"Alara!" Panggil Tantri, keduanya baru saja bercerita tentang kehidupan Tantri selama mereka tidak bertemu dan kini Tantri seperti ingin mengetahui apa saja yang telah terjadi pada Alora.Alora menatap Tantri saat ia tengah menyuapkan makanannya ke mulut. "Aku tahu kamu pasti ingin bertanya apapun tentang apa yang telah terjadi, tenanglah sebelum kamu memintanya aku akan menceritakan semuanya bahkan tentang bayi yang aku bawa saat ini. Karna selain aku ingin melepas rindu denganmu, rasanya kamu juga orang yang tepat untuk aku bercerita." Jawab Alora panjang lebar setelah menelan makanannya."Baiklah, cepat habiskan makananmu karna aku tidak sabar untuk mendengarnya." Kata Tantri, membuat Alora kembali melanjutkan makannya.Tepatnya saat kelulusan SMA.Setelah seluruh siswa siswi menyelesaikan acara kelulusan dan perpisahan, mereka semua tampak sedang sibuk mengabadikan momen di luar gedung sekolahan."Alora, panggil Alara kita akan foto bersama!" Kata Mirna pada Alora, saat semua hamp
Saat acara hendak di mulai, Alora memilih untuk mengawasi setiap gerak adiknya yang kini tengah menunggu kedatangan dari kekasihnya, sedangkan Alora telah menyiapkan sebuah rencananya sendiri.Alora pun memberi isyarat pada seorang pelayan yang sebelumnya telah ia perintahkan sesuatu, sampai ketika Alara berjalan bersama Chakra setelah menyambutnya, dan ketika Alara hendak membuka pintu pelayan tiba-tiba menyelonong begitu saja dan menumpahkan banyak minuman ke arah bajunya."Ya tuhan, maafkan aku nona!" Kata pelayan itu."Tidak apa-apa, tapi lain kali berhati-hatilah." Jawab Alara yang sebenarnya menahan kekesalan dalam hatinya."Aku harus berganti pakaian dulu sayang, ini sangat kotor!" Kata Alara pada Chakra."Apa aku perlu membantumu?" Chakra mencoba menawarkan diri."Tidak perlu, lagi pula nanti apa kata orang yang tidak sengaja melihatnya. Lebih baik kamu kesana lebih dulu acaranya ada di halaman belakang dekat kolam, kenalkan saja dirimu pada papah dan mamah karna aku sudah men
"Ya tuhan Ra! Aku nggak sanggup mendengar jalan hidup kamu serumit dan sangat menyakitkan seperti ini!" Tantri hampir tidak bisa berkata-kata lagi.Ketika Alora hendak melanjutkan apa yang ingin di utarakan, Zevanya tampak merengek cepat-cepat ia menggendongnya sembari membuatkan susu yang perlengkapannya sengaja ia bawa. Sedangkan tanpa disadari Tantri memperhatikannya, jika berapa telatennya sahabatnya dalam merawat bayi dari seorang yang pernah ia cintai bersama wanita yang tidak lain adalah kakaknya."Kamu kelihatannya sayang banget ya sama dia." Kata Tantri saat setelah Alora meletakkan kembali Zevanya dalam kereta bayi."Ya tentu karna dia keponakanku yang kini sudah menjadi putriku Tan, tentu aku sangat menyayanginya!" Jawab Alora."Oh ya Tan, aku mau nanya bagaimana aku harus bersikap pada mas Chakra yang kini menjadi suamiku, dia seakan tidak menerima pernikahan ini tapi dia juga tidak mau melepaskan ku dari pernikahan ini. Seakan balas dendam ia membiarkanku tetap terikat, t
Tanpa terasa Alora mulai mengerjapkan matanya saat mendengar rengekan dari Zevanya, meski masih merasa ngantuk ia tetap bangun dan segera membuat susu untuk Zevanya. Ia kemudian melakukan ritual, memberikan susu dan menimangnya. Ketika melihat Zevanya kembali terpejam ia meletakkan kembali di box.Tidak melanjutkan tidurnya, ia melirik ke sebuah jam yang bertengger di dinding kamarnya. Pukul 18.30 wib, Alora merutuki dirinya sendiri."Maunya sih nggak tidur, tapi tadi mataku sepet banget." Gumamnya, sesaat ia kembali teringat pada penuturan Tantri untuk mencoba meluluhkan Chakra lewat perlakuan lembut darinya."Mungkin masak makan malam aja kali ya?, beberapa hari disini kan aku selalu beli." Katanya pada dirinya sendiri, dan beberapa saat berpikir Alora akhirnya memutuskan untuk memasak makan malam.Memastikan jika Zevanya telah aman, ia mulai keluar kamar menuju dapur. Awalnya ia mencoba melihat isi kulkas dan melihat beberapa sayur yang langsung membuatnya mendapat ide untuk membua
Setelah acara saling berpelukan dan saling melemparkan tuturan lembut, akhirnya Bagas dan Mirna segera melenggang pergi menuju pesawat yang akan keduanya tumpamgi, dan Alora tersenyum tipis sembari menatap kepergian kedua orang tuanya yang sudah mulai menghilang dari pandangannya."SAYANG!" Panggil Damian sembari berlari kecil menghampiri Alora."Damian," Alora langsung memeluk tubuh sang kekasih."Dam, maafin Papah ya yang sampai saat ini masih belum bisa menerima kamu dan hubungan kita." Kata Alora, ketika Damian tidak bisa mengantar kepergian orang tuanya ke bandara karna restu yang masih belum keduanya dapatkan."Tidak masalah sayang, tidak perlu terlalu di pikirkan." Kata Damian tersenyum mencoba menyembunyikan rasa sedihnya yang pasti ada."Supaya kamu tidak terlalu sedih lebih baik kita ke London Eye, kita habisin waktu disana karna aku nanti akan sangat merindukanmu ketika kamu kembali ke Indonesia." Tutur Damian mencoba untuk mengalihkan kesedihan kekasihnya.Seketika kesendua
Seketika Mirna kembali teringat akan kondisi dari putri pertamanya, lalu satu orang yang seketika Mirna tatap tidak lain adalah Chakra."Chakra, kamu anter Alora ke ruangan Dokter cepat!" Tutur Mirna membuyarkan lamunan Chakra yang cukup tertegun saat baru pertama kali melihat adik dari istrinya."Iya Mah...""Ayo ikut aku." Ucap Chakra menjawab lalu di lanjut berbicara kearah Alora dan mengajaknya untuk ke ruangan Dokter, selama langkah menyusuri lorong rumah sakit Alora mencoba untuk menahan gejolak perasaan yang tiba-tiba merasa tidak karuan ketika melihat Chakra dan tanpa di sadari itu juga yang di rasakan oleh Chakra.Sesampainya di ruangan dan bertemu dengan Dokter, Alora segera diperiksa keadaan dan darahnya yang dimana akan di donorkan kepada Alara. Setelah melewati pemeriksaan dan hasilnya baik, Dokter pun segera melakukan pendonoran darah.Berbaring bersama dengan sang Kakak dan hanya berbeda bed petient, Alora mencoba menoleh menatap lekat kearah sang Kakak. Air matanya tib
Reflek tatapan semua orang langsung mengarah pada suara pintu yang terbuka dan Chakra langsung menghampiri Dokter yang baru saja keluar."Bagaimana dengan keadaan istri saya Dok!?" Tanya Chakra langsung."Syukurlah kondisi pasien stabil, dan keluarga bisa langsung melihat. Tapi tetap jaga kenyamanan pasien agar bisa beristirahat dan kita akan tetap pantau kondisinya sampai benar-benar stabil." Jelas Dokter seketika melegakan semua orang yang mendengarnya.Setelah sedikit berbincang dengan Dokter, Chakra dan Mirna memutuskan untuk masuk dan yang lain memilih menunggu di luar.Namun, belum lama pintu ruangan itu tertutup terlihat Mirna kembali membukanya. "Alora ayo masuk, Kakakmu ingin bicara." Kata Mirna seketika membuat jantung Alora berdetak cepat.Ketika Alora masuk ke dalam ruang rawat Alara, ia melihat senyuman sang Kakak yang seperti menunggunya. "Apa Kakak baik-baik saja?" Tanya Alora segera duduk di kursi dekat sang Kakak."Kakak akan membaik jika kamu mau menuruti permintaan
"Sayang," panggil Damian setelah duduk di samping Alora dengan dua mangkok bakso yang telah tersaji di depan keduanya."Hmm," reflek Alora langsung menoleh kearah Damian."Apa ada masalah, kenapa kamu tidak seperti biasanya?" Tanya Damian, menyadari perubahan pada Alora.Alora hanya menggeleng pelan, dan itu membuat Damian semakin tidak tenang. Mengurungkan niatnya untuk menyantap segera bakso yang ada di tangannya, Damian lebih memilih untuk meletakkan mangkok berisi bakso itu di meja."Jangan membuatku penasaran sayang, jika memang ada masalah ceritalah aku akan menerima apapun itu sayang." Bujuk Damian."Tapi untuk masalah ini aku yakin kamu tidak akan bisa menerimanya." Jawab Alora masih tertunduk memandangi semangkuk bakso di hadapannya yang mulai menghangat."Serumit apa masalah itu sampai kamu mengatakan dengan yakin tentang aku yang tidak akan bisa menerimanya." Damian semakin tidak sabar dengan apa yang belum di ketahuinya, dan membuatnya mulai berpikir lalu menebak masalah a