Share

Bab.3. Kecewa?

Kinanti meminta agar sang sopir untuk menghentikan mobilnya. Rangga pun merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kinan. Sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya sesuai permintaan Kinan.

"Kenapa harus berhenti?" tanya Rangga menatap Kinan.

Kinanti menepak jidatnya, dia merasa lupa kalau dia tidak sendiri, akan tetapi bersama atasannya. Wanita itu mengigit bibir bawahnya karena merasa bingung harus berkata apa. Tidak mungkin, dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi karena ini urusan kerja bukan waktunya untuk mengurusi masalah pribadi.

"Kinan, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rangga sekali.

"Eh, enggak, kok, Pak, tadi kebelet sih, pingin ke air makanya nyuruh sang sopir untuk berhenti," jawab Kinan dengan berbohong.

Rangga menatap aneh Kinanti. Mana mungkin, di perjalanan ada toilet, dia merasa yakin pasti ada sesuatu yang terjadi tadi. Ingin rasanya Rangga menanyakan, akan tetapi itu bukan urusan pribadinya, dia pun memilih untuk tidak bertanya.

"Oh, gitu ya. Oya, kebetulan di depan tuh ada cafe, kebetulan juga kita bertemu Klien disana, jadi bisa ke toilet dulu disana," ucap Rangga.

"Oh, ya, udah, Pak, jalan lagi," pinta Kinan.

Sang sopir pun dengan segera menjalankan mobilnya kembali. Kinan langsung menatap ke tempat dimana Revan bersama wanita itu berada disana. Akan tetapi, sayang, mereka sudah tidak ada disana. Kinanti pun semakin kesal dan sudah tidak sabar ingin menanyakan apa yang sudah dia lakukan tadi bersama wanita lain.

#Mereka pun kini sudah sampai di sebuah cafe, dengan segera mereka keluar dari kendaraan roda empat tersebut. Mereka dengan segera masuk ke dalam cafe untuk bertemu dengan Klien yang sudah menunggu dirinya. Kinan pamit kepada Rangga untuk ke toilet karena tiba-tiba ingin buang air kecil.

"Aku permisi dulu ya, Pak, ingin ke toilet bentar," ucap Kinan.

"Iya, silahkan. Kalo gitu aku tunggu di tempat dimana Klien menunggu disana ya," ucap Rangga.

"Iya, baik, Pak."

Kinanti segera berjalan menuju toilet, tanpa sengaja seseorang tidak sengaja menabraknya. Dia pun langsung mencaci makinya. Kinan merasa heran karena dirinya tidak bersalah, justru wanita itu yang jalannya terlalu terburu-buru.

"kalo jalan, tuh, pakai mata, dong!" sentak wanita itu.

"Lho, kenapa marah padaku? Bukannya kamu yang menabrakku?" ucap Kinan menatap wanita itu.

"Ya jelas kamu yang salah. Aku mau jalan kesini, kenapa kamu malah ikut jalan kesini juga!" Wanita itu menatap kesal Kinan.

"Benar-benar gila, ya, ini orang." Kinan mengelengkan kepalanya.

"Kamu ...." Wanita cantik itu, tidak terima dengan ucapan Kinan.

Kinanti pun merasa sangat malas bila harus berurusan dengan orang yang tidak tahu malu. Dia mencoba untuk pergi dari hadapan wanita cantik itu, akan tetapi dia tahan tangannya untuk tidak pergi. Kinanti mencoba untuk menghempaskan tangannya, akan tetapi sangat sulit karena wanita itu menahannya sangat kuat.

"Lepaskan tanganku!" sentak Kinanti menatap tajam wanita itu.

"Enggak! Aku enggak akan melepaskan tanganmu!" Wanita itu masih menahan tangan Kinanti.

"Sayang ...."

Seorang pria tiba-tiba berjalan menghampiri mereka. Pria itu langsung membungkam bibirnya saat mengenali wanita yang bersama Ica. Dia merasa bingung harus apa yang di lakukannya karena salah bicara. Kinanti pun langsung menatap heran karena sang suami tiba-tiba ada disana memanggil perkataan romantis.

"Eh, Kinan lagi apa disini?" tanya Revan dengan gugup.

"Aku lagi ada pertemuan Klien disini, Mas," jawab Kinan.

"Kamu sendiri lagi apa disini, Mas?" lanjutnya.

"Tentu saja aku dengan dia ...."

Perkataan Ica harus terputus karena Revan langsung memotong pembicaraannya. Dia pun memberikan kode agar dia diam tidak menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Ica pun memilih untuk menuruti apa yang Revan suruh, wanita itu langsung memalingkan wajah dengan kesal.

"Aku sama dia juga sama ada pertemuan Klien disini. Kebetulan sudah selesai sih, jadi aku mau pulang dulu ya, harus balik lagi ke kantor." Revan menarik tangan Ica untuk pergi dari sana.

Kinan pun menatap kecewa sang suami yang pergi begitu saja. Dia menatap jam tangannya, sungguh sangat aneh dengan pertemuan Kliennya karena terlalu sebentar. Karena tidak mau berpikir yang membuat kepalanya pusing, Kinan pun segera pergi menuju toilet.

#Ica yang kini berada di dalam mobil merasa sangat kesal karena Revan tidak mau jujur dengan istrinya itu. Sudah hampir satu tahun mereka menjalin hubungan terlarang, Ica pun merasa tidak sudi hubungannya harus seperti itu terus, dia ingin Revan segera menikahinya.

"Kapan kamu akan menikahiku?" tanya Ica menatap kesal Revan.

"Sabar dong, Sayang, jangan terburu-buru. Pasti aku akan menikahi kamu," jawab Revan.

"Iya, kapan? Masa iya, hubungan kita mau terus di sembunyiin dari istrimu terus," kesal Revan.

Revan menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia meraih tangan kanan lalu, memegang tangan Ica. "Jangan meragukanku, Sayang. Pasti aku akan menikahimu. Aku akan cari cara dulu biar istriku bisa menerimamu jadi istri keduaku, dan aku janji akan kasih warisan untukmu paling banyak," jelas Revan.

"Serius?" tanya Ica.

Revan memanggukan kepalanya. Ica pun merasa sangat senang, dia langsung merangkul lengannya. Dia tersenyum sinis dan suatu saat nanti, jika dia jadi istri Revan akan menyingkirkannya, hanya dia yang mendapatkan semua warisannya.

"Makasih, Sayang."

#Siang pun berganti malam, kini Olivia sedang membereskan meja kerjanya. Kebetulan hari ini, Olivia harus lembur sehingga harus pulang malam. Saat semuanya sudah beres, Olivia pun berjalan menghampiri atasannya yang kini masih sibuk dengan pekerjaanya.

"Oya, Pak, aku pamit mau pulang dulu ya, kebetulan aku udah selesai mengerjakan tugasnya," ucap Olivia.

"Iya, silahkan, hati-hati di jalannya," ucap Rangga.

"Iya, makasih, Pak, kalo gitu, aku permisi ya," ucap Kinan.

Kinanti pun segera pergi dari ruangan tersebut, dia melangkahkan kakinya menuju keluar dari kantor. Saat ada di luar, Kinan menatap ke kiri ke kanan, tidak ada mobil yang menjemputnya. Dia pun merasa kecewa karena sang suami tidak menjemput, padahal dari sore sudah menelpon akan lembur dan minta untuk di jemput.

Kinanti pun mencoba untuk menelpon sang suami, akan tetapi ponsel yang di tuju sedang tidak aktip. Sudah beberapa kali meneleponnya, masih sama tidak aktip ponselnya. Kinanti merasa sangat emosi, kesal karena bingung pulang naik apa, kebetulan taksi online langgangannya kini sedang tidak beroperasi karena ada aksi demo buruh.

"Kinan?" panggil seseorang.

Kinan membalikan tubuhnya menatap seseorang yang memanggil dirinya, "iya, ada apa, Pak?" tanya Kinan menatap atasannya.

"Belum pulang juga?" tanya Rangga.

"Belum lagi nunggu jemputan, tapi belum datang juga. Mana udah malam lagi," jawab Kinan.

"Ya udah, bareng sama aku aja," ucap Rangga.

"Enggak apa-apa, emangnya kalo Pak Rangga anterin aku pulang?" tanya Kinan.

"Napa malah bertanya begitu? lagian, enggak apa-apa, kok, ya udah ayo, kita pulang." Mereka pun segera berjalan menuju mobil yang terparkir disana. Mereka segera masuk ke dalam mobil, saat sudah siap, Rangga dengan segera menjalankan mobilnya.

Setengah jam mobil sudah mereka melakukan perjalan menuju rumah Kinan. Wanita itu segera keluar dari mobil atasannya. Dia merasa sangat berterima kasih karena telah mengantarkan pulang. Kinan pun segera pamit untuk segera masuk ke dalam rumah. Saat Kinan sudah masuk ke dalam rumah, seseorang pun tiba-tiba bertepuk tangan dan Kinan merasa terkejut.

"Prok ... prok ... "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status