Reflek tatapan semua orang langsung mengarah pada suara pintu yang terbuka dan Chakra langsung menghampiri Dokter yang baru saja keluar.
"Bagaimana dengan keadaan istri saya Dok!?" Tanya Chakra langsung.
"Syukurlah kondisi pasien stabil, dan keluarga bisa langsung melihat. Tapi tetap jaga kenyamanan pasien agar bisa beristirahat dan kita akan tetap pantau kondisinya sampai benar-benar stabil." Jelas Dokter seketika melegakan semua orang yang mendengarnya.
Setelah sedikit berbincang dengan Dokter, Chakra dan Mirna memutuskan untuk masuk dan yang lain memilih menunggu di luar.
Namun, belum lama pintu ruangan itu tertutup terlihat Mirna kembali membukanya. "Alora ayo masuk, Kakakmu ingin bicara." Kata Mirna seketika membuat jantung Alora berdetak cepat.
Ketika Alora masuk ke dalam ruang rawat Alara, ia melihat senyuman sang Kakak yang seperti menunggunya. "Apa Kakak baik-baik saja?" Tanya Alora segera duduk di kursi dekat sang Kakak.
"Kakak akan membaik jika kamu mau menuruti permintaan Kakak." Jawab Alara seketika itu mengubah raut wajah Alora.
"Ayolah Dek, kali ini aja!" Alara kembali memohon, dan melihat itu Alora benar-benar tidak tega.
Alora yang bingung harus menjawab apa, ia segera menoleh dan menatap Mirna seakan ia meminta bantuan karna ia benar-benar bingung harus menjawab apa, dan tentu saja Mirna yang mengerti arti dari tatapan putrinya langsung menganggukkan kepalanya agar Alora mau menerima permintaan dari Alara.
Alora kembali menatap Alara. "Baiklah Kak, aku mau." Jawabnya dengan berat hati, dan saat itu Chakra langsung mengangkat kepalanya menatap Alora yang ia tidak menyangka dengan jawaban itu.
****
Entah karna janjinya pada Alora atau memang perasaannya yang teramat merasa senang setelah Alora menyetujui untuk menikah dengan Chakra, dalam waktu dua hari dari setelah Alora menyetujui, kondisi Alara berangsur membaik. Sudah pasti itu mendapat respon positif dari semua keluarga. Karna membaiknya kondisi Alara adalah hal yang mereka tunggu.
Setelah mengobrol cukup lama dengan Alara, Alora segera pamit pada sang kakak untuk meninggalkannya sebentar saja untuk ke kantin karna Alora tiba-tiba merasa lapar. Ketika bersamaan dengan keluarnya Alora tampak dari belakang Chakra melihatnya. Jika awalnya Chakra hendak kembali masuk ruangan rawat Alara, laki-laki itu mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengikuti langkah Alora yang dimana Chakra sedikit tidak menyadari apa yang di lakukannya.
Di tengah kefokusan Alora dalam melangkah menyusuri koridor rumah sakit, langkah semangat yang sedari tadi mengalunkan suara langkahnya tiba-tiba berhenti dan mematung. Mata indahnya membulat sempurna hampir bersamaan dengan bibirnya sedikit terbuka, karna Alora seakan tidak percaya dengan apa yang tengah di lihatnya.
"Damian!" Setelah satu nama itu terucap dengan sedikit tertatih Alora berlari menuju kearah Damian yang sudah merentangkan tangannya.
Seketika aroma tubuh Damian yang begitu Alora rindukan merasuk memenuhi indra penciumannya, dan Alora semakin menghirup dalam sembari melepaskan rindu melalui pelukan erat.
Tanpa keduanya sadari, dari arah yang tidak jauh Chakra tengah memperhatikan adegan pelepasan rindu antara sepasang kekasih. Dalam sejenak Chakra mulai berfikir jika apa yang menjadi permintaan dari istrinya pasti akan menciptakan penderitaan untuk Adiknya, ketika ia dapat melihat bagaimana dua sejoli itu yang saling mencintai.
"Apa kamu baik-baik saja sayang?" Tanya Damian menangkup pipi Alora.
Alora mengangguk, "aku lapar." Ucapnya sedikit manja.
"Baiklah, sekarang kita cari makan. lagipula aku juga sudah rindu untuk makan bersamamu." Lalu Damian langsung melingkarkan tangannya di pinggang Alora, berjalan beriringan sembari melemparkan candaan ringan yang mampu menciptakan lekukan senyum di bibir Alora.
Setelah sepasang kekasih itu menghilang dari pandangannya, Chakra lalu berbalik dan segera meninggalkan tempat itu untuk kembali ke tujuan awal yang tidak lain adalah menemui Alara di ruang rawat.
Ketika Chakra membuka pintu, ada sebuah pemandangan yang cukup mampu memberikan rasa yang amat bahagia, ketika ia melihat istrinya tengah berusaha untuk menyusui putrinya dengan di bantu oleh ibunya.
"Apa aku mengganggu momen seru ini?" Kata Chakra saat langkahnya masuk lebih dalam dan tidak lupa untuk kembali menutup pintu.
"Waaahh Papah dateng sayang," seru Mirna pada cucunya.
Semakin mengembangkan senyumannya, Chakra mendekati istri dan putri cantiknya. "Apa dia tidak rewel sayang?" Tanya Chakra jemarinya mengelus lembut pipi putrinya.
"Sepertinya dia mengerti kalau ibunya masih belum benar-benar pulih, makanya dia tidak pernah rewel sama sekali." Alara lalu menatap kearah Chakra yang posisinya lebih tinggi dari dirinya.
"Maka dari itu berusaha lah agar semakin cepat untuk pulih, karna aku yakin putri kita juga menantikannya." Tutur Chakra berharap setelah ini tidak ada lagi keputus asaan di dalam diri istrinya.
"Kalian lanjut ngobrol berdua dulu ya, Mama mau menyusul Alora ke kantin." Mirna bersuara, merasa tidak ingin mengganggu waktu keduanya untuk mengobrol ia memilih untuk pamit keluar.
"Iya Mah silahkan, lagian Mamah juga pasti udah laper duluan kan?" Ucap Alara.
"Bener, yaudah Mamah keluar dulu ya." Akhirnya Mirna segera keluar kamar setelah Alara menjawab dengan anggukan.
"Tadi sebelum aku masuk ke kamar, aku tidak sengaja melihat Alora yang sepertinya juga tidak sengaja bertemu seorang laki-laki yang aku rasa itu adalah kekasihnya." Kata Chakra tiba-tiba setelah di ruangan itu hanya ada dirinya, istri dan putri mungilnya yang masih belum mengerti apa-apa.
"Apa mungkin itu Damian?" Gumam Alara, tampak jelas raut wajahnya berubah drastis setelah mengingat seseorang yang tidak lain adalah kekasih dari adiknya.
"Sayang," panggil Damian setelah duduk di samping Alora dengan dua mangkok bakso yang telah tersaji di depan keduanya."Hmm," reflek Alora langsung menoleh kearah Damian."Apa ada masalah, kenapa kamu tidak seperti biasanya?" Tanya Damian, menyadari perubahan pada Alora.Alora hanya menggeleng pelan, dan itu membuat Damian semakin tidak tenang. Mengurungkan niatnya untuk menyantap segera bakso yang ada di tangannya, Damian lebih memilih untuk meletakkan mangkok berisi bakso itu di meja."Jangan membuatku penasaran sayang, jika memang ada masalah ceritalah aku akan menerima apapun itu sayang." Bujuk Damian."Tapi untuk masalah ini aku yakin kamu tidak akan bisa menerimanya." Jawab Alora masih tertunduk memandangi semangkuk bakso di hadapannya yang mulai menghangat."Serumit apa masalah itu sampai kamu mengatakan dengan yakin tentang aku yang tidak akan bisa menerimanya." Damian semakin tidak sabar dengan apa yang belum di ketahuinya, dan membuatnya mulai berpikir lalu menebak masalah a
Di luar kamar rawat, tepat berada di depan pas Alora duduk di kursi yang di sediakan oleh rumah sakit. Wajah lelah serta tarikan nafas panjangnya sesekali terdengar menyiratkan betapa banyak kebimbangan yang tengah di pikul.Sampai dimana Alora terperanjat ketika Chakra tiba-tiba keluar dari kamar rawat, dan menyadari keterkejutan adik iparnya itu apalagi perubahan dari sikap Alora yang sangat terlihat canggung setelah kedatangannya. "Maaf karna permintaan Alara yang tanpa sadar menciptakan suasana canggung ketika kamu melihatku." "Gapapa mas, mungkin aku masih belum siap akan semua ini." "Aku tahu, karna untuk menerima semua ini tidak mudah bagi kamu." Chakra lalu duduk di kursi dekat Alara yang hanya berjarak satu kursi saja."Dan aku akan mencobanya meski sulit, semoga setelah ini kak Lara bisa kembali pulih seperti sebelumnya." Jawab Alora yang tidak hanya berharap jika kakaknya akan segera pulih, tapi ia juga berharap agar secepatnya bisa lepas dari apa yang telah ia setujui un
"Waaah dek, kamu cantik banget!" Seru Alara tampak bersemangat mendekati Alora yang sudah begitu cantik nan anggun ketika make up flawlessnya di padu dengan baju pengantin adat Jawa."Jangan terlalu memuji kak, bukankah ini hal yang wajar ketika seorang perempuan akan terlihat cantik setelah di rias." Jawab Alora sedikit malu akan pujian dari sang kakak."Ya memang tapi itu sedikit spesial di kamu dek, karna kamu jarang di dandani kayak gini?" Alara tetap pada pendapatnya dan trus menggoda Alora, dimana itu menciptakan kebahagiaan kecil baginya saat melihat raut wajah Alora yang mulai ditekuk."Udah sih kak jangan godain aku trus." Jengkel Alora melihat kakaknya trus tertawa kecil."Iya, iya maaf. Oh ya, tadi kamu manggil kakak kenapa?" Tanya Alara kembali teringat alasan ia menghampiri Alora."Aku memanggil kakak kemari, karna aku ingin kembali bertanya apakah kakak yakin dengan pernikahan ini?" Alara langsung mengutarakan isi hatinya yang masih berada diambang keraguan akan berlangs
Ketika langkah kaki keduanya sudah berada di lantai dekat dengan tangga, Alora seketika berhenti dan memundurkan satu langkahnya ke belakang membuat Alara bertanya-tanya."Ada apa dek?" Tanya Alara."Kenapa banyak sekali orang kak?" Kata Alora gugup."Ya kan ini pernikahan dek, jadi rame tapi gapapa untuk akad hanya di hadiri keluarga dan kerabat dekat saja kok. Jadi ayo turun keburu orang lihat semua." Jawab Alara, lalu setelah meyakinkan kembali Alora ia kembali menuntun sang adik untuk mulai menuruni tangga.Suara langkah kaki yang mengalun pelan, seketika langsung menarik perhatian semua orang yang berada dibawah. Tatapan kagum dari beberapa anggota keluarga serta tamu yang hadir seketika Alora dapatkan, dan tidak terkecuali dua orang laki-laki yang cukup kagum dengan kecantikan Alora yakni satu laki-laki yang pernah berada di kehidupan Alora dan satu laki-laki yang akan berada di kehidupan Alora."Dek menatap lah ke depan." Bisik Alara ketika Alora hanya menunduk sedari tadi.Men
Meskipun Chakra tidak tau bagaimana cara melepas kain batik yang membalut pinggang sampai bawah, Chakra terus berusaha hingga kain yang membalut berhasil dibuka."Maaf." Ucapnya ketika hendak menurunkan kain itu, meski Chakra mencoba untuk tidak terlalu menghiraukan tapi tetap saja perasaan kagum tidak dapat terelakkan ketika melihat lekuk tubuh indah Alora."Duduklah, biar aku lihat lukamu." Titah Chakra lagi dan Alora langsung menuruti ucapan Chakra.Kembali di buat terkejut, Chakra kembali membulatkan matanya ketika melihat luka Alora ternyata cukup lebar. Bahkan jahitan yang tadinya sudah mulai menutup kini kembali terbuka sampai darah trus keluar."Ini kenapa Ra, luka apa ini kenapa bisa sampai separah ini!?" Tanyanya mendongak menatap ke arah Alora tampak kekhawatiran semakin terlihat."Itu hanya luka karna kecerobohan ku sendiri mas." Jelas Alora namun jawabannya membuat Chakra tidak puas."Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, jika memang ini karna kecerobohanmu sendiri kenapa
Saat Chakra tengah fokus merapikan jas yang baru dikenakannya tepat berada di depan cermin, seketika Chakra takjub kala melihat pantulan dari cermin akan kecantikan Alora yang semakin sempurna dengan make up flawlessnya dan berpadu dengan gaun indah yang dikenakannya.Gaun putih yang di design simple tanpa lengan, menjuntai indah dan terlihat begitu elegan ketika berpadu dengan kulit putih susu milik Alora dan begitu pas saat melekat sempurna di lekuk tubuh Alora yang cukup berisi di bagian tertentu saja, yang semakin menambah keseksiannya ditambah rambut hitam milik Alora terurai indah dengan mahkota kecil di kepala, semakin mempercantik penampilannya.Chakra langsung menoleh kearah belakang, tatapannya tidak bisa di bohongi jika dirinya tengah takjub bahkan laki-laki itu hampir tidak mengedipkan matanya hingga suara dari wanita yang tengah membantu Alora untuk memegang gaunnya bersuara."Gimana pak cantik kan?" Kata Mua itu meminta pendapat pada Chakra."Cantik." Jawabnya singkat.T
"Tenanglah sayang, saat ini aku sudah menyadari bagaimana posisimu. Aku mulai mengerti dan aku tidak akan menyalahkan mu akan pernikahan ini, jadi jangan menangis karna aku akan semakin sakit ketika melihat air matamu turun." Kata Damian lembut memperhatikan dalam kecantikan Alora yang masih dapat terlihat meski sebagian tertutup oleh topeng."Terimah kasih Dam, terimah kasih atas pengertiannya, dan aku akan berdoa untuk kebahagiaanmu." Jawab Alora yang tidak dapat berkata banyak."Jika memang kamu mengharap kebahagiaanku maka teruslah berbahagia sayang, karna itu adalah kebahagiaanku juga." Kata Damian, semakin membuat Alora tidak bisa menahan air matanya untuk keluar.Damian kembali mengusap air mata itu dengan pelan. "Berhentilah menangis, waktu kita sudah habis." Damian segera merentangkan tangannya yang langsung diikuti oleh Alora dan saat itulah Chakra langsung mengambil alih dan langsung membawa Alora dalam dekapannya."Setelah ini kembalilah ke dalam kamar untuk memperbaiki ma
Malam yang terus beranjak mengantarkan pada pagi dingin nan sejuk, dalam tidur lelapnya Alara mulai mengerjapkan mata berusaha untuk segera sadar, ketika Alara dapat merasakan di dalam kamar ada aktivitas yang tengah di lakukan oleh seseorang."Apa tidurmu nyenyak sayang?" Tanya Chakra menyadari jika Alara mulai terbangun.Kesadaran yang tadinya belum sepenuhnya terkumpul, tapi ketika suara yang di kenalnya terdengar. Seketika membuat Alara melebarkan matanya dan langsung bangkit dan duduk dengan menyandarkan punggungnya di headboard, cukup terkejut dengan kehadiran Chakra."Mas kenapa kamu disini?, dan sejak kapan?, lalu susternya kemana?" Alara langsung memberikan Chakra rentetan pertanyaan."Tenanglah sayang, kenapa kamu terlihat begitu panik. Lagi pula meskipun aku kesini itu bukanlah masalah." Kata Chakra dengan masih fokus mengganti pampers Zevanya."Aku kesini saat aku merasa tidak bisa tidur sayang, sepertinya aku sangat rindu dengan putriku setelah beberapa hari aku tidak terl