Share

4. Kejutan-kejutan Menyesakkan

Happy Reading

*****

Mengendarai motor tanpa tahu arah dan tujuan, sepanjang jalan Ayumi menangis. Memiliki keluarga utuh tanpa sedikitpun masalah, membuat gadis berumur 26 tahun tersebut terlena dan hampir lupa caranya bersyukur. Kini, jangka waktu kurang dari sehari semalam, semua berubah. Kebahagian yang dirasakan lenyap bahkan banyak kejutan tak terduga menghampiri.

"Ya Allah jika semua ini adalah teguran darimu karena hamba yang semakin menjauh. Maka, detik ini juga, hamba memohon ampun. Yakinkan hamba bahwa semua ini cuma mimpi dan ketika terbangun nanti, semua tidak pernah ada," ucap Ayumi sepanjang perjalanan yang entah menuju mana.

Pulang ke rumah adalah hal yang tidak dia inginkan saat ini. Ayumi mencoba menghindari kedua orang tuanya. Merogoh saku gamisnya, gadis itu mengeluarkan benda pipih pintar miliknya. Sekali lagi mencoba menghubungi lelaki yang mengiriminya chat. Dia harus tahu alasan sesungguhnya sang kekasih memutus hubungan secara sepihak.

Namun, sampai dering kesekian lelaki pemilik nama Prima Satya Pamungkas tersebut tak kunjung menerima panggilannya. Ayumi mulai pesimis dan berpikir negatif. Tiga kejadian yang lalu sungguh berpengaruh besar terhadap pikiran negatif yang muncul sekarang. Gadis itu takut sekali terjadi sesuatu dengan sang kekasih. Apalagi chat yang dikirimkan tadi sangat mengejutkan. Tak ada angin atau hujan, Prima memutuskan jalinan kasih yang telah terajut selama tiga tahun.

Sempat menghentikan laju motor dan duduk di bangku pinggir jalan guna menelepon sang pujaan. Usaha Ayumi tidak membuahkan hasil. Tak mendapat jawaban dari Prima, si gadis berdiri, kembali melajukan kendaraan roda duanya ke arah rumah sang kekasih. Sebelum itu, dia sudah mengirimkan chat sebagai pemberitahuan.

Cukup lima belas menit, gadis itu sudah sampai di depan pagar rumah sang kekasih. Mencopot helm, keningnya berkerut melihat banyaknya kendaraan yang terparkir di halaman.

Ayumi menyipitkan mata dan bergumam sendiri, "Tidak biasanya rumah Mas Prima seramai ini. Apa ada acara? Tumben Ibu tidak memintaku datang membantu. Biasanya beliau selalu ngabari kalau ada acara di rumah ini dan meminta tolong untuk membantu."

Segala macam pikiran kini menguasai si gadis. Tak tahan dengan rasa penasarannya, Ayumi mencoba melangkahkan kaki dan mengamati keseluruhan kendaraan yang ada di rumah Prima. Dua mobil memenuhi halaman yang tak seberapa luas, satu lainnya terparkir di luar pagar, tepat di sebelah parkir motornya. Ada juga beberapa motor di samping mobil tersebut. Tanda tanya besar mulai mengusik relung hati.

"Tumben banget, sih," gerutu Ayumi. Bertahun-tahun mengenal sang kekasih dan keluarganya baru kali ini rumah tersebut terlihat ramai.

Kilat kalimat demi kalimat yang dikirimkan Prima tadi kembali muncul. Bagaimana mungkin lelaki yang berjanji untuk menghalalkannya bisa mengirimkan chat seperti itu. Tepat di depan pintu pagar, si gadis berhenti.

"Apa mungkin ayahnya Mas Prima pulang? Tumben-tumbenan ramai begini." Lagi, kalimat tersebut meluncur dari bibir tipis Ayumi.

Takut mengganggu acara keluarga sang kekasih, Ayumi kembali menghubungi lelaki itu. Arloji di tangannya menunjukkan pukul sepuluh malam. Harusnya, sudah tidak pantas bertamu di jam seperti itu, tetapi mau bagaimana lagi. Ayumi harus segera menyelesaikan permasalahan dan mengonfirmasi chat yang dikirim Prima. Tidak lagi bisa ditunda sampai besok. Dia harus tahu alasan di balik semua chat itu.

"Ada apa?" ucap seseorang di seberang sana yang mengangkat panggilan Ayumi setelah beberapa kali deringan. "Aku rasa semua sudah jelas. Kamu sudah membaca chat yang aku kirimkan, kan? Kenapa masih menelpon?"

"Mas, aku sudah di depan rumahmu, tapi tidak berani masuk karena banyak tamu. Kita perlu bicara sekarang. Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan di chat. Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa berkata yang tidak-tidak seperti itu. Tolong keluar, aku tidak bisa masuk sembarangan karena banyak tamu. Sepertinya Ibu sedang ada acara. Tidak enak kalau sampai menggangu."

Ayumi sama sekali tidak memberikan kesempatan lawan bicara memotong kalimat yang akan dia keluarkan. Meskipun di sebarang sana, Prima beberapa kali ingin menyela perkataannya. Embusan napas kasar bahkan terdengar oleh indera si gadis. Namun, Ayumi sengaja mengabaikan semu itu.

"Apa yang mau kita bicarakan. Chat yang aku kirimkan sudah sangat jelas. Kita tidak bisa bersama lagi. Maafkan aku," ujar Prima.

"Tapi, Mas. Alasannya apa? Kita sudah merencanakan pernikahan ini sejak awal menjalin hubungan. Mengapa Mas Prima bisa berkata seperti itu?"

"Berhenti merengek, Yum. Aku bukan lelaki baik untukmu." Nada suara Prima mulai meninggi. Jelas-jelas lelaki itu mulai emosi walau Ayumi tidak bisa melihat wajah dan ekspresinya.

"Aku akan memaksa masuk." Suara si gadis juga mulai meninggi. Berbagai permasalahan hidup yang dialami beberapa jam sebelumnya ikut andil memperkeruh kewarasan Ayumi.

"Apa sih maumu? Kita tidak bisa bicara sekarang!" bentak Prima.

"Seperti yang aku katakan tadi. Aku akan menerobos masuk."

"Oke, aku ngalah, jangan masuk. Biar aku yang keluar menemuimu. Ibu sedang ada tamu penting, tidak enak jika mengganggu acaranya, hanya karena permasalahan kita berdua." Suara Prima mulai melunak. Ayumi masih bisa mengendalikan kemarahan dan keegoisan lelaki itu seperti yang sudah-sudah.

"Baiklah. Aku menunggu Mas Prima di depan pintu pagar."

Sambungan terputus dan si gadis mulai menuggu sang pujaan. Berharap bahwa apa yang dikirimkan Prima, hanya prank saja. satu menit berlalu, wajah lelaki yang telah menjalin kasih dengannya lebih dari tiga tahun itu terlihat.

Semakin dekat, muka pucat dan bulir keringat di wajah Prima terlihat jelas.

"Apa yang terjadi, Mas? Kenapa kamu seperti orang ketakutan saja." Ayumi semakin menatap lekat lelaki yang berada di hadapannya kini.

"Pulang sana, tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Hubungan kita sudah berakhir."

Prima memegang lengan Ayumi dan sedikit mendorongnya supaya pulang.

"Mas," kata Ayumi sedikit berteriak, "apa salahku?"

Prima diam, malah menaikkan satu garis bibirnya. Mencemooh pertanyaan perempuan di depannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status