Share

5. Hancur Lebur

Happy Reading

*****

"Kamu bertanya apa alasannya. Coba berpikir sendiri. Mengapa aku sampai memutuskan ini."

"Kenapa dibalikkan ke aku? Jika ada yang salah denganku, ngomong saja. Bukankah kita sering sharing berbagai hal selama ini. Aku siap mendengar keluh kesah Mas Prima dan akan memperbaiki jika memang akulah yang bersalah."

Gadis berjilbab dengan kulit sawo matang itu masih berusaha membela diri. Hubungan dengan lelaki di depannya ini sudah sangat jauh baginya. Ayumi bahkan sangat yakin jika Prima adalah lelaki yang akan menjadi pelabuhan terakhir pencarian cintanya.  

"Cewek aneh, ngapain datang malam-malam begini. Tidakkah kamu tahu etika bertamu. Kamu itu perempuan, tidak pantas berkunjung malam-malam begini apalagi ke rumah seorang cowok." Nada bicara Prima meninggi, tidak biasanya lelaki itu berkata demikian.

Sejatinya, cowok itu tengah mengalihkan perhatian Ayumi supaya tidak mengungkit permasalahan dan keputusan mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Ada ha yang tidak bisa Prima jelaskan saat ini. Intinya, cowok itu belum siap dengan kedatangan si cewek.

"Maaf," ucap Ayumi, merasa bersalah karena perkataan Prima benar. "Tapi, aku punya alasan mengapa sampai datang malam-malam. Selain ingin menyelesaikan permasalahan kita berdua. Aku mau curhat, Mas."

"Tidak ada sesi curhat-curhatan. Pulanglah!" usir Prima sekali lagi.

"Mas, dengarkan dulu," pinta Ayumi. Tangannya berusaha menahan kepergian sang kekasih.

"Hadeh. Jangan jadi cewek keras kepala, Yum. Aku tidak suka," ucap lelaki pemilik rambut bergelombang dan berkulit kuning langsat.

"Sekali saja, dengarkan permintaanku. Aku butuh tempat menginap malam ini. Bolehkah aku menginap di sini?"

Bola mata Prima terbuka sempurna. Bagaimana mungkin meloloskan permintaan si gadis. "Jangan aneh-aneh, Yum. Ibu tidak akan pernah mengijinkannya. Hal tabu di keluargaku membawa perempuan menginap di rumah sebelum ada ikatan halal."

"Tapi, Mas. Waktu ini, Ibu pernah memberi tawaran menginap. Apa Mas lupa? Waktu itu kita baru pulang dari acara out bond perusahaan. Oleh karena sudah terlalu malam, beliau menawarkan hal itu. Lagian aku juga sering berkunjung ke sini. Ibu pasti bisa menerima alasanku menginap. Biarkan aku meminta ijin langsung pada beliau." Ayumi berusaha melewati si cowok.

"Mas, tolong. aku bisa jelaskan pada Ibu kenapa sampai harus menginap. Beliau pasti maklum dan mengijinkan." Sekai lagi, Ayumi berusaha menerjang tubuh Prima supaya bisa masuk.

Sang lelaki pasang badan supaya si gadis tidak bisa melewati pintu pagar. "Jangan seperti ini, Yum. Pulanglah, kita akan bicara besok di kantor." Prima berbalik, siap meninggalkan sang kekasih.

"Mas, aku tidak bisa pulang sekarang. Tolong biarkan aku bertemu Ibu." Tangan Ayumi memegang lengan si lelaki. Embun di kedua matanya mulai pekat. Hidungnya memerah.

Namun, hati Prima sudah beku. Tak lagi bisa melihat kesedihan dan beban berat yang dialami gadis di depannya.

"Tidak! Ibu tidak akan pernah mengijinkannya. Jangan memaksaku mengambil keputusan buruk," kata Prima sedikit membentak. "Pulang sekarang. Aku akan menjelaskan semuanya besok. Saat ini, aku tidak bisa mengatakan apa pun."

Menepis pegangan tangan Ayumi di pergelangannya. Prima melotot, perkataannya tak terbantahkan. Air mata si gadis yang mulai terjatuh tak juga membuat lelaki itu tersentuh.

"Kamu masih manusia yang mengerti apa yang aku bicarakan tadi, kan? Pulang sana!" Suara Prima menggelegar.

Ayumi seketika terdiam. "Kamu tidak pernah melakukan ini padaku, Mas. Kenapa sekarang berubah? Kenapa Mas kenapa?"

Tarikan napas Prima terdengar begitu berat. Sorot tajam itu masih tertuju pada gadis di depannya. "Aku capek dengan hubungan kita, Yum. Kamu selalu saja menuntut terlalu banyak. Aku muak. Mulai saat ini, sebaiknya kita lupakan semua yang pernah terjadi. Jalani hidup masing-masing. Semoga kamu menemukan lelaki yang lebih baik dari aku."

"Hah?!" Tubuh Ayumi bergeser satu langkah ke belakang. Hampir saja dia terjatuh andai tangan kekar Prima tidak memegangnya.

"Maaf, aku tidak bisa melanjutkan apa yang pernah dijanjikan. Kita akhiri hubungan sampai di sini. Pulanglah dan jangan pernah menghubungiku lagi."

Lelaki itu melepas tangannya dari tubuh Ayumi. Segera menutup pintu pagar, membiarkan si gadis dengan air mata yang terus mengalir. Tak lagi menoleh ke belakang walau isakan sang kekasih mulai terdengar.

Tubuh Ayumi meluruh ke tanah. Pupus sudah harapan terakhir kebahagiannya. Setelah apa yang terjadi dengan orang tua, dua saudara kandungnya. Kini, satu-satunya hal yang menopang kebahagiaannya juga hancur.

"Ya Allah. Takdir apa yang sedang kau berikan padaku saat ini? Tidakkah aku pantas mendapat kebahagiaan hingga Engkau merenggut semuanya secara bersamaan," keluh si gadis di depan pagar rumah sang kekasih.

Tak ada seorang pun yang menolongnya kini. Samar, suara tawa dan senyum beberapa orang terdengar beberapa menit kemudian setelah tangisnya sedikit mereda. Ucapan selamat juga jug mulai terdengar.

"Adakah yang kamu sembunyikan selama berhubungan denganku, Mas?" tanya Ayumi padahal nyata-nyata tidak akan pernah ada yang bisa menjawabnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status