Share

Bab 03

Reflek tatapan semua orang langsung mengarah pada suara pintu yang terbuka dan Chakra langsung menghampiri Dokter yang baru saja keluar.

"Bagaimana dengan keadaan istri saya Dok!?" Tanya Chakra langsung.

"Syukurlah kondisi pasien stabil, dan keluarga bisa langsung melihat. Tapi tetap jaga kenyamanan pasien agar bisa beristirahat dan kita akan tetap pantau kondisinya sampai benar-benar stabil." Jelas Dokter seketika melegakan semua orang yang mendengarnya.

Setelah sedikit berbincang dengan Dokter, Chakra dan Mirna memutuskan untuk masuk dan yang lain memilih menunggu di luar.

Namun, belum lama pintu ruangan itu tertutup terlihat Mirna kembali membukanya. "Alora ayo masuk, Kakakmu ingin bicara." Kata Mirna seketika membuat jantung Alora berdetak cepat.

Ketika Alora masuk ke dalam ruang rawat Alara, ia melihat senyuman sang Kakak yang seperti menunggunya. "Apa Kakak baik-baik saja?" Tanya Alora segera duduk di kursi dekat sang Kakak.

"Kakak akan membaik jika kamu mau menuruti permintaan Kakak." Jawab Alara seketika itu mengubah raut wajah Alora.

"Ayolah Dek, kali ini aja!" Alara kembali memohon, dan melihat itu Alora benar-benar tidak tega.

Alora yang bingung harus menjawab apa, ia segera menoleh dan menatap Mirna seakan ia meminta bantuan karna ia benar-benar bingung harus menjawab apa, dan tentu saja Mirna yang mengerti arti dari tatapan putrinya langsung menganggukkan kepalanya agar Alora mau menerima permintaan dari Alara.

Alora kembali menatap Alara. "Baiklah Kak, aku mau." Jawabnya dengan berat hati, dan saat itu Chakra langsung mengangkat kepalanya menatap Alora yang ia tidak menyangka dengan jawaban itu.

****

Entah karna janjinya pada Alora atau memang perasaannya yang teramat merasa senang setelah Alora menyetujui untuk menikah dengan Chakra, dalam waktu dua hari dari setelah Alora menyetujui, kondisi Alara berangsur membaik. Sudah pasti itu mendapat respon positif dari semua keluarga. Karna membaiknya kondisi Alara adalah hal yang mereka tunggu.

Setelah mengobrol cukup lama dengan Alara, Alora segera pamit pada sang kakak untuk meninggalkannya sebentar saja untuk ke kantin karna Alora tiba-tiba merasa lapar. Ketika bersamaan dengan keluarnya Alora tampak dari belakang Chakra melihatnya. Jika awalnya Chakra hendak kembali masuk ruangan rawat Alara, laki-laki itu mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengikuti langkah Alora yang dimana Chakra sedikit tidak menyadari apa yang di lakukannya.

Di tengah kefokusan Alora dalam melangkah menyusuri koridor rumah sakit, langkah semangat yang sedari tadi mengalunkan suara langkahnya tiba-tiba berhenti dan mematung. Mata indahnya membulat sempurna hampir bersamaan dengan bibirnya sedikit terbuka, karna Alora seakan tidak percaya dengan apa yang tengah di lihatnya.

"Damian!" Setelah satu nama itu terucap dengan sedikit tertatih Alora berlari menuju kearah Damian yang sudah merentangkan tangannya.

Seketika aroma tubuh Damian yang begitu Alora rindukan merasuk memenuhi indra penciumannya, dan Alora semakin menghirup dalam sembari melepaskan rindu melalui pelukan erat.

Tanpa keduanya sadari, dari arah yang tidak jauh Chakra tengah memperhatikan adegan pelepasan rindu antara sepasang kekasih. Dalam sejenak Chakra mulai berfikir jika apa yang menjadi permintaan dari istrinya pasti akan menciptakan penderitaan untuk Adiknya, ketika ia dapat melihat bagaimana dua sejoli itu yang saling mencintai.

"Apa kamu baik-baik saja sayang?" Tanya Damian menangkup pipi Alora.

Alora mengangguk, "aku lapar." Ucapnya sedikit manja.

"Baiklah, sekarang kita cari makan. lagipula aku juga sudah rindu untuk makan bersamamu." Lalu Damian langsung melingkarkan tangannya di pinggang Alora, berjalan beriringan sembari melemparkan candaan ringan yang mampu menciptakan lekukan senyum di bibir Alora.

Setelah sepasang kekasih itu menghilang dari pandangannya, Chakra lalu berbalik dan segera meninggalkan tempat itu untuk kembali ke tujuan awal yang tidak lain adalah menemui Alara di ruang rawat.

Ketika Chakra membuka pintu, ada sebuah pemandangan yang cukup mampu memberikan rasa yang amat bahagia, ketika ia melihat istrinya tengah berusaha untuk menyusui putrinya dengan di bantu oleh ibunya.

"Apa aku mengganggu momen seru ini?" Kata Chakra saat langkahnya masuk lebih dalam dan tidak lupa untuk kembali menutup pintu.

"Waaahh Papah dateng sayang," seru Mirna pada cucunya.

Semakin mengembangkan senyumannya, Chakra mendekati istri dan putri cantiknya. "Apa dia tidak rewel sayang?" Tanya Chakra jemarinya mengelus lembut pipi putrinya.

"Sepertinya dia mengerti kalau ibunya masih belum benar-benar pulih, makanya dia tidak pernah rewel sama sekali." Alara lalu menatap kearah Chakra yang posisinya lebih tinggi dari dirinya.

"Maka dari itu berusaha lah agar semakin cepat untuk pulih, karna aku yakin putri kita juga menantikannya." Tutur Chakra berharap setelah ini tidak ada lagi keputus asaan di dalam diri istrinya.

"Kalian lanjut ngobrol berdua dulu ya, Mama mau menyusul Alora ke kantin." Mirna bersuara, merasa tidak ingin mengganggu waktu keduanya untuk mengobrol ia memilih untuk pamit keluar.

"Iya Mah silahkan, lagian Mamah juga pasti udah laper duluan kan?" Ucap Alara.

"Bener, yaudah Mamah keluar dulu ya." Akhirnya Mirna segera keluar kamar setelah Alara menjawab dengan anggukan.

"Tadi sebelum aku masuk ke kamar, aku tidak sengaja melihat Alora yang sepertinya juga tidak sengaja bertemu seorang laki-laki yang aku rasa itu adalah kekasihnya." Kata Chakra tiba-tiba setelah di ruangan itu hanya ada dirinya, istri dan putri mungilnya yang masih belum mengerti apa-apa.

"Apa mungkin itu Damian?" Gumam Alara, tampak jelas raut wajahnya berubah drastis setelah mengingat seseorang yang tidak lain adalah kekasih dari adiknya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status