Share

Kesempatan Kedua

Buntu. Jojo tidak bisa berpikir jernih. Pesan yang dikirim ke Erika pun tidak kunjung ada balasan. Kenapa wanita ini? Ia kembali mengirim pesan ke Erika, mencaci wanita itu. Menyalahkan semua kepadanya. Satupun pesan dari Jojo tidak direspon, hanya tawa Erika yang semakin geli membaca pesan-pesan itu. 

Jojo putus asa, meninggalkan gawainya begitu saja di meja ruang tamu. Ia berjalan menghampiri Sari yang berada di kamar. Namun, pintu terkunci. Ia mengetuk pintu dan memanggil nama istrinya. Beberapa kali tidak ada jawaban, sunyi. 

"Sar… tolong buka. Ayo, kita bicarakan." Rayu Jojo mengiba. 

"Apa lagi, Mas? Kebohongan lagi?" teriak Sari. 

"Sar, kita sudah dewasa. Ayo, kita bicarakan. Jangan seperti ini."

"Dewasa? Bukankah dia yang tidak dewasa. Masih saja melakukan kesalahan seperti anak-anak," gumam Sari. 

"Sar, beri aku kesempatan untuk menjelaskan. Aku salah. Iya, aku salah. Ayolah, buka dulu."

Sari bangkit dari ranjang dan membuka pintu kamar. Lalu ia duduk di tepi ranjang. Sementara Jojo mengikuti dan duduk di lantai, tepat di depan kaki Sari. Ia menggenggam tangan Sari dan menciumnya. Menumpahkan air mata penyesalan. Memohon kata maaf berulang. 

"Aku akan jelaskan. Terserah kamu mau percaya atau tidak. Aku… tidak tahu kenapa semua bisa terjadi. Berjalan tanpa sadar. Tapi, setelah aku sadar, segera aku mengakhiri hubungan dengannya."

Sari menggeleng tidak percaya. Alasan yang tidak masuk akal. Apa mungkin hubungan jauh mereka berjalan tanpa Jojo sadari? Bagaimana bisa, mereka melakukan aktivitas tanpa sadar? 

"Berapa lama hubungan kalian setelah pernikahan kita? Apa kamu tidak pernah putus dengannya selama ini?"

Jojo menggeleng, tidak percaya dengan dugaan Sari. Ia menghela napas panjang dan siap menceritakan semua. 

"Aku putus, sungguh. Tapi, setelah honeymoon dan aku kembali kesini, kita ketemu lagi. Maafin aku." Sari membulatkan matanya. 

"Kamu yang nemuin?" Jojo mengangguk. 

"Dia berusaha bunuh diri, Sar. Aku cuma mau minta maaf dan mencoba bangkitkan semangatnya lagi. Sudah, itu saja. Setelahnya entah apa yang terjadi, semua terasa aneh. Aku… nggak ingat, Sar."

"Mana mungkin kamu tidak mengingatnya? Apa kamu hilang ingatan? Tolong, jujur dan kasih jawaban yang logis."

"Sar, jujur, sungguh. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Cuma yang aku ingat, ya, aku melakukan kesalahan besar. Selingkuh. Semua diluar kendali dan terasa seperti mimpi. Please, percaya sama aku."

Omong kosong apa yang sedang Jojo katakan? Rasa percaya yang dulu mudah Sari berikan, kini sulit. Pengkhianatan untuk yang kedua kali, apa boleh dimaafkan? Alasan apa yang akan Sari gunakan untuk mempertahankan hubungan rumah tangga dengan Jojo? 

Air matanya membasahi pipi. Namun, wanita itu menggunakan kedua tangannya untuk menghapus jejak kesedihan yang sangat terlihat. Tak mau terlihat bodoh apalagi gampangan, ia mencoba tegar. 

"Oke. Beri aku alasan yang kuat agar hubungan kita tetap berjalan," ucap Sari. 

"Apa?"

"Itu yang harus kamu pikirkan, caranya dengan apa."

Sari bangkit dari duduk dan meninggalkan Jojo yang masih terdiam di lantai. 

***

Jojo menempuh perjalanan dengan motor menemui Erika di kafe tempatnya gadis itu bekerja. Ia berjanji pada Sari akan menyelesaikan semua dan bisa merekam percakapan mereka saat bertemu sebagai bukti. Maka Sari pun berjanji akan mempertimbangkan kesalahan suaminya lagi. 

Ruang kafe tampak remang dan cukup padat pengunjung. Wajar saja karena ini akhir pekan. Jojo duduk di sebuah bangku sambil mencari keberadaan Erika. Tangannya mengacung, memanggil seorang pelayan. 

"Silakan menunya, Kak," sapa seorang pelayan. 

"Mbak, saya mau ketemu Erika. Apa dia ada?"

"Erika? Ada."

"Bisa tolong dipanggilkan dan ini saya pesan kopi cappucino satu, ya?"

Pelayan tersebut pun kembali ke belakang, menyiapkan pesanan dan menemui Erika. Gadis itu sudah mau pulang karena waktu kerjanya telah selesai. Ia baru saja mengganti seragam dan ingin bergegas dari tempat itu. 

"Ka, dicariin," ucap pelayan yang dititipkan pesan. 

"Siapa?"

"Cowok. Mau ketemu katanya."

"Oke, makasih." Senyum gadis itu mengembang. Ia tahu siapa lelaki yang datang mencarinya. 

Erika mengintip dari kejauhan, mencari keberadaan orang yang mencarinya. Tebakannya benar, tentu saja lelaki itu adalah Jojo. Segera ia menggunakan parfumnya dan menghampiri Jojo. 

Erika duduk di depan Jojo. Lelaki itu menatapnya tanpa berkedip. Ia sudah menyalakan sebuah rekaman suara pada gawai dan diletakkan di meja. Erika mengibaskan rambutnya ke belakang dengan tatapan mata yang terlempar jauh ke sekitar. Hanya sesekali memandang Jojo dengan senyum sengit. 

"Mau apalagi, ya, kesini?"

"Aku yang harusnya bertanya. Apa maksud kamu mengganggu hubunganku lagi?"

Erika tersenyum, kini tatapan matanya beralih ke Jojo. Mereka saling terpaku. 

"Tidak, Jo. Kita sudah usai. Seperti yang kau katakan melalui pesan. Tidak ada keberanian menemuiku dan mengakhiri semuanya secara langsung."

Denyut jantung Jojo bergetar hebat kala tatapan mereka tak lepas. Mengapa wajah Erika sangat cantik hari ini, membuatnya semakin gila dan tidak bisa berhenti mencintainya. Terlebih aroma parfum yang menyeruak. Padahal gadis itu duduk di depannya tetapi parfum yang dikenakan tercium jelas. Seolah kini tubuh Erika tengah memeluknya erat. 

Jojo mengalihkan pandangan. Mengerjapkan mata berulang dan membuang napas dalam. Ia merasakan ada magnet yang mendorong untuk menyatakan perasaannya saat ini. Namun, sekuat tenaga pikirannya menolak. 

"Oke. Aku tidak tahu tujuanmu apa tapi berharap kamu tidak lagi mengirim benda-benda aneh ke rumahku. Jauhi aku dan istriku. Aku pun berdoa semoga kau mendapatkan kehidupan yang lebih baik." 

Jojo menenggak kopinya. Lalu bergegas dari hadapan Erika tanpa pamit. Gadis itu hanya tersenyum sengit, menyadari kegelisahan Jojo yang tertahan. 

"Yap, pergilah, Jo. Pergi untuk kembali. Aku yakin karena hafal betul wajahmu yang tengah menahan rindu," gumam Erika. Ia membiarkan Jojo berlalu. 

Namun, sesekali Jojo menoleh ke arah Erika. Hal yang lagi-lagi tidak dapat ia tolak. Seolah ada magnet yang sedang menariknya. Mata tak kuasa, hanya ingin menatap gadis itu lagi. Seperti tarikan kuat yang meminta untuk tetap menatap Erika. Memuji kecantikannya yang jelas sangat jauh dibandingkan Sari. Entah. 

Setibanya di motor, Jojo bisa bernapas lega karena sudah tidak tampak Erika sejauh mata memandang. Ia mengusap wajahnya. Lalu mengendarai roda dua itu dan kembali pulang. Rekaman berakhirnya hubungan mereka pun sudah didapatkan. 

Meski hatinya tak henti mempertanyakan penampilan Erika yang sangat memukau. Membuat ia tidak bisa dengan mudah melepas gadis itu. Bisikan perselingkuhan pun menggiring untuk melakukan hal bodoh lagi. 

"Tidak, Erika. Tidak!" gumam Jojo. 

***

Sementara Sari di rumah menanti dengan was-was. Apakah kali ini suaminya benar akan membuktikan hubungan dengan Erika berakhir. Suara motor Jojo sudah berada di teras rumah. Sari meremas kedua tangannya penuh cemas. Bagaimana jika Jojo tidak bisa membuktikan hubungan mereka berakhir? Apa pernikahan  mereka yang harus diakhiri? 

"Ndok," sapa Jojo. Ia berjalan menghampiri Sari dan duduk di sebelahnya. Lalu mengeluarkan gawai dan memutar percakapan yang terjadi sejak Jojo tiba di kafe. 

[Ndok, aku akan buktikan. Kamu bisa dengar, ini aku baru sampai kafe. Suaranya bising. Aku masuk dulu. Rekaman pun tidak akan aku matikan.]

Sengaja semua Jojo rekam sejak awal tiba agar Sari percaya, tidak berpikiran bahwa itu hanya sebuah kejadian yang dimanipulasi. Semua percakapan jelas, tidak ada kejadian yang meninggalkan kecurigaan. Jojo berhasil membuat Sari percaya.

Kini tangis bahagia keduanya pecah, mereka pun larut dalam pelukan. Berulang Jojo mengucap kata maaf dan terima kasih. Lalu, ia kembali berjanji tidak akan menyakiti kekasih halalnya lagi. 

"Aku janji, Sar…," bisik Jojo. 

Sari yang tidak mau keluarga besarnya bersedih jika rumah tangga yang baru ia jalani beberapa bulan sudah hancur, tentu kembali menerima maaf itu dan memegang janji Jojo. Ia hanya bisa berharap dan berdoa semoga Tuhan melindungi hubungan mereka. Jangan sampai bercerai. Bukankah Tuhan tidak melarang perceraian tetapi membenci orang yang bercerai? 

Sebuah kalimat yang Sari pegang teguh. Ia tidak mau mengecewakan keluarga besarnya dan keluarga Jojo juga. Melupakan sakit hati yang menerpa dan memilih bungkam untuk menutup aib suami tercinta. 

Bersambung….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status