Share

Memori

David menyelesaikan masbuknya. Ia sandarkan tubuhnya pada tiang bulat di tengah Masjid. Tangannya menengadah dan bibirnya melantunkan doa-doa untuk kedua orang tua dan pujian untuk Allah. Namun otaknya terus memikirkan Adelia yang tak kunjung kembali pada mood baik sejak meninggalkan calon rumah kontrakan mereka. David memejamkan mata mendongakkan kepalanya. Ada sesal yang kini terasa telah menempuh jalan ini. Tapi percuma, karena waktu tak mungkin bisa kembali.

Gawai di sling bag David bergetar. Ada rasa enggan meraih telepon pintar itu. Ia tak ingin merusak koneksinya yang masih tersambung pada Tuhannya lepas sholat magrib tadi. Namun David kebali teringat wajah muram istrinya. Bisa jadi itu panggilan atau pesan dari Adelia. David meraih gawainya dari dalam tas.

Benar, pesan dari Anjani. Mengirim pesan yang kini terasa seperti ancaman. Padahal kemarin pesan dari gadis berkacamata itu begitu menggembirakan. Tak ada yang penting, hanya pesan seorang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status