Share

Kejutan Untuk Sari

Rumah masih tampak sepi, Jojo baru saja selesai membersihkan diri setelah bekerja seharian. Ia duduk di pinggir ranjang. Mengecek beberapa pesan masuk. Embusan napas kencang keluar dari hidungnya, merasa lega. Tidak ada satu pun pesan dari Erika atau Femi yang menandakan gadis itu baik-baik saja, pasti. 

Pikiran Jojo melayang. Ia masih tak menemukan jawaban atas sikapnya kemarin yang telah tega menduakan Sari. Perasaan bersalah pun terus mengusik. Hingga jemarinya mulai menghapus jejak tentang hubungan terlarang. Dimulai dari percakapan pesan, panggilan, struk booking hotel dan lain-lain. 

Jojo terlelap dalam tidur setelah menyelesaikan semua. Kurangnya beristirahat membuat ia begitu cepat pulas malam ini. 

Sementara Erika bersama beberapa temannya, asik menghamburkan uang pemberian Jojo di sebuah diskotik. Beberapa minuman alkohol terbaik di tempat itu pun tak lepas dari pesanannya. Gaya hidup bebas kembali ia alami dan melupakan permasalahan dengan Jojo sejenak. Sebelum, kejutan besar yang akan ia berikan kepada pasangan itu. 

"Jadi, ini selametan apa, Ka?" tanya seorang teman Erika. Erika mengangkat gelas yang berisi minuman memabukan. 

"Ayo, bersulang dulu. Merayakan kehancuran hubungan Jojo dengan istrinya. Sebentar lagi, gue akan buat Jojo benar-benar menjadi ATM berjalan." Tawa Erika meledak, membuat semua teman-temannya pun ikut tergelak-gelak. P

***

[Mas, aku baru mau berangkat ke bandara.]

Sari mengirimkan pesan singkat ke Jojo. Lalu ia segera berangkat diantar oleh kedua orang tuanya. Sementara Jojo baru membalas pesan beberapa menit kemudian, saat waktu jam kerjanya telah berakhir. 

[Iya, Sayang. Sampai ketemu di bandara. Aku baru mau berangkat juga.]

Gegas lelaki berkulit putih itu mengganti pakaian dan menuju bandara menggunakan bis. Sepanjang perjalanan, rasa bersalah Jojo pun semakin kuat. Ia merasa tak kuasa menahan malu dan kesedihan. Tak bisa dibayangkan juga, bagaimana jika Sari mengetahui hubungan gelapnya dengan Erika? 

Sungguh, ia sangat menyesal dan tidak bisa berbuat apa-apa. Selain pasrah dan berdoa. Semoga Tuhan masih melindunginya, menutup aib besar ini. 

Jojo tiba di bandara lebih awal dari Sari. Ia telah meninggalkan pesan kepada istrinya bahwa telah menanti di luar. Lima belas menit berlalu, pesan Jojo baru masuk ke gawai Sari. Wanita itu pun tak sabar ingin segera keluar dan memeluk lelaki halalnya. 

[Aku sudah sampai. Lagi nunggu koper, Mas.]

[Oke. Aku tunggu di depan pintu keluar.]

Beberapa menit kemudian, Sari pun datang dengan mendorong troli yang berisi koper. Matanya mencari dengan saksama dari orang-orang yang berdiri di depan pintu keluar. Sementara Jojo dengan mudah mengenalinya dari kejauhan. Lelaki itu menarik kertas ke atas mengarahkan ke Sari yang sedang celingukan. 

Wanita berkerudung itu menutup mulutnya, malu. Setelah menyadari lelakinya adalah orang yang tertutup oleh kertas bertuliskan "Selamat Datang, Sari, Istriku, Tercinta." Pipinya merona. 

Jojo mengintip reaksi wajah istrinya itu dan segera menampilkan wajah sambil tersenyum lebar. Langkahnya mendekati dan memeluk tanpa malu di muka umum. Melepaskan rindu dan rasa bersalah.

"Mas, malu. Ih, udah," bisik Sari. 

"Kenapa? Orang sudah halal, kok. Di film-film 'kan begini."

"Iya, tetap saja. Budaya kita juga di dunia nyata nggak gini-gini amat."

Jojo tersenyum dan melepaskan pelukan. Menatap wanita itu penuh rindu. Lalu mereka berjalan lagi mencari taksi dan Jojo menggantikan Sari membawakan troli. 

***

Setibanya di rumah, Jojo melanjutkan pelukan. Tak henti melepas wanita itu dan menghujani dengan kecupan di kening, berpindah ke pipi hingga leher. Sari hanya bisa tertawa geli dengan kelakuan suaminya. 

"Aduh, ampun, Mas. Aku belum bersih-bersih badan lho."

"Biar saja." Jojo menghentikan sesaat dan melanjutkan lagi. 

"Ih, geli."

Mereka pun larut dalam kebahagiaan sepasang suami-istri yang saling cinta tanpa adanya bantuan ilmu hitam. Cinta tulus, yang semula mereka rasakan sebelum Erika menebar pelet. Namun, apakah semua akan berjalan sesuai kehendak Jojo? Bahagia bersama Sari, menjalani kehidupan normal dan melupakan Erika. 

Jojo memeluk tubuh wanita di depannya yang sudah terlelap dari belakang. Hingga waktu larut datang, ia enggan melepaskan pelukan itu. Hatinya terus mengucap kata maaf dalam hati dengan bibir yang tak henti mengecup kepala Sari. 

"Apapun akan aku lakukan untuk mengembalikan keutuhan hubungan kita, Sar," ucap Jojo dalam hati. "Aku janji."

Kini ia tidak bisa menahan kantuk lagi, masih tersisa waktu tiga jam untuk menjemput mimpi dan mengistirahatkan tubuh yang lelah. Jojo pun terlelap dalam pelukan istrinya. 

***

"Mas, bangun," bisik Sari. 

Lelaki bermata sipit itu mengerjapkan mata. Menatap wanita di sebelahnya yang berbisik. Lalu, tangannya mulai memeluk lagi hingga membuat Sari tertawa. 

"Hei, ayo, bangun. Kita mandi dulu. Hari ini kamu kerja 'kan?"

"Hmmm… rasanya mau di rumah saja."

"Nanti sepulang kerja bisa kita lanjutkan bermesraannya. Ayo, semangat kerja."

"Oke. Eh, aku tidak salah dengar, ada yang mengajak mandi bareng?" Sari tersenyum manis, segera beranjak dari ranjang menuju toilet sambil menggoda Jojo yang masih berbaring. 

Jojo semakin senang melihat Sari yang perlahan telah menuruti inginnya. Wanita itu berusaha bagaimana cara membahagiakan suaminya. Namun, apa yang Jojo lakukan di belakangnya? 

Lagi, Jojo terbayang rasa bersalah. Ia memeluk Sari yang sudah membasahkan diri dengan air pancuran. Tanpa Sari ketahui, air mata Jojo pun sudah sama derasnya dengan air yang membasahi tubuh mereka. Seolah rasa takut ketahuan mencabik tubuh Jojo. 

***

Tiga minggu berlalu, sepasang suami-istri itu masih merasakan kebahagiaan layaknya hubungan romantis pasangan muda lainnya. Bahkan setiap akhir pekan, mereka menghabiskan waktu berlibur ke tempat-tempat wisata. Meluangkan waktu untuk bersenang-senang, membuang penat. 

"Aduh, ini malam jumat, tapi aku malah lembur, Ndok."

"Ya sudah, sih. Toh, kita malam apapun bisa, Mas."

Keduanya tertawa. Jojo mencium kening Sari dan berpamitan berangkat kerja. 

"Jadi, kamu pulang jam berapa, Mas?"

"Kemungkinan jam sepuluh. Tuhkan, khawatir." Jojo yang sudah melangkah keluar rumah, masuk lagi. Memeluk Sari. "Kamu kalau capek, istirahat duluan saja, ya?"

"Iya, Mas. Sudah sana, berangkat."

Sari menanti di depan pintu hingga Jojo beranjak dari sana dan tak terlihat lagi punggungnya yang berjalan ke halte--tempat menunggu bisa jemputan dari kantor. Ia pun masuk dan membereskan rumah. 

Wanita berbibir tipis itu berencana, hari ini akan mempersiapkan keperluan untuk melamar kerja. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, ia mulai menulis nama PT di amplop coklat yang sudah terisi dokumen syarat-syarat melamar kerja. Beberapa hari lalu, teman Jojo menginfokan ada lowongan kerja bagian keuangan di sebuah perusahaan pertambangan, yang tak jauh dari kantor Jojo. 

Tentu, Sari dengan semangat menyiapkan semuanya hari ini dan akan ia kirimkan siang melalui kantor pos. 

"Permisi, paket." Terdengar suara seorang lelaki dari luar. Sari bergegas menghampiri sumber suara. Seorang lelaki yang duduk di atas motor menanyakan alamat.

"Iya, benar, Mas. Paket untuk siapa?" tanya Sari. 

"Untuk Ibu Sari."

"Iya, saya sendiri." Lelaki itu pun memberikan kotak yang terbungkus oleh plastik berwarna hitam. "Dari siapa, Mas?"

"Orangnya berpesan tidak ingin memberi informasi nama karena ini kejutan."

Sari tersenyum. Ia yakin pasti itu dari Jojo. Siapa lagi kalau bukan suaminya yang melakukan kejutan. Sari pun segera masuk ke dalam rumah setelah menerima paketnya. Tak sabar membuka dan melihat isi dari kejutan. Apa yang Jojo kirimkan di siang hari, tanyanya dalam hati. 

Sari duduk di sebuah sofa ruang tamu. Tangannya yang sudah siap dengan gunting mulai memotong plastik yang terdapat selotip. Perlahan ia membuka, ternyata dalamnya sebuah kotak kecil berwarna merah muda. 

Senyumnya kembali mengembang. Tidak membayangkan kejutan apa lagi kali ini yang ia dapat? Setiap akhir pekan Jojo sudah memberikan kejutan dengan mengunjungi tempat-tempat indah. Meninggalkan jejak romantis di sana. Bahkan hadiah-hadiah kecil sering ia dapatkan dari lelaki bermata sipit itu. Lalu, kali ini apalagi? 

"Ah… selalu bisa saja membuatku tertawa. Hmmm… apa, ya, kira-kira isinya? Jika dilihat dari bentuk kotaknya, apa mungkin ini sebuah perhiasan lagi?" ucap Sari. Perlahan, ia membuka penutup kotak dan mengintip isi di dalamnya yang tampak gelap. 

Namun, betapa terkejutnya Sari. Belum sempat ia membuka keseluruhan penutup kotak itu, ada sesuatu yang mendorong keras kotak dan melompat keluar. Hingga membuat Sari berteriak dan tidak sengaja menjatuhkan kotak. Matanya terbelalak menatap kodok yang kini telah melompat menjauh dan mencari jalan keluar. 

Sementara wanita berkerudung itu, masih tidak percaya. Siapa yang mengirim kodok ke rumahnya dan apa maksud dari paket ini? 

Bersambung….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status