Share

Bab 45.  Posisi Nol

“Ini yang kamu mau!”

Dia melempar amplop berwarna coklat berlogo Pengadilan Agama. Aku mendengus menatapnya, kesal melihat perlakuannya yang tidak sopan. Kalau dulu ini aku anggap gurauan, tapi sekarang kami bukan siapa-siapa lagi, dia tidak boleh melakukan ini.

Daripada menunjukkan kesal dan menjadi alasan untuk berlama berbincang, lebih baik aku anggap dia orang yang berkapasitas minim.

Senyumku mengembang melihat akta cerai yang ada di tanganku. Sekilas aku membaca surat dengan awalan: Panitera Pengadilan Agama dan seterusnya. Intinya menyatakan kalau aku dan dia hanya sekadar mantan suami istri.

“Kamu senang? Atau menyesal?”

Tersenyum aku menatapnya sambil menggelengkan kepala. Sudah aku putuskan untuk menyederhanakan pikiran. Ini hanya memindah waktu saja. Aku dulu dengannya di posisi titik nol saat kami belum berkenalan. Anggap saja, surat ini sebagai tanda kami di waktu itu. Jadi tidak ada rasa senang atau menyesal.

Lelaki ini memenuhi janji untuk mengurus semuanya, walaupun de
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status