Share

Bukan Wanita Biasa(Dendam Istri Tersakiti)
Bukan Wanita Biasa(Dendam Istri Tersakiti)
Penulis: VHIEH Z

Bab. 1. Ada tanda di kerah?

''Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini? Aku sudah tidak sanggup, menjalani semua ini ... Apa salahku terhadap suamiku? Kenapa suamiku tidak seperti dulu lagi yang selalu membelaku saat ada orang yang menyakitiku bahkan, dia lebih percaya kepada orang lain dari pada aku batin Kinanti."

Kinanti benar-benar sangat kecewa dengan sikap semuanya yang sekarang. Dia sekarang menjadi ringan tangan, tidak mau mendengar alasan ketika ada masalah menimpanya. Sungguh, sekarang Revan berubah seratus delapan puluh derajat, jauh sangat berbeda, tidak seperti dulu yang sangat penyayang, Perhatian serta, selalu ada saat duka ataupun suka. Tiba-tiba, pikirannya kini merasa ada sesuatu yang membuat suaminya berubah, tidak mungkin ada api kalau tidak asap bukan, kalau menurut pepatah.

Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Lalu, menatap sang istri yang kini sedang duduk di sofa yang berada di kamar. Pria itu berdehem keras, sehingga membuat wanita cantik yang sedang duduk di sofa tersadar dari lamunannya. Kinanti langsung berdiri lalu, berjalan menghampiri sang suami.

"Mas udah pulang?" tanya Kinanti menatap suaminya.

"Iya, aku udah pulang, malah nanya! Dasar aneh punya istri!" Revan menggelengkan kepalanya. Pria itu mencoba untuk membuka kancing baju kerjanya, Kinanti pun tidak diam saja, dia ikut membuka kancingnya.

Deg. Kinanti merasa terbelalak saat melihat sesuatu yang membuat dadanya terasa sangat sesak. Dia mengelengkan kepala merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, berharap hanya dirinya yang salah lihat, akan tetapi jelas-jelas sangat tidak mungkin, karena memang faktanya ada sesuatu lukisan menempel di keras suaminya dengan berwarna merah.

"Apa yang sudah kamu lakukan tadi, Mas?" tanya Kinanti sambil menatap netra sang suami.

"Maksud kamu apa berbicara seperti itu? Oh, kamu menuduhku selingkuh ya?" Revan menatap tidak suka sang istri.

Kinanti memutarkan matanya dengan malas saat sang suami berkata seperti itu. Padahal, dirinya cuma bertanya bukan bermaksud untuk menuduhnya. Kinan hanya bisa mengusap dadanya agar tetap sabar.

"Aku enggak menuduh, tetapi aku bertanya saja sama Mas," ujar Kinanti.

"Iya, sama aja kamu tuh menuduh aku selingkuh! Aku benar-benar kecewa sama kamu, Kinan!" Revan segera menghempaskan tangan sang istri yang membantu melepaskan bajunya.

Revan kini benar-benar sangat emosi kepada sang istri. Dia tidak habis pikir kenapa Kinanti bisa menuduh kalau dirinya sudah selingkuh. Pria itu pun langsung melempar baju kerjanya kebawah lantai. Kinanti menatap kecewa suaminya itu, padahal dirinya hanya bertanya bukan maksud untuk menuduh Revan selingkuh. Inilah yang membuat Kinanti merasa kesal kepada suaminya yang selalu bicara tanpa di pikir dulu dan tidak mau mendengarkan penjelasannya.

Memang Kinanti akui, dirinya merasa bersalah karena tidak seharunya dia berkata seperti itu saat pulang kerja. Dia bisa mengatakannya jika keadaannya sudah nyaman dan bisa di ajak bicara. Akan tetapi, jujur saja, Kinan tidak bisa menahan gejolak hati yang merasa panas saat melihat tanda kiss dari kerah baju sang suami yang kedua kalinya.

"Aku tuh cape sudah kerja seharian, tapi kenapa kamu malah membuatku kesal!" sentak Revan.

"Maafkan aku, Mas," Kinan sambil menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"Kenapa kamu malah menuduhku, hah? Emang punya bukti kalau aku bersama wanita lain, hah?" Tantang Revan.

Mungkin ini saatnya Kinan menunjukan suatu yang bisa membuat Revan percaya. Wanita cantik itu pun berjalan mengambil baju sang suami yang tergeletak di lantai. Lalu, dia memperlihatkan kerahnya itu yang terdapat lukisan indah yang bikin Kinan emosi. Betapa terkejutnya Revan saat melihat apa yang ada di kerahanya itu, dia mengigit bibir bawahnya merasa cemas harus berkata apa.

"Kamu bilang aku menuduhmu? Justru aku punya buktinya. Ini maksudnya apa, hah?" Kinan sambil menunjuk tanda yang di maksud yang ada di baju kerja sang suami.

"Anu ...," Revan pun bingung harus berkata apa. Pria itu menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Apa? Bicara yang jelas, dong!" sentak Kinan sambil menatap sang suami.

"Berani sekali kamu membentak aku!" Revan tidak terima dirinya di sentak oleh sang istri.

Pria itu langsung menampar pipi sang istri sehingga membuat Kinan meringis kesakitan. Sungguh, merasa tidak menyangka dengan sikap suaminya yang kini ringan tangan. Butiran kristal keluar membasahi wajah wanita cantik itu. Jujur, wanita mana yang tidak emosi bila melihat lukisan bibir merah di kerah suami. Lagain, hanya menjawab saja tidak perlu main tangan. Revan yang kini melihat sang istri hanya menatap memutarkan matanya dengan malas, dia merasa tidak bersalah kepada Kinan.

"Mas! Kenapa kamu malah menamparku?" kinan tidak menyangka sang suami melakukan hal itu. Dia tidak menyangka kini suaminya benar-benar menjadi tempramental dan suka seenaknya.

"Itu hukumanmu karena berani membentakku!" jelas Revan.

Kinanti tertawa terbahak-bahak melihat tingkah sang suami. Harusnya dia yang marah karena Revan tidak mau berkata jujur. Mungkin, dia pikir Kinan wanita bodoh yang bisa di bodohi serta, seenaknya harus bertindak. Kinan tidak bisa diam saja, karena bukan satu, atau dua kali Revan menampar dirinya. Saat Kinan ingin menampar balik Revan, tiba-tiba seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri mereka. Dia langsung menatap putranya serta sang menantu secara bergiliran.

"Ada apa sih, ini!" tanya Bu Gina.

"Dari tadi Ibu mendengar kalian bertengkar mulu!" lanjutnya.

"Ini si Kinan, Bu," jawab Revan.

"Kinan?" Bu Gina langsung menatap menantunya dengan menaikan satu alisnya.

Revan pun langsung menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Dia merasa tidak terima telah di tuduh berselingkuh oleh sang istri. Bu Gina yang mendengar aduan putranya itu menatap geram sang menantu. Kinan menghembuskan napasnya dengan kasar mendengar penjelasan sang suami, dia sudah katakan hanya bertanya bukan menunduhnya. Agar wanita paruh baya itu percaya dengan ucapannya, Kinan langsung memberikan kerah milik Revan kepada Bu Gina. Wanita paruh baya itu pun terbelalak melihat, merasa sangat tidak percaya.

"Aku enggak menuduh dia, kok, Bu. Tapi aku liat dari kerah dia ada tanda ini." Kinan sambil menunjuk baju milik Revan.

Wanita paruh baya itu langsung menatap putranya, dia tidak percaya jika memang Revan telah berselingkuh dengan wanita lain. Bu Gina mencoba untuk menenangkan diri, dia mencoba untuk tetap tenang agar tidak malu dengan ulah putranya itu. Bu Gina langsung mengambil baju kerja Revan.

"Revan! Apakah kamu benar telah selingkuh?" tanya Bu Gina menatap putranya.

"Anu, Bu ...." Revan masih bingung harus berkata apa. Dia menggaruk rambutnya yang tidak gatal dan entah harus berkata apa.

Bu Gina menatap kesal putranya itu. Dari tadi lihat, dia hanya berkata dengan tidak jelas. Dia berharap putranya itu tidak melakukan hal yang membuat dirinya malu karena putranya telah selingkuh dengan wanita lain.

"Jawab Reza! Apakah benar kamu telah selingkuh?" tanya wanita paruh baya itu sekali lagi.

"A-aku bisa menjelaskannya, Bu."

"Kalau aku ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status