Matahari mengambil alih posisi rembulan, sinar mentari pun terbit dengan malu-malu dan kini sudah saatnya beraktivitas, mungkin bagi sebagian orang sekarang bukan waktu yang tepat untuk beranjak dari kenyamanan yang diberikan oleh ranjang mereka.
Namun tidak bagi seorang gadis bermata hazel, baginya sudah dapat tidur jam 11 malam dan bangun jam 5 pagi merupakan anugerah terindah yang patut ia banggakan.
Baginya tiada waktu untuk berleha-leha karena ia tidak bisa sedetik saja tertinggal oleh kecepatan dunia dalam berkembang.
Bagi gadis cantik bernama Harsya Prdigta waktu adalah kehidupan bila kau terlambat sedetik saja, kau akan menyesalinya kelak karena tiada orang yang mau mengerti ketertinggalan dirimu.
Dunia ini sangat kejam, ia tak mengerti semua kesusahan yang engkau rasanya, ia hanya tau bahwa semua harus menjadi sempurna dengan cara apapun itu, dunia tidak peduli dengan semua proses yang kau rasakan, dunia hanya tau bila kau sempurna dalam segala hal tandanya kau berhasil dalam menjalani kehidupan ini.
Tiada waktu untuk mengeluh, bila kau ingin menderita silahkan saja buang-buang waktu yang kau punya karena itu hakmu dan bila saatnya tiba, kau tidak boleh menyesal dan menyalahkan orang-orang Yang ada di sekitarmu karena semua itu berkat kebodohan yang kau punya jadi stop bersikap seakan-akan kau sebagai korban padahal sedari awal kaulah yang membawa bencana pada dirimu.
30 menit merupakan waktu yang sudah cukup untuk seorang gadis muda bernama Harsya Pradigta untuk selesai mandi, kini gadis cantik dengan surai hitam itupun sedang bercermin dan mengaplikasikan skincare pada wajahnya yang sangat cantik dan mempesona itu.
Kecantikan seorang Harsya Pradigta layaknya sebuah mawar merah, begitu menawan namun bila kau terlena oleh kecantikan yang ia punya, kau akan terluka oleh durinya, cantik namun cukup berbahaya.
Bukan sebuah omong kosong semata, Harsya sejak umur 7 tahun sudah menerima pelatihan soal ketangkasan dan pertahanan diri, soal tembak menembak adalah ahlinya, soal menyamar? Itu hanya permainan anak kecil baginya.
Bukan hanya sekali dua kali nyawa gadis cantik itu terancam, mempunyai keluarga yang bergerak didalam dunia kegelapan harus tahan dengan segala macam bahaya yang mengintai setiap saat.
Ketenaran yang didapat tidak cukup membuat seseorang bahagia, karena sebelum ia mendapatkan sesuatu yang berharga ia harus mau mengorbankan sesuatu yang berharga lainnya.
Bagi orang awam mungkin kemewahan yang didapat keluarga Pradigta adalah berkat kerja keras sang kepala keluarga namun mereka tidaklah sepenuhnya salah karena berkat kerja keras tersebut, Pradigta berhasil menaklukkan dunia kegelapan atau dunia mafia, tidak terhitung berapa banyak darah yang sudah menoreh kedua tangannya, tidak terhitung pula berapa nyawa yang melayang dan berapa banyak korban berjatuhan berkat keegoisan manusia.
Sebelum beranjak dari kamar mewah miliknya, Harsya menyemprotkan parfum kearah lehernya, ia pun mencium aroma parfum tersebut dengan wajah yang sangat puas.
Caron Poivre merupakan sebuah parfum yang berasal dari negara Paris yang diuat sejak tahun 1954 dengan aroma yang sangat menenangkan, aroma parfum tersebut berasal dari bunga-bunga dan kayu, kemasan parfum berupa botol kristal dilapisi emas putih yang terlihat tampak elegan.
Caron Poivre merupakan parfum yang biasa Harsya gunakan sehari-hari, harga parfum tersebut hanya 14 juta, jadi cukuplah bila dipakai untuk pergi ke kantor namun bila acara penting lainnya Harsya menggunakan parfum Chanel Grand Extrait No 1.
Parfum tersebut Harsya pilih kerena memiliki aroma bunga yang sangat khas dan segar, parfum tersebut terbuat dari bahan rose demai, ylang-ylang dan melati dari Grasse, harga parfum tersebut hanya berkisar 58 juta dan bagi seorang Pradigta harga tersebut sangat terjangkau.
Sebenarnya ibu Harsya memberikan parfum DKNY Golden Delicious Million Dollar Fragnance Bottle kepada Harya namun Harsya hanya menggunakan parfum tersebut ketika ada pesta di yang dihadiri klien dunia gelapnya.
Botol parfum trs hingga tutupnya terbuat dari emas dan berlian berlapis, seperti oval cut 3,07 carat ruby, turismo Brasil, sapphire, berlian putih, berlian mawar, dan lain-lain.
Harga parfum ini mencapai US$1 juta atau sebesar Rp14 miliar, sungguh harga yang diluar nalar bagi orang awam, parfum mewah dan elegan tersebut dibuat oleh kolaborasi perancang dan disainer terkenal seperti Martin Kata.
Untuk sarapan kali ini, Harsya hanya memilih hidangan simpel yang tak lain yang tak bukan hanya 2 lembar roti yang diolesi dengan coklat, Harsya memang seorang gadis penggila coklat, ia sangat menyukai hal yang berbau coklat.
Bahkan sekarang gadis cantik itu sedang meminum susu coklat karena Harsya tidak menyukai susu rasa lain, ia hanya ingin meminum susu bila susu tersebut rasa coklat, mungkin ini satu-satunya sifat kekanak-kanakan yang Harsya punya.
Setelah selesai sarapan, Harsya mengambil tablet yang terletak didepan, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja yang ada di depannya, gadis itu tampak asik membaca dengan kacamata anti radiasi ya g bertengger di hidung mancung miliknya.
Tak terasa kini waktu menunjukkan pukul 06.25 wib dan suara klakson membuat kegiatan yang dilakukan gadis itu terhenti dan segera ia mengambil tas yang ada di kursi sebelahnya, setelah merapikan pakaiannyanya gadis itu beranjak dan berjalan meninggalkan meninggalkan meja makan yang kini tampak sepi karena sudah tidak bertuan.
"Selamat pagi tuan putri." Sapa seorang pria dengan dengan jas berwarna hitam yang berada dibalik kemudi, tanpa menjawab sapaan yang dilontarkan oleh pria yang ada didalam mobil bugati hitam tersebut, Harsya langsung saja masuk mobil mewah tersebut dan duduk di kursi disamping pengemudi.
Pria yang kini mengemudikan mobil tersebut untuk keluar dari kompleks masion mewah tersebut hanya terkekeh geli melihat tingkah sahabatnya yang tidak berubah-ubah dari dulu, sikap dingin yang membuat dirinya gemas.
Fajar Hardian merupakan satu-satunya sahabat dari Harsya, Fajar bukan hanya sahabat bagi Harsya namun segala-galanya, Fajar merupakan seorang pria yang sangat peka dan tahan dengan semua sikap cuek dan dingin yang Harsya punya.
Fajar Hardian merupakan sosok lelaki yang memiliki badan tegap dengan kulit hitam manis yang membuat pesona pada dirinya bertambah, tidak heran banyak yang menjadi mantannya karena banyak wanita dengan senang hati melemparkan dirinya kepada pria playboy tersebut.
Bukan hanya ramah, Fajar merupakan sosok yang sangat hangat dan tidak lupa ia sangat mapan jadi siapa yang mau menolak pesona yang laki-laki itu punya?
Namun sayangnya lelaki yang kini berusia 26 tahun tersebut tidak menganggap hubungan dengan serius karena lelaki itu berpikir setiap wanita yang dekat dengan dirinya hanya ingin memiliki paras dan hartanya saja tidak dengan kekurangan yang ia punya, walaupun Fajar sangat percaya diri dan ia tidak memiliki kekurangan apapun pada dirinya.
Walaupun pria tersebut sangat playboy namun fajar merupakan sahabat yang selalu ada dan siap disaat sang sahabat membutuhkan dirinya, bahkan kerap kali alasan ia putus dengan para wanitanya karena ia lebih memilih menemani sahabatnya dibandingkan bersama para pacarnya, sungguh sahabat yang baik bukan?
"Kita sudah sampai tuan putriku," ucap Fajar sambil membukakan pintu mobil bagi Harsya sambil menundukkan bahu dan melipat sebelah tangannya di dada, bersikap layaknya seorang prajurit yang sedang menyambut nona mudanya keluar dari dalam kereta kuda."Terimakasih fajar," ujar Harsya sambil tersenyum geli, ia tak habis pikir kenapa sang sahabatnya itu selalu memperlakukan dirinya dengan sangat baik, ia mengingatkan dirinya terhadap seseorang yang sangat berarti didalam hidupnya."Apa sih yang enggak untuk tuan putriku ini." Ungkap Fajar sambil tersenyum nakal."Sudah bercandanya, berkah email yang tadi malam aku kirim udah kamu kerjakan?" Tanya Harsya kembali kemode serius."Email yang tadi malam nona kirim sudah saya pelajari dan berkas-berkas sudah siap, saya yakin projek kali ini akan berada ditangan kita." Jawab Fajar dengan mode serius pula karena ia tau Harsya sangat membenci bila sedang serius malah dibercandakan.Mungkin hal tersebut yang me
Seperti hari-hari lainnya, Harsya sibuk dengan semua tugas yang menumpuk dikantornya, mungkin bila kantornya hanya menjalani bisnis biasa sih tidak akan sesibuk itu.Perusahaan properti hanya sebagai kedok saja, sebenarnya bisnis keluarga Pradigta lebih dari semua itu.Bisnis didalam dunia kegelapan yang sangat kotor namun begitu menggiurkan, banyak musuh yang akan didapat namun banyak punya teman yang akan mendekatimu hanya untuk menjilat dirimu.Seperti keluarga Pradigta, mereka menjalankan bisnis menjual senjata api yang tidak diketahui orang biasa, mereka hanya menerima cliet orang-orang besar karena keluarga pradigta sangat angkuh dan sombong, mereka memiliki kualifikasi tersendiri untuk setiap client mereka namun setiap orang yang menjadi client mereka sangat puas jadi seangkuh apapun keluarga Pradigta, tetap saja didunia mafia keluarga itu sangat dihormati."Tumben jam segini pulang?" Tanya Fajar dengan wajah yang sangat terheran, bagaimana tidak t
Langit orange senja kini perlahan berganti menjadi kelam dengan perlahan, waktu pun sudah menunjukkan pukul 7 malam.Tak seperti biasanya, kini ruangan tamu keluarga Pradigta tak sesunyi biasanya padahal di hari-hari lainnya ruang tamu itu tak sama sekali dihunyi oleh seorang pun, mungkin ruang tamu tersebut hanya sebagai hiasan yang ada dirumah mewah tersebut."Meong..." Suara lirih seekor kucing pun akhirnya memecahkan keheningan yang ada di ruangan itu."Pussy sini," panggil Arora sambil menepuk-nepuk sofa kosong yang ada disebelahnya."Meong..." Jawab kucing kecil yang sedang Arora panggil tersebut sambil melangkahkan kaki mungilnya untuk segera pergi ketempat sang tuannya memanggil."Jangan dekat-dekat Bella terus ma! Ingat bulunya bisa buat asma kamu bangkit lagi Arora." Ujar Aldrich dengan tegas namun dengan nada yanb begitu lembut."Tapi kan hari ini mama baru megang Bella pa," protes Arora kepada Aldrich sambil mengerucutkan b
"nih minum dulu minumnya." Ujar Arora sambil meletakkan 2 gelas teh kedapan pasangan Angkasa tersebut. "Eh anak kamu yang cantik itu mana Ra? Kok gak keliatan dari tadi." Tanya Hanna sambil menyeruput pelan teh yang ada didepan matanya. "Tadi dia letakin Bella ke kamarnya, eh itu dia datang." "Malam om tante." Sapa Harsya dengan senyum tipis khas miliknya. "Oh ini toh anak kamu Ra, cantik ya bahkan lebih cantik ya pa daripada di foto." Ungkap Hanna sambil melirik kearah suaminya, Dharma Angkasa yang sedang menatap tajam kearah Aldrich sang musuh dan sebentar lagi akan menjadi besannya, kalo bukan karena urusan bisnis mungkin ia tidak akan mau berbesanan denga musuh abadinya tersebut. "Iya kamu cantik gak kayak-" "Kayak siapa? Jelas itu anak saya jadi pasti dia cantik, bapaknya aja ganteng kayak gini." Sela Aldrich dengan muka sewot. "Baru tau ada orang ganteng muji diri sendiri, cih." Desis Dharma tak mau mengalah. "Sud
"Jadi apakah Dana dan putri cantik papa bersedia akan perjodohan ini?" Tanya Adlrich dengan serius kepada dua anak muda itu. "Gak usah pakai ditanya segala, Dana kamu siapa kan?" Jawab Dharma sambil memandang tajam kearah sang putra. "Harsya setuju, apapun yang papa mama inginkan dari Harsya, Harsya siap lakuin apapun asal papa dan mama menginginkan itu semua." Ujar Harsya dengan ekspresi dingin. Arora hanya melihat sendu kearah sang putri, demi tuhan ia hanya ingin yang terbaik untuk putrinya, ia hanya ingin putrinya bahagia, tidak lebih. "Kami akan menjalani om." Ujar Dana dengan pasrah karena ia juga tidak bisa menolak apalagi wanita dingin yang ada dihadapannya sudah setuju jadi tidak ada lagi alasan baginya untuk menolak, sebenarnya ia sungguh kasihan dengan wanita cantik yang ada dihadapannya, wanita itu terlihat begitu kuat namun Dana sadar wanita itu hanya sedang menutupi semua kelemahan dan ketidakberdayaan dengan bersikap cuek terhadap sekit
"Lupa nyetrika muka ya buk." Goda Fajar melihat muka Harsya yang sangat kusut itu."Bisa diem gak!" Sahut Harsya dengan sinis."Jarang galak-galak buk entar saya jadi cinta loh," nampaknya Fajar sangat senang menggoda seorang Harsya."Keluar dari ruangan saya!" Harsya jengah dengan godain sang sahabat sekaligus sekretarisnya, Harsya hanya ingin istirahat namun nampaknya tak bisa."Kalo saya keluar entar ibuk kangen loh." Fajar begitu menikmati setiap ekspresi yang Harsya keluarkan."Fajar aku lagi cape, jadi jangan bercanda deh." Akhirnya Harsya menggunakan bahasa informal juga, berarti cara Fajar memancing Harsya itu berhasil."Ada masalah apa?" Fajar langsung mengambil posisi duduk didepan mejanya Harsya."Jadi tadi malam, mama papa ngenalin aku sama cowok dan nampaknya kami akan menikah dalam waktu cepat.""Degghh..." Ulu hati Fajar seketika berdenyut sakit."Kamu serius kan?" Ucap Fajar dengan senyum getir diwajahnya
Kini waktu telah menunjukkan pukul 1 siang dan sudah waktunya untuk makan siang dan Harsya pun terbangun dari tidur lelapnya, ia kembali memasang muka datarnya seperti tidak ada yang terjadi.Ia pun melihat sekeliling ruangan sangat rapi sepertinya Fajarlah yang telah merapikan ruang tersebut, Harsya pun langsung bangkit dari tidurnya dengan kepala yang sedikit pusing karena ia banyak menangis tadi di tambah tadi malam gadis itu tidak dapat memejamkan matanya sedetik pun.Setelah merapikan dirinya dikamar mandi, kini Harsya sudah kembali Fresh dan sepertinya tidak terjadi apapun terhadap gadis itu.Harsya menghapiri Fajar yang berada di depan ruangannya, Fajar nampak begitu sibuk dengan semua file-file yang ada di tangannya kanannya dan tangan kirinya pun asik mengetik, Fajar sangat terlihat tampan bila lelaki itu sedang serius seperti saat ini."Jar kita makan siang dulu yuk," Ajak Harsya kepada bawahannya sekaligus sahabatnya itu."Dikit lagi buk
"Pelan-pelan dong Sya makannya, sampe belepotan begini." Omel Fajar kepada Harsya yang sedang menikmati bebek bakarnya, ia tidak memperdulikan bibirnya yang celemotan karena bumbu bebek bakarnya."Enak tau!" Balas Harsya tanpa memperdulikan omelan lelaki yang ada dihadapannya itu baginya makan bebek bakar itu harus dinikmati dengan seksama tanpa adanya etika yang selama ini menuntut dirinya untuk tampil secara anggun di setiap situasi, hal itu sangat melelahkan baginya.Fajar yang tak tahan melihat bibir wanita didepannya kotor itu pun langsung mengambil tisu dan membantu Harsya membersihkan bibirnya dan Harsya pun tampak begitu biasanya saja dengan perlakuan yang Fajar berikan kepadanya, mungkin bila wanita lain yang diberlakukan seperti itu ia akan meleleh namun tidak dengan Harsya si gadis kutub."Aku gak bakal ngambil kok, jadi yang pelan ya makannya." Ujar Fajar dengan lembut mengusap rambut tebal milik Harsya, "Nih aku tambahin lagi." Lanjut Fajar sambil m