Share

Eksekusi II

Adelia menuruti perintah Papanya untuk segera duduk. Wajah pria tempatnya dulu bermanja itu begitu dingin tanpa senyuman. Digenggamannya terdapat gawai enam inci yang ia usap-usap layarnya. Adelia menunggu dengan sabar dan penuh kekhawatiran kata-kata yang akan keluar dari mulut pria itu.

“Papa sudah pesan makan? Atau minum?” Adelia mencoba mencairkan suasana.

“Nanti saja, ada yang ingin Papa tanyakan sama kamu,” ujar Pak Ruslan datar. Ia lalu meletakkan gawainya di meja.

Jantung Adelia seperti tak lagi kuat menerima denyut yang semakin cepat. Darahnya terpompa cepat membuat titik-titik keringat sudah muncul di dahinya. Bahkan telapak tangannya sudah basah sejak tadi. Ia ingin menawarkan atau berkata sesuatu untuk mengalihkan perhatian, namun lidahnya seolah tercekat di tenggorokan.

“Kemarin Papa ketemu Rangga,” ujar Pak Ruslan.

Adelia melipat keningnya. Netranya menatap aneh wajah Papanya dan telinganya berusaha

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status