah pasti Zeira tidak akan menolak saat Anjas ingin menyentuhnya, sebab Anjas adalah suaminya. Karena sudah tanggung jawab seorang istri untuk melayani suami.Anjas dengan lembut membuka kancing baju Zeira satu persatu, lalu melemparkannya sembarang ke atas lantai. Kini kedua gunung kembar itu sudah terpampang indah di depan mata Anjas."Kamu tidak apa-apa ?" Tanya Anjas untuk memastikan Zeira."Aku tidak apa-apa" jawab Zeira. Ia memaksa bibirnya tersenyum untuk menyakinkan Anjas.Dengan lembut pria tampan itu melumat bibir Zeira. Awalnya ia hanya bermain sendiri, tetapi hanya berselang lima menit tiba-tiba Zeira membalas ciumannya. Wanita cantik itu membuka mulut memberikan ruang untuk Anjas. Decakan demi decakan mulai memenuhi ruangan itu akibat dari kedua lidah yang sedang berlaga di dalam
Anjas memutar mata ke arah telunjuk Azka, "um.....um...." Ia bingung harus menjawab apa, karena luka itu bekas cakaran dari kuku Zeira saat mereka melakukan hubungan suami-istri."Luka karena apa papah ?" Azka kembali bertanya."Ini luka bekas cakaran kucing" jawab Anjas sembarang."Ha.... kucing ? Kita kan enggak punya kucing papah" protes Azka.*Aduh ini anakku kok pintar banget ya ? Susah dibohongi seperti papahnya* bisik dalam hati Anjas."Bukan kucing di rumah ini sayang" ucap Anjas."Jadi kucing di mana pah ?""Um...ah tanya saja sama mama" Anjas menunjuk Zeira yang baru ke luar dari kamar mandi."Mama" panggil Azka sambil mengejan Zeira yang melangkah menuju meja rias."Iya sayang" jawab Zeira."Kucing mana yang melukai papah, ma ?" Tanya Azka.Zeira mengerutkan kening, ia bingung dengan pertanyaan putranya. Zeira merasa Anjas tidak terluka, tubuh pria itu baik-baik saja dan mulus seperti biasa."Luka apa sayang ?" Bukannya menjawab, Zeira justru balik bertanya.Azka meraih tan
Gunawan meninggalkan ruang keluarga terlebih dulu, lalu di susul Riana. Wanita paruh baya itu mengikuti suaminya ke kamar. Riana belum puas dengan jawaban Gunawan tentang pembagian harta, itu sebabnya Riana ingin menanyakan kembali kepada suaminya."Pah, aku dapat warisan juga kan ?" Ucap Riana bertanya kepada Gunawan. Saat ini mereka berada di dalam kamar.Gunawan hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Riana. Pria tinggi, gagak itu fokus mencari sesuatu dari dalam lemari brankas."Pah, kamu enggak dengar ya ?" Riana kembali membuka mulut karena tidak ada jawaban dari Gunawan.Gunawan memutar kepala untuk melihat Riana, yang berdiri di sampingnya, "kita tidak perlu dapat warisan mah, yang perlu itu ! Anak-anak kita" ucapnya dengan lembut."Kenapa begitu pah ?""Karena umur kita tidak lama lagi, jadi untuk apa warisan itu ? Kalau masalah tempat tinggal dan kebutuhan kita sehari-hari ! Aku masih memiliki tabungan. Lagi pula anak-anak pasti memberikan kita uang" jelas Gunawan.Wajah R
"Pak Anjas" ucap Saddam yang juga terkejut melihat kedatangan Anjas."Apa semua laporan keuangan sudah disiapkan ?" Tanya Anjas dengan wajah serius."Sudah pak, dalam Minggu ini saya jamin beres pak" jawab Saddam dengan hormat."Baiklah, satu lagi ! Datanglah ke dapur untuk seperlunya saja, karena ruangan kamu ada di sana" Anjas menunjuk ke arah ruangan manajer, yaitu ruangan khusus Saddam."Ba....baik pak" sahut Saddam gugup.Sebelum Anjas meninggalkan dapur, ia terlebih dahulu melirik pintu kamar mandi. Anjas tahu kalau Zeira sengaja masuk ke dalam sana untuk menghindarinya. Tetapi sikap Zeira itu justru membuat hati Anjas kesal dan berprasangka buruk kalau wanita cantik itu memiliki hubungan dengan Saddam.Huf..... Saddam menghela napas lega setelah punggung Anjas tidak terlihat lagi. Pria tampan itu sudah menghilang ditelan pintu lift. Saat itu juga Zeira ke luar dari kamar mandi."Apa pak Anjas sudah pergi ?" Tanya Zeira kepada Saddam sambil melirik ke arah pintu."Sudah" jawab S
Tepat pukul 7 malam, Susan sudah menjemput Zeira. Kedua wanita cantik itu meninggalkan kediaman Wijaya setelah berpamitan kepada Gunawan dan Riana. Saat ini mereka sudah di dalam mobil."Ra, kita ke butik dulu ya ?" Ajak Susan."Iya San" sahut Zeira.Hanya butuh 15 menit, mereka sudah tiba di sebuah butik terkenal. Zeira dan Susan turun dari mobil, melangkah masuk ke dalam butik. Susan bergegas mencari gaun, sedangkan Zeira hanya duduk di kursi sambil mainkan ponsel."Ra" panggil Susan. "Ke sini" lanjutnya mengajak Zeira masuk ke ruang ganti.Zeira bangkit, ia melangkah menghampiri Susan. "Kamu mau ganti pakaian ?" Tanya Zeira sambil masuk ke ruang ganti."Bukan aku, tapi kamu" jawab Susan.Zeira tercengang, ia tidak tahu kalau Susan mencari pakaian untuknya. "Untukku ?" Ucapnya untuk memperjelas."Iya untuk kamu. Pakaian kamu itu enggak cocok untuk menghadiri undangan Ra" Tentu Susan protes dengan pakaian Zeira, sebab wanita cantik satu anak itu hanya mengenakan celana jeans panjan
"Apa kamu takut karena pak Anjas ada di sini ?" Todong Saddam. Tentu pria tampan itu bisa menekan, karena wajah Zeira pucat setelah mendengar nama Anjas disebutkan."Bu...bukan pak" dalih Zeira."Kamu enggak usah takut, karena ini di luar jam kerja. Jadi pak Anjas tidak ada hak untuk melarang kamu dekat dengan siapa dan bersama siapa" ucap Saddam.Saat keduanya asik berbicara, tiba-tiba MC mengatakan sesuatu dari panggung yang membuat jantung Zeira semakin berdegup kencang."Sepertinya pak Anjas butuh pendamping untuk menyerahkan kunci kepada pak dirgantara. Jadi aku harus mencari pendamping yang tepat untuknya" ucap MC sambil melirik ke kiri dan ke kanan."Iya, aku sudah menemukannya. Nyonya yang duduk di meja 12, yang mengenakan gaun merah. Tolong naik ke atas panggung" ucap MC sambil menunjuk Zeira yang duduk bersama Saddam.Zeira memutar kepala ke kiri dan ke kanan untuk melihat siapa yang dimaksud MC. Tetapi wanita yang duduk di samping kiri kanan tidak ada yang mengenakan gaun m