Share

Kegilaan Jojo

Lelaki bermata sipit itu bergegas mengenakan pakaiannya saat melihat waktu sudah pukul sebelas malam. Erika yang sudah tertidur pulas, terbangun mendengar suara ikat pinggang Jojo terjatuh ke lantai. 

"Kamu, mau kemana, Honey?" tanya gadis itu. 

"Aku harus kembali ke rumah."

"Nggak nginep aja?"

"Tidak. Istriku bisa curiga. Aku pasti kembali."

Jojo meninggalkan kecupan pada kening Erika dan menghampiri ojek yang telah ia pesan melalui aplikasi online. Langkahnya sedikit terburu-buru dan ketika menemui supir ojek pun ia meminta untuk cepat mengantar. Tidak ingin Sari berpikir aneh atau curiga. 

Setibanya di rumah, wanita yang syah menjadi pendamping hidupnya itu sudah menanti. Dengan was-was tidak bisa memejamkan mata, duduk di pinggir ranjang. Ia yang mendengar suara motor berhenti di depan rumah segera berjalan menghampiri pintu keluar dan mengintip dari jendela. 

Ya, suaminya memasuki pagar. Segera Sari bukakan pintu. 

"Kok, malam banget, Mas?" tanya Sari. 

"Iya, aku lembur." Sari tak melanjutkan tanya. Ia hanya melirik ke arah jam dinding di ruang tamu yang menunjukkan pukul 11.20.

Tidak seperti biasanya saat Jojo lembur. Paling malam ia tiba di rumah pukul 10. Mengapa kini lewat dan tanpa memberi kabar. Khawatir terjadi pertengkaran karena Jojo tersinggung jika Sari banyak bertanya, wanita itu memilih diam dan menyiapkan pakaian tidur suaminya. Sementara Jojo membersihkan diri. 

Sari yang telah melihat keberadaan suaminya, kini bisa bernafas lega dan mencoba memejamkan mata. Tak lama, ia pun merasakan hangat tubuh Jojo yang sudah berada di sampingnya. Meninggalkan kecupan pada kening dan mulai berbaring, menyusul dalam mimpi. 

"Tidak ada alasan untuk curiga. Mungkin Mas Jojo benar-benar sedang sibuk," ucap Sari dalam hati. 

***

"Sayang, besok kita liburan, yuk?" ucap Jojo saat mereka sarapan. 

"Kemana, Mas?"

"Ada pulau bagus banget di daerah Sulawesi."

Sari menjawab dengan senyuman dan mendengarkan cerita Jojo tentang pulau yang dimaksud. Sekarang semua sudah kembali normal, Sari yakin itu. Sikap Jojo pun sudah berubah seperti awal pernikahan mereka. 

"Ya udah, aku berangkat kerja dulu. Kamu prepare ya, untuk besok. Karena kita akan berangkat selepas Solat Subuh."

Lelaki itu menghampiri istrinya yang mengangguk. Memberikan kecupan pada kening dan beranjak. Jojo sudah tidak mencium aroma anyir yang mengganggu hidungnya. Berarti benar, bau itu berasal dari Sari yang jorok, pikir Jojo. 

Hal ini membuat Jojo sedikit jijik dan tak habis pikir. Mengapa istrinya tidak bisa menjaga diri, dari aroma tak sedap seperti kemarin. Bahkan merias diri pun, kini sudah jarang. Padahal ia tahu ingin suaminya. Bagaimana Jojo betah di rumah dan tidak tergoda lagi dengan Erika. 

"Jangan-jangan percikan darah di lantai pun milik Sari yang mungkin menantiku pulang kerja di depan rumah?" tanya Jojo dalam hati. "Ah! Pantas saja dia memintaku untuk tidak berpikir aneh."

Jojo tiba di halte, sudah ada beberapa orang yang menanti bis jemputan juga. Sesaat mereka berbincang sebelum bis tiba. Ketika sudah di bis, pikiran Jojo kembali melayang. Teringat Erika, perbandingan antara gadis itu dengan istrinya pun terjadi lagi. Menggoda dan menonjolkan Erika adalah gadis yang paling sempurna dan sangat cocok dengannya. Bahkan bayang kenikmatan berhubungan badan semalam dengan Erika terus mengusik. 

Berbeda dengan biasanya, semalam Erika sangat luar biasa. Memberikan kepuasan yang belum pernah Jojo dapat sebelumnya. Apalagi dari Sari? 

"Bukan aku yang tak sadar melakukan perselingkuhan ini lagi. Akan tetapi, faktor perlakuan yang berbeda. Kenyamanan yang selalu bisa Erika pertahankan untuk aku selalu singgah dan merindu," ucap Jojo dalam hati. 

Ia tidak mau menyalahkan dirinya dalam perselingkuhan ini. Namun, menyalahkan Sari yang tak pandai merias diri, membuat Jojo tak nyaman. Bisikan gaib pun terus menuntun ia untuk membenarkan perbuatannya. 

***

"Erika, aku akan menikahimu," ucap Jojo. Gadis di sebelahnya yang sedang mengenakan pakaian itu menoleh. Tergagap, tidak percaya apa yang baru saja ia dengar. Jojo menghampiri dengan sebuah pelukan. "Tapi, kau harus bersabar."

"Ma-maksud kamu bersabar?"

"Kau pasti tahu maksudku. Sementara kita biarkan semua berjalan seperti biasa. Nanti aku pastikan akan bicara dengan Sari tentang hubungan kita."

Erika mengangguk. Semua rencana sudah di depan mata dan berhasil. Senyumnya mengembang, ia pun menuruti pinta Jojo untuk bersabar. Ya, sama seperti nasihat Emak. Gadis itu tak boleh gegabah. 

"Besok dua hari aku tidak bisa berkunjung. Aku pergi dengan Sari."

Ingin sekali Erika menampakkan wajah cemburu tetapi tidak boleh ia lakukan. Itu hanya akan membuat rencananya tak berjalan mulus. 

"Iya, kamu liburan saja dulu dengannya. Pasti dia masih sedih dengan kejadian yang baru diketahuinya," jawab Erika. 

Jojo pun lega mendengar jawaban kekasihnya. Lalu ia mengenakan pakaian dan berpamitan karena waktu sudah malam. Ia harus kembali pulang menemui Sari. 

***

Seusai melaksanakan kewajiban dua rakaat sepasang suami-istri itu bergegas memesan taksi online untuk menuju bandara. Sampai sekarang, Sari belum juga mengetahui kemana Jojo akan mengajaknya berlibur. Ia hanya menurut saja seperti biasa dan selalu yakin setiap tempat yang Jojo ajak pasti bagus untuk merilekskan diri. Mungkin ini adalah tujuan Jojo agar mereka kembali romantis dan melupakan kejadian menyakitkan kemarin, pikir Sari. 

Suara klakson mobil sudah terdengar dari depan rumah, Sari bergegas membukakan pintu, sementara Jojo mengangkat barang bawaan ke dalam mobil. Mereka pun segera beranjak. Mengingat perjalanan ke bandara Balikpapan dari rumah memakan waktu kurang lebih 1,5-2 jam. 

Jojo merangkul tubuh istrinya yang terasa dingin saat di dalam mobil. Sesekali jemarinya pun meremas tangan Sari agar sedikit hangat. Sementara wanita berbibir tipis itu, merebahkan kepalanya pada bahu Jojo. 

"Sebenarnya kita mau kemana, Mas?" Jojo tersenyum tipis seraya mencium kening istrinya. 

"Kejutan. Pokoknya tempat yang indah banget."

"Kamu sudah pernah ke sana?"

"Belum. Dengar dari teman yang asli orang Bugis saja. Terus aku browsing." Jojo melihat ke arah arloji, pukul 04.50. "Kamu kalau masih ngantuk tidur aja dulu, perjalanan masih 2 jam kurang lebih."

"Hmmm… udah nggak ngantuk. Nanti saja. Kalau perjalanan pesawatnya berapa lama, Mas?"

"Sebentar doang, cuma sekitar 30 menit. Lalu kita nyebrang pulau naik kapal sekitar 15-20 menit. Baru deh sampai ke tempat yang keren banget."

"Jadi, nggak sabar menuju tempat itu," ucap Sari. Wajahnya berseri dan hati wanita itu penuh harap. Bahwa kali ini suaminya benar-benar bertobat. Meninggalkan Erika dan menjadikan ia wanita satu-satunya. 

Perjalanan panjang telah mereka tempuh. Hingga pemandangan menakjubkan telah tiba di depan mata. Perahu yang membawa mereka hampir tiba di dermaga Pulau Karampuang. Salah satu destinasi alam ciptaan Tuhan yang luar biasa, berada di Kota Mamuju, Sulawesi Barat. 

Tak henti Sari mengucap syukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan. Kebahagiaan mereka sangat terlihat. Terbayar sudah lelah perjalanan panjang yang mereka tempuh dan rasa sakit yang sebelumnya mengguncang hubungan mereka. Kini, mereka telah tiba di tempat tujuan. Seorang pemandu wisata yang telah di hubungi Jojo dan menjemput di Bandara Tampa Padang Mamuju, membawakan tas kedua tamunya hingga ke sebuah rumah untuk tempat bermalam. 

Penginapan sederhana yang berada di bibir pantai, menampilkan khas Pulau Karampuang. Rumah panggung berdinding anyaman bambu dengan pemandangan menakjubkan. Mereka dapat memandang laut lepas dari teras kamar. Sari yang terpukau, segera menghampiri teras, berdiam di sana. Merasakan angin laut yang berbisik. Sementara Jojo yang sudah menaruh barang-barang, mendekati istrinya. Memeluk dengan mesra wanita itu dari belakang dan meninggalkan kecupan di leher Sari. 

"Suka?" bisik Jojo. 

"Banget. Keren, Mas."

Sesaat keduanya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuh sambil memandang laut. Jojo pun yang baru kali pertama kesini sangat menyukai pemandangan Pulau Karampuang. Ia berpikir, suatu hari akan membawa Erika kesitu juga. 

"Makan, yuk? Laper…," ucap Jojo. Mereka pun bergegas berjalan ke pinggir pantai, tempat para pedagang menjajakan jualannya. 

Pandangan Sari membaca satu persatu tulisan di setiap warung. Mencari menu yang menggoda. Langkahnya berhenti di depan warung yang menampilkan gambar dengan tulisan Bau Piapi. Seperti gambar ikan yang dimasak dengan kuah berwarna kuning. 

"Bau Piapi?" ucap Sari. 

"Cobain, yuk, Ndok? Kayanya enak," sambung Jojo yang mengetahui pandangan istrinya. Mereka pun masuk ke dalam warung itu. 

"Bu, pesan Bau Piapi, ya?" Seorang ibu muda yang melayani segera mencatat pesanan mereka. "Bau Piapi itu makanan khas Mamuju, ya, Bu?" lanjut Jojo. 

"Iya, benar, Kak. Ikan yang diolah dengan rempah-rempah. Mungkin mau coba Sambusa juga, Kak? Makanan ini sangat populer di kalangan wisatawan."

"Sambusa? Itu apalagi, Bu?" tanya Sari. Pelayanan itu menunjukkan sebuah gambar yang berada di buku menu. 

"Ini, Kak. Isinya ikan giling." Sebuah gambar berbentuk segitiga seperti gorengan yang ditunjuk oleh pelayan itu. 

"Oke, itu mau juga."

"Minumnya, Kak?"

"Es lemon tea aja, dua."

Bersambung….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status