"Bagaimana dengan Kinan? Apakah dia mau menerima aku sebagai istrimu?" tanya Ica.
Wanita itu jadi patah semangat saat mengingat istri pertamanya Revan. Dia merasa jadi khawatir, Kinan malah berhasil membuat Revan untuk meninggalkan dirinya. Pria yang kini ada di samping Ica langsung memegang tangannya. "Jangan khawatir kalo masalah dia, biarkan aku yang mengurusi semua ini. Mau, tidak, mau, Kinan harus menerimanya!" Revan tersenyum sinis saat mengingat istrinya itu. "Makasih, sayang. Aku benar-benar sangat menyayangimu," ucap Ica. Revan kini mengusap perut Kinan yang masih rata. Dia benar-benar sangat senang, serta tidak menyangka akan menjadi seorang Ayah. Begitu pun dengan Ica, dengan tersenyum ikut bahagia saat Revan berkata seperti itu. Dia semakin yakin kalau Kinan pasti akan tersingkirkan dari hidup Revan. * * # Di tempat lain. "Kita pergi ke cafe sekarang juga!" ucap Rangga menghampiri Kinan yang kini sedang mengerjakan tugasnya. Kinan kemudian menghentikan pekerjaannya, dia langsung menatap sang atasan. Kinan tidak mengerti tiba-tiba Rangga mengajaknya untuk ke cafe, padahal jam istirahat masih lama. Memang, dia suka mengajak makan di luar kalau waktunya beristirahat. "Mau ngapain, Pak? Ini masih jam setengah sebelas, masa iya, mau istrirahat jam segini?" ucap Kinan. "Loh, emangnya siapa yang ngajak istrirahat?" tanya balik Rangga. "Tadi bapak ngajak aku ke cafe," jawab Kinan. Rangga mengelengkan kepala saat Kinan menjawab seperti itu. Padahal dirinya mengajak ke cafe bukan untuk istirahat, akan tetapi ada pertemuan Klien disana yang kini sedang menunggunya. Rangga mendekatkan wajahnya mendekati wajah Kinan, wanita itu langsung mendorong dada atasannya karena merasa risih. "Apaan sih, Pak, ingat loh, aku udah punya suami," kesal Kinan. Rangga hanya tersenyum tipis saat melihat Kinan seperti itu. Dia merasa lupa kalau wanita yang kini menjadi sekretaris sudah menikah. "Oya, kita ke cafe karena ada pertemuan Klien disana," jelas Rangga. "Oh, gitu ya, Pak. Kirain aku ...." perkataan Kinan harus terputus karena Rangga langsung memotong pembicaraannya. "Lagian, aneh sekali dengan pikiranmu itu, masa iya, jam segini aku ngajak istrirahat sih," ucap Rangga. Kinan tersenyum gugup karena kesalahpahamannya. Dia segera langsung membereskan tempat kerjanya karena sekarang harus pergi tempat cafe bersama atasannya itu. Mereka pun kini segera pergi dari ruangan tersebut dan berjalan menuju mobil yang terparkir di luar. #Mobil yang dikendarai Rangga pun kini sudah sampai di sebuah cafe. Mereka segera keluar dari mobil tersebut, lalu berjalan menuju cafe itu. Mereka kini mencari Klien yang sudah menunggu dari tadi. Saat sudah ketemu seseorang yang akan di temuinya, Rangga serta Kinan segera menghampiri Klien tersebut. "Maaf saya telat dan telah membuat Anda menunggu saya," ucap Rangga menatap Klien tersebut. "Tidak apa-apa. Oya, silahkan duduk," ucap Pak Toto sambil mempersilahkan agar Rangga serta, Kinan duduk di kursi yang sudah di sediakan. Rangga serta, Kinan pun segera duduk di kursi tersebut. Rangga merasa sangat bersyukur karena Kliennya begitu sangat pengertian. Pak Toto pun meminta agar Rangga segera menjelaskan kerja samanya. "Baiklah, saya akan memulainya sekarang juga," ucap Rangga. "Iya, silahkan," ujar Pak Toto tersenyum. Rangga pun segera menjelaskan Misi serta Visi dalam perusahaannya, sedetail mungkin dia menceritakan tentang kerjasamanya itu. Kinanti pun ikut mendengarkannnya. Tanpa sengaja dia menatap seseorang yang sangat dia kenali. Dia merasa yakin kalau pria itu adalah suaminya. "Eh, tunggu, dulu! Bukannya dia Revan 'kan? Lagi ngapain dia sama wanita itu? batin Kinan." Dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dia merasa curiga saat wanita itu menyenderkan kepalanya di bahu Revan. Apalagi Kinan terbelalak saat suaminya itu mencium rambut wanita itu. Di dalam hatinya penuh bertanya-tanya tentang wanita yang kini bersama suaminya. "Sial! batin Kinan." Kinan mengepalkan kedua tangannya. Dia yakin kalau Revan serta telah berselingkuh dengan wanita itu. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Revan telah tidak membuat rumah tangganya hancur dan membiarkan wanita lain masuk ke dalam hidupnya. "Awas saja kalian! Batin Kinan." Kinan merasa sangat geram, wanita itu mengempalkan kedua tangannya. Yang tadinya fokus mendengarkan penjelasan Rangga, kini malah jadi kacau serta, malah fokus menatap suaminya yang kini semakin mesra. Saat Yudha sedang menjelaskan tentang kerja sama, sekilas dia menatap sekretarisnya itu. Entah, dia pun merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia menatap netra Kinan seolah ada nasib yang membuat dirinya begitu tidak fokus. "Sekian pembahasan saya sampe sini," ujar Rangga saat sudah selesai menjelaskan semuanya. "Iya, terima kasih. Saya juga sangat senang bisa kerja sama dengan Anda," ujar Pak Toto. "Iya, sama-sama, Pak. Semoga saja dengan kerja sama kita, menjadi lebih baik, maju, serta sukses," ucap Rangga. "Aamiin, semoga saja ya, Pak." Pak Toto tersenyum. Pak Toto berharap kerja samanya nanti bisa lebih baik lagi dan perusahaannya semakin maju dan lebih sukses. Karena tidak ada pembahasan yang harus di jelaskan, Pak Toto pun pamit untuk pulang. "Kalo begitu, saya permisi pulang duluan ya, Pak. Saya ucapkan terima kasih atas kerja samanya" ucap Pak Toto. "Iya, silahkan, Pak. Hati-hati di jalanya dan semoga selamat sampai tujuan," kata Rangga. "Iya, terima kasih. Kalo begitu saya pamit. Selamat siang." "Iya, Pak." Pak Toto pun segera pergi meninggalkan Rangga disana. Dia segera berjalan menuju keluar dari cafe tersebut. Rangga pun tersenyum sangat senang dengan hasil pertemuan dengan sang Kliennya itu. Tiba-tiba dia menatap Kinan yang dari tadi menatap ke arah yang dia tatap. "Kinan ...," panggil Rangga. Wanita itu tidak menyahuti perkataan Rangga. Dia terus menatap ke arah yang membuat dirinya semakin emosi. Kinan sudah tidak tahan lagi melihat perlakuan Revan kepada wanita itu yang begitu semakin mesra. "Ini tidak bisa aku biarkan!" Kinanti mengebrak meja yang dia tempati. Rangga merasa kaget saat Kinan mengebrak meja. Apalagi, saat menatap wajah Kinan seperti ingin siap-siap memusnahkan sesuatu. Rangga menatap kearah yang di tatap Kinan, akan tetapi entahlah, siapa yang di tatap karena banyak orang disana yang sedang bersantai menikmati cemilan. "Kinan...,"Kinanti menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia mengigit bibir bawahnya merasa sangat malu karena telah mengebrak meja di depan atasannya. Rangga yang melihat tingkah bawahannya itu hanya menggelengkan kepalanya. "Apa yang terjadi denganmu, Kinan?" tanya Revan. "Anu ... enggak ada apa-apa, kok," jawab Kinan. Kinan terpaksa harus berbohong karena tidak mungkin menceritakan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Biarkan masalah ini hanya dia yang mengatasinya. "Serius, tidak ada apa-apa, nih? Dari tadi aku liat kamu kayak menatap seseorang" ucap Rangga. Kinan merasa sangat terkejut saat atasannya mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mencoba untuk bersikap biasa agar Rangga tidak merasa curiga lebih dalam lagi. "Itu cuma perasaan bapak aja kali. Oya, aku lapar, nih, yuk, kita makan," ajak Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, kamul lapar ya? Baiklah, aku akan panggil dulu sang pelayan." Rangga langsung memanggil sang pelayan. Mata Kinan langsung mendeli
Kinan menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil sayang kepada suaminya. Kinan memutarkan badanya lalu menatap ke arah suami. Dia membulatkan matanya merasa tidak percaya. "Maaf, lama, Sayang," ujar Ica. Revan menjadi bingung untuk saat ini. Bagaimana tidak, dia melihat sang istri berjalan menghampirinya. Hatinya kini merasa tidak senang dan takut sesuatu terjadi yang akan membuat semuanya tahu. "Kamu siapa?" tanya Kinan menatap wanita yang kini sedang duduk di samping Revan. Ica membulatkan matanya merasa sangat terkejut saat melihat wanita yang sangat dia kenali. Benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Kinanti saat seperti ini. Karena tidak mau membuat curiga Kinan, Ica mencoba untuk tetap santai. "Hello ... kenalkan aku ...." perkataan Ica harus terputus karena tiba-tiba Kinan memotong pembicaraannya. "Apa ini!" Kinanti merebut tespeck yang ada di tangan Ica. Wanita itu merasa sangat penasaran dengan apa yang di pegangnya, karena merasa sa
"Dasar wanita kurang ajar! Tega sekali kamu telah mengambil pria sudah beristri!" geram Kinanti. "Loh, kenapa emangnya? Lagian kita suka sama suka, kok," ucap Ica tersenyum sinis menatap Kinan. Kinanti benar-benar tidak menyangka dengan wanita yang kini ada di depannya. Dia pikir akan malu telah merebut suaminya, akan tetapi dia malah bangga telah mendapatkan Revan. Kinan mengepalkan kedua tangannya merasa sangat emosi. "Kenapa tega kamu sakiti aku dengan seperti ini, Mas? Kalo memang udah bosen bilang aja, dan biarkan aku pulang dari kehidupanmu, Mas. Dasar pria brengsek!" Kinan sambil memukul dada bidang sang suami. "Sudahlah kamu harus terima saja dengan takdirmu itu," ketus Ica. Kinanti langsung menatap Ica saat berkata seperti itu. Dia harus menerima takdirnya? Sungguh, ini bukan takdir tapi karena Ica yang telah tega merebut suaminya. Dia langsung mengangkat satu tangannya lalu, melayang mengenai pipi Ica. #Plakk# "Rumah tangga kita hancur karena kehadiran wanita y
''Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini? Aku sudah tidak sanggup, menjalani semua ini ... Apa salahku terhadap suamiku? Kenapa suamiku tidak seperti dulu lagi yang selalu membelaku saat ada orang yang menyakitiku bahkan, dia lebih percaya kepada orang lain dari pada aku batin Kinanti." Kinanti benar-benar sangat kecewa dengan sikap semuanya yang sekarang. Dia sekarang menjadi ringan tangan, tidak mau mendengar alasan ketika ada masalah menimpanya. Sungguh, sekarang Revan berubah seratus delapan puluh derajat, jauh sangat berbeda, tidak seperti dulu yang sangat penyayang, Perhatian serta, selalu ada saat duka ataupun suka. Tiba-tiba, pikirannya kini merasa ada sesuatu yang membuat suaminya berubah, tidak mungkin ada api kalau tidak asap bukan, kalau menurut pepatah. Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Lalu, menatap sang istri yang kini sedang duduk di sofa yang berada di kamar. Pria itu berdehem keras, sehingga membuat wanita cantik yang sedang duduk di sofa tersadar da
Revan pun langsung menjelaskan pertanyaan wanita yang telah melahirkan dirinya itu. Dia bilang, tadi datang ke ulang tahun temannya itu, mereka disana berpesta layaknya seperti anak muda, tanpa sengaja seorang wanita terjatuh sehingga bibirnya menyentuh kerahnya. Revan berharap dengan penjelasannya tidak ada salah paham lagi, dia merasa cape bila harus terjadi ke ributan di rumah. Kinan yang mendengar penjelasan sang suami hanya tersenyum sinis menatapnya. Bukannya tidak percaya, akan tetapi dia merasa heran, ketika dirinya minta penjelasan serta bicara dengan nada tinggi, dia marah. Sedangkan sama Ibunya, luar biasa, sungguh di luar nalar. "Kamu enggak berbohongkan?" tanya Bu Gina. "Ya ampun, Bu. Masa enggak percaya sama putranya sendiri. Aku orangnya setia dan enggak mungkin aku selingkuh," ujar Revan. Bu Gina pun menatap netra putranya itu. Dia yakin kalau putranya tidak mungkin melakukan hal itu. Dia juga tahu kalau Revan sangat menyayangi Ibu serta adiknya, jadi tidak mungk
Kinanti meminta agar sang sopir untuk menghentikan mobilnya. Rangga pun merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kinan. Sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya sesuai permintaan Kinan. "Kenapa harus berhenti?" tanya Rangga menatap Kinan. Kinanti menepak jidatnya, dia merasa lupa kalau dia tidak sendiri, akan tetapi bersama atasannya. Wanita itu mengigit bibir bawahnya karena merasa bingung harus berkata apa. Tidak mungkin, dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi karena ini urusan kerja bukan waktunya untuk mengurusi masalah pribadi. "Kinan, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rangga sekali. "Eh, enggak, kok, Pak, tadi kebelet sih, pingin ke air makanya nyuruh sang sopir untuk berhenti," jawab Kinan dengan berbohong. Rangga menatap aneh Kinanti. Mana mungkin, di perjalanan ada toilet, dia merasa yakin pasti ada sesuatu yang terjadi tadi. Ingin rasanya Rangga menanyakan, akan tetapi itu bukan urusan pribadinya, dia pun memilih untuk tidak bertanya. "Oh, gitu ya.
"Hebat, benar-benar, hebat!" sentak Bu Gina sambil melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Kinanti.Kinanti merasa terkejut, sekaligus merasa heran karena tiba-tiba mertuanya berkata seperti itu. Kinanti mencoba untuk tetap tenang. Dia tersenyum kepada Ibu Gina, akan tetapi mertuanya malah menatap sinis Kinanti."Eh, Bu." Kinanti merasa gugup, serta merasakan ada sesuatu yang tidak beres."Habis dari mana kamu?" tanya Bu Gina sambil menyilangkan kedua tangannya."Kan Ibu tau aku habis kerja, Bu. Lagian, Ibu juga tau aku sering lembur dan pulang malam," jawab Kinanti.Kinanti merasa heran sama mertuanya itu, jelas dia selalu tahu kalau dirinya kadang suka pulang malam. Dulu dia tidak pernah mempermasalahkan pulang kerja malam. Akan tetapi, kenapa kini dia tidak mau ngerti dan malah bertanya seperti itu."Alah, itu cuma akal-akalan kamu aja," ketus Bu Bu Gina."Maksudnya apa, Bu?" Kinanti merasa tidak mengerti dengan perkataan Ibu mertuanya itu."Kamu habis dari mana tadi bersama seor
"Aku bisa menjelaskannya, Mas," ucap Kinan menatap suaminya."Menjelaskan apalagi? Aku percaya kalau ucapan Ibu itu benar. Jadi katakanlah yang jujur, kalo memang selingkuh 'kan?" tanya Revan."Enggak, Mas, aku enggak selingkuh!" jawab Kinanti.Revan merasa sangat kesal karena Kinanti tidak mau jujur kalau dia telah selingkuh. Pria itu meraih dagunya dengan kasar. Kini, Kinan meringis kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu. Dengan sekuat tenaga Kinanti menghempaskan tangan Revan, sehingga membuat pria itu sangat emosi."Tadi aku diantar pulang sama atasan kerjaku. Emang salah ya? Lagian, kenapa tadi kamu tidak menjemput ku? Andai saja, kamu menjemputku pasti tidak akan seperti ini, Mas! Ibu telah salah paham, Mas!" Kinanti dengan suara tinggi."Kurang ajar, kamu ...." # Plak.Revan menampar keras Kinanti sehingga pipi putihnya kini menjadi merah, serta terasa panas yang dirasakan oleh wanita itu, dengan apa yang telah dilakukan oleh suaminya. Kinanti merasa tidak menge