"Lu kenapa, Ta?" tanya Rio kaget melihatku menangis. Segera kuhapus air mata di pipi."Mata gue kena debu,Yo." Masih terus mencoba menyembunyikan kesakitanku."Lu kira gue buta, hah,""Gak, Yo,""Sini." Rio menarik tanganku paksa."Gue tau, lu ada masalah kan? cerita ma gue siapa yang dah bikin lu nangis?"Tak tertahan lagi, air mata terus keluar dari sudut netraku. Terisak aku sambil mencoba mengeluarkan kata-kata."Kenzo, Yo," jawabku."Dia kenapa?"Aku tak langsung menjawab tanyanya, air mata masih terus berkejaran. Sakit teramat sangat, aku."Tita, jawab!""Kenzo menghamili pelacur." Rio malah tertawa kencang, akupun berhenti menangis karena melihat dia tertawa seperti mengejekku."Tita ... Tita, gue kenal Kenzo itu sudah lama. Dia anti perempuan, makanya gue heran napa sama elu dia mau,""Maksud lu apa?""So sorry, maksudnya ya yang gue tau cuma sama lu doang dia sayang,""Napa lu belain dia, Rioooooooo ...," teriakku kencang."Berisik , Tita." Rio menutup mulutku dengan telapak
"Silahkan," pedagang ketoprak itu menaruh dua piring di atas meja panjang."Terima kasih, Mas," koor kami. "Duh mentang-mentang penganten baru, co cweet." Kang ketoprak ngakak. Aku menginjak kaki Rio di bawah meja dan berbisik, "Gegara elu, nih."Rio terkaget, dia malah ikutan ketawa. Ponselnya berbunyi, dia menatapku seperti minta izin untuk mengangkat telponnya. Aku mengangguk iya karena ku tahu Kenzo yang telpon, aku tak merespon pesan dan telpon dia maka dia hubungi Rio."Ya, Bos, gimana?"["Lu masih sama, Tita?"] kudengar suara Kenzo karena Rio sengaja mengeraskan suara yang diloudspeaker."Masih, lu mau ngomong?"["Yes, kasihin ke dia,"]"Apa, Ken? lu mau nyusul ke sini bareng Maya?" tanyaku sinis.["Sayaaang, please deh. Dia bukan siapa-siapa gue."]"Bulshit,"Klik, kututup percakapan itu. "Gak sopan, lu," cela Rio."Bodo,""Heh, tetap jadi orang baik meski orang jahat ke elu,""Dih, so bijak,""Lu yang ngajarin,Ta,"Aku terdiam, ya Allah salahkah aku?"Dah makan dulu, nanti
"Kenzooooooo,""Apasi, kan aku calon suamimu.""Ya gak gitu,""Dikit doang ah, pelit amat si,""Laporin umi, nih,""Dih, maen lapor. Dasar Childis,""Bodo,"Aku mencubit lengan Kenzo, dia bergeming. Lupa, dia ditonjok orang saja gak apa-apa."Ta,""Iya,""Nikah yuk!""Kamu yakin sama aku?""Jiakh, aku justru takut kamu nolak aku,""Maya?""Jangan bikin mood ambyar deh, Sayang.""Ya kamu bilang sama Ayah-ibu sana,""Serius, Sayang?"Aku mengangguk iya, apa ini tidak terlalu cepat? Dia serius padaku kulihat dari netranya yang indah. Kudengar ada notif pesan masuk di ponsel Kenzo, tapi dia tetap fokus menyetir mobilnya."Coba liat siapa yang chat?" kata Kenzo memberiku kepercayaan membuka pesan yang masuk."Serius, Yank?""Iya, Sayang."Gegas kuambil handphone Kenzo di atas dashboard. Hmm, dari no tak dikenal.Arti Sebuah RinduRindu itu sunyi ....Tak perlu ada bunyi.Cukup resapi di dalam hati.Berharap di pertemukan kembali.Tak perlu ada drama yang menghiasi hari-hari.Cukup saling m
"Maya?" tanyaku. Perempuan itu sinis mentapku, namun aku berusaha tetap tersenyum ramah padanya."Lu siapa?" balik tanyanya."Dia calon istri gue!" jawab Kenzo ketus."Saya Tita." Kuulurkan tangan padanya, dia tetap sinis dan enggan menerima. Aku masih tetap tersenyum."Lu kalo gak hargain Tita, pergi saja sana. Inget ya lu hanya perempuan murahan, beda jauh level lu dengan Tita," cerocos Kenzo, aku meraih tangannya lalu kugenggam, kugelengkan kepala memberi kode agar tidak dengan emosi."Gue cuma mau lu, Ken," rengek Maya."Bisa kita bicara berdua?" tanyaku menyela."Siapa sih lu, resein gue terus." Dia mendorongku kasar. "Maya," plak! Kenzo menamparnya dengan kesal. Kemudian membangunkan aku yang jatuh didorong Maya."Kenapa kamu sekasar itu?" "Diam lu, anjing!""Heh Bangsat, pelacur! Lu dah keterlaluan ya, dia calon istri gue, setan!" Kenzo menendang kaki Maya, lalu dia menggandengku paksa memasuki mobil."Kita pulang, Sayang." Aku tak habis pikir, ada apa dengan Maya. Mengapa d
Kulihat jam di ponselku pukul 19.03 wib. Kenzo belum datang juga ke sini. Nomor handphone nya tak aktif, kemana dia?"Bu, Kenzo belum ke sini?" tanyaku pada ibu yang menungguiku di rumah sakit. Beliau menggeleng, ummi menghampiri"Kenapa sayang? kangen ya? baru aja beberapa jam bukan beberapa hari loh," goda ummi. Aku dan ibu tersenyum. Mereka semua menunggui aku di rumah sakit, ayah dan Abi di mushola rumah sakit sedang solat isya. Ku coba menghubungi Rio dengan mengirim pesan.[Yo, lagi sama, Ken, gak?][Kenzo sama bang Kobra, lagi intimidasi orang suruhan Maya,][What's? susul dia suruh pulang.][Gak mungkin, Ta, lu diem aja istirahat. gosah mikir yang berat. Maya urusan kita,][Lu yakin, Kenzo, baik-baik saja?][Iya, Tita. Sudahlah lu istirahat sebentar lagi kita ke rumah sakit.][Iya,]***Menginjak pukul 23.00 wib Kenzo baru nyampe rumah sakit. Punggungku mulai terasa perih dan sakit yang teramat. "Keenn," panggilku merengek, kedua orang tuaku dan Kenzo sudah pulang. Saat ini h
Kenzo terlihat begitu tenang, dia diapit umi dan Abi. Rio ikut menyaksikan ritual sakral kami, bang kobra berjaga di depan pintu kamar rumah sakit."Sudah siap, Sayang?" tanya umi.Aku dan Kenzo mengangguk, kami malu-malu untuk saling tatap. Kenzo gagah dan ganteng memakai jas hitam itu."Mari, kita mulai," seru pak penghulu."Saya nikahkan engkau Kenzo Alfarizi bin H. Abdul Hafiz dengan Tita Shanum binti Muhammad Ali dengan maskawin emas seberat dua puluh gram,""Saya terima nikah dan kawinnya Tita Shanum binti Muhammad Ali dengan maskawin tersebut tunai,""Sah?""Sah ...,""Barakallah,""Alhamdulillah,"Resmi sudah aku menjadi istri dari seorang Kenzo. Ayah dan Ibu memelukku, begitupun umi dan Abi. Mereka sangat sayang padaku."Selamat ya, Ken, Ta,"kata Rio memberi selamat pada kami."Cepet nyusul lah, nak Rio," seru Abi diiyakan semuanya. Suasana rumah sakit begitu khidmat dan luar biasa bahagia. Masya Allah, hari ini aku menjadi seorang istri."Love you, my life." Kecup Kenzo mes
"Kita nikah ya,""Apasi ah, kamu berlebihan. Aku memang sayang kamu.""Aku tau, Sayang. Tapi aku baru dengar langsung pengakuan itu.""Issh, apa tadi kata umi sama Abi?""Mereka setuju banget aku segera nikahin kamu,""Serius?""Dua rius, Sayang,""Aaa ... makasih banyak," Kenzo memelukku meski hanya kepalaku yang dia peluk. Dia teramat bahagia mendapat restu dari kedua orang tuanya.Ponsel Kenzo berdering nyaring, "Aku angkat sebentar, ya," pamitnya, aku mengangguk."Ya, Bang," Ken membuka obrolan."Serius? langsung bergerak, Bang. Tetap jaga jarak, dan hubungi gue kalo ada yang lebih serius dari ini."Begitu yang kudengar, Kenzo bicara dengan bang Kobra mungkin. Tapi ada apa? apa sesuatu terjadi di rumah Kenzo?"Ada apa, Sayang?""Gak, bang kobra mengabarkan ada yang mencurigakan di rumah. Semoga saja tidak terjadi hal buruk pada keluarga kita," jawab Kenzo."Amin," ucapku."Kamu istirahat ya, sini aku temenin." Kenzo duduk di sampingku, dia terus saja mengusap lembut kepalaku. "G
"Ini jangan dibiarkan, Ken," ujar Rio saat mendengar ceritaku."Dia sungguh licik,""Bener banget, Ken, kita harus bertindak secepatnya.""Coba lu kontek bang Kobra," perintah Kenzo. Dengan sigap Rio langsung menghubungi bang Kobra.Aku hanya diam menyimak apa saja yang akan mereka lakukan, nasib menjadi pasangan seorang preman."Mereka hanya perempuan, kenapa kalian seperti menghadapi gengster yang menyeramkan," kataku heran dengan tingkah mereka."Tita, justru karena mereka perempuan, ""Maksudnya?""Perempuan itu pinter banget menipu daya," jawab Kenzo.Aku mengernyitkan dahiku."Wanita itu sungguh licin, susah gampang menghadapinya." Rio menambahkan sambil makan gorengan yang dibeli Kenzo."Maksud kalian apasi?""Sudahlah, Sayang, jangan terlalu dipikirin.""Hei, aku juga perempuan loh,""Iya tapi elu beda, kamu berpendidikan, punya attitude makanya gue ngefans sama lu," jawab Rio. Kenzo menatapku juga Rio. Pasti dia keceplosan."Sorry bos, Gue pan pernah satu pabrik ma dia.""Lu