Share

Perubahan Wajah Sari

Selama seharian, Jojo tak henti memikirkan Erika. Bayang wajah gadis itu mengusik terus. Senyumnya menggoda, seolah membuat Jojo tak tahan ingin memeluk. Bau parfum, masih terasa melekat di hidung. Hingga Jojo merasakan hadir Erika setiap detik harinya. 

Ia tak paham, meski sudah berusaha menepis semua tetapi Erika sangat nyata dalam pikirannya. Bahkan tawanya sesekali terdengar, suara lembut Erika pun selalu berbisik kata cinta. Apa yang terjadi? Apa ini kejadian lagi seperti kemarin saat dia berusaha melepas Erika. Akan tetapi, kali ini rasanya lebih ada tarikan yang memperkuat.

Tatapan Jojo kosong, mengedarkan pandangan ke jendela bis yang menampilkan hutan dengan pepohonan di sepanjang perjalanan. Bahkan suara bising dari teman-teman yang sedang mengobrol selama perjalanan pulang tidak dapat ia dengar. Hanya ada suara Erika yang mengatakan cinta berulang. Hingga membuat bulu kuduknya berdiri karena embusan napas gadis itu sangat terasa di leher. 

"Jo!" teriak Roni. Temannya itu ternyata sejak tadi mengajak bicara tetapi Jojo sama sekali tidak mendengar. Ia yang baru tersadar karena disentuh dan diteriaki, tersentak. Mengerjapkan mata dan mengalihkan pandangan ke Roni. 

"Hah? Kenapa, Ron?"

"Kau sejak tadi aku ajak bicara tidak ada jawaban. Kamu baik-baik saja?"

"Hah? Iya, Ron. Maaf. Aku sedang merasa lelah. Jadi sangat ngantuk. Gimana, tadi kau bicara apa?"

"Ya, aku ingin menanyakan perihal pengajuan rumah dinas setelah menikah."

"Oh, itu… kau bisa ajukan setelah memiliki buku nikah. Buat surat, minta saja ke asisten Pak Galih salinan contoh suratnya. Terus melampirkan photocopy buku nikah."

"Jadi, setelah menikah harus menunggu dulu, ya? Aku pikir setelah menikah bisa langsung ngeboyong istri kesini."

"Iya, paling 10-14 hari kerja baru mendapat kabar. Itu pun jika sudah ada rumah yang ready, Ron."

"Kau kemarin menanti berapa lama?"

"Ya, hampir dua minggu. Istriku nggak sabar, akhirnya kasih kejutan kesini. Kebetulan menginap di Balikpapan dan aku juga sedang dinas di sana. Ya sudah menunggu di hotel sementara. Setelah itu, baru kami pindah ke rumah dinas."

"Kau menginap di hotel apa saat di Balikpapan?"

Roni yang penasaran dan ingin meyakinkan sekali lagi, benar atau tidak orang yang dimaksud Ambar adalah Jojo. Namun, Jojo terdiam. Ia curiga dengan tanya Roni. Mengapa temannya itu tiba-tiba ingin tahu nama hotel tempat menginap saat di Balikpapan. 

"Lupa, namanya, Ron. Karena kantor yang mengurus nama hotelnya. Kenapa?"

"Iya, tidak apa. Siapa tahu bagus untuk honeymoon," jawab Roni beralasan. 

"Yah, kau ini. Masa honeymoon ke Balikpapan. Masih di pulau yang sama juga. Ke pulau lain gitu, biar fresh."

"Benar juga, kau. Baiklah nanti akan aku cari tempat yang romantis."

"Oke, Ron. Aku duluan ya, sudah mau sampai."

"Oke. Terima kasih infonya, Jo. Salam untuk istrimu." Jojo hanya menarik bibirnya, meninggalkan senyum dan berlalu dari hadapan Roni menuju pintu keluar. 

Sesaat Jojo duduk di halte tempatnya turun. Ia memutuskan untuk menyesap benda bernikotin sebentar. Memulihkan pikiran yang mulai terasa kacau. Apa ada yang salah? Tanyanya berulang. 

Setengah batang berlalu, belum juga ia menemukan jawaban sebab dirinya tak bisa lepas dari memikirkan Erika. Tak lama gadis yang ada dalam pikirannya itu berdiri tepat di depannya. Membuat Jojo mengucek mata berulang. Apa wanita yang ia lihat nyata?

Matanya memandang dari ujung rambut gadis itu, hingga ke kaki yang terlihat sangat nyata dan menyentuh tanah. Tidak mungkin khayalan atau hantu. Bahkan kini gadis itu tersenyum dan duduk di sebelah kanannya. Mengambil alih batang nikotin yang terapit jari tengah dan telunjuk Jojo. Ia pun menyesap benda itu dan mengepulkan asap ke udara. 

"Kamu baru pulang?" tanya Erika. Jojo yang masih belum percaya, terdiam. Menatap gadis itu tak henti tanpa berkedip. Membuat gadis pemilik tubuh seksi terpingkal, melihat wajah Jojo yang menurutnya sangat lucu. 

Erika kembali menghisap rokok dan meniupkan asapnya tepat ke wajah Jojo. Tawa kecil pun keluar dari bibirnya. Kembali menertawakan wajah terkejut yang menatap tanpa berkedip tiba-tiba memejamkan mata sambil mengibaskan tangannya ke depan muka. Mencoba menghilangkan kepulan asap. 

"Jo? Kamu baik-baik saja? Hmmm atau kamu sedang berpikir aku hantu?" Lagi, Erika terbahak-bahak. 

"Kenapa kamu bisa disini?"

"Loh? Memang kenapa? Ini 'kan memang jalan pulangku dari kafe. Apa kamu lupa?"  Erika menoleh lagi ke Jojo. Lelaki itu kembali menatapnya tanpa mengedipkan mata. "Aku tadi lihat kamu duduk disini, ya sudah, aku turun dari bis. Hanya ingin tahu kabarmu. Mengapa sangat murung? Ada yang bisa aku bantu?"

"Erika… aku sudah bilang jangan ganggu aku lagi. Aku sudah berkeluarga."

"Haduh… kau ini kaku sekali, Jo." Erika menghisap batang nikotin itu lagi, lalu memberikan ke Jojo dan ia berdiri. "Baiklah. Maaf mengganggu lamunanmu. Aku pergi, ya? Tapi, jika kau butuh teman curhat, aku masih menerima obrolan. Hubungi aku saja, oke?"

Erika berlalu, menghentikan sebuah bis yang baru saja lewat dari seberang jalan. Ia pun menyebrang dan menaikinya. Tanpa menoleh. Namun, saat di dalam bis, ia tersenyum menatap Jojo sambil melambaikan tangan. 

"Rasakan, Jo. Aku pastikan kau tidak akan bisa tidur malam ini," ucap Erika dalam hati. 

Sementara Jojo segera mematikan rokok yang Erika kembalikan. Ia buang ke tanah dan menginjaknya. Lalu, berjalan kaki memasuki komplek perumahan, menuju rumah dinas. 

Sepanjang perjalanan bayang wajah Erika menemani. Seolah gadis itu sungguh tidak pergi, masih ada di sampingnya. Jojo menoleh ke belakang. Berpikir Erika mengikutinya karena bau parfum gadis itu sungguh melekat. Hingga Jojo mengusap hidung berulang. Menyalahkan penciuman mungkin ada yang salah dengan hidungnya. 

***

Sari berusaha bersikap normal, menstabilkan hati yang hancur berkeping-keping. Ia menyambut suaminya seperti biasa tanpa mengingat apa yang dilakukan Jojo selama ini. Kini, wanita itu sibuk menyiapkan makan malam. Setelah siap, mereka pun mulai menyantap makanan itu.

Namun, ada yang aneh. Jojo merasakan masakan Sari hari ini tidak seenak biasanya. Apa istrinya itu sengaja, atau jangan-jangan Sari menaruh racun di makanan untuk membunuhnya? Pikiran buruk pun merasuk, menerka-nerka. Wajah sang istri hari ini pun terlihat muram, tanpa senyum, dan lusuh. Seperti wanita tua. Ada apa dengan Sari? 

Jojo menghentikan makan malamnya dan segera menenggak air putih. Ia berdehem, menyaksikan Sari yang sangat lahap menyantap makanan. Apa rasa makanan mereka berbeda? 

"Kok, nggak dihabiskan, Mas?" tanya Sari. 

"Aku tadi siang makannya kebanyakan jadi sekarang udah kenyang."

"Oh… hmmm Mas, tadi aku buka email dan ada panggilan kerja dari tempat yang kemarin."

"Oh, ya? Kapan jadwal interviewnya?"

"Lusa. Jam delapan pagi."

"Yah, aku nggak bisa antar kamu."

"Nggak apa, Mas. Aku bisa naik ojek online."

"Oke kalau gitu. Semoga diterima, jadi kamu ada kegiatan. Biar wajah kamu juga lebih fresh gitu," ucap Jojo. 

"Apa wajahku belakangan terlihat kusam, Mas?"

"Eh, bukan gitu maksud aku. Hmmm ya, maksud aku biar kamu ada kegiatan jadi bisa bergaul dan nggak gampang stres. Secara kamu itu wanita tegar yang baru saja dikhianati sama suami sendiri berulang. Maafkan, aku, Sayang."

"Iya, sudah. Jangan dibahas lagi. Aku juga nggak mau masalah ini sampai ke telinga keluarga kita."

"Ndok, aku boleh tanya?" Sari mengangguk. "Apa yang membuat kamu kembali memaafkan dan mau menutup aib aku di depan keluarga besar kita?"

"Sudah pernah aku katakan, Mas. Aku ini istri kamu yang seharusnya menjadi pakaianmu, begitu pun kamu. Kita harus saling menutupi. Bukankah seperti itu tugas sepasang suami-istri?"

Jawaban Sari Membuat Jojo terharu. Namun, lama-kelamaan Jojo menjadi geli dengan wajah Sari. Entah mengapa, hari ini wajah istrinya tampak sangat buruk tidak seperti biasanya. Apa karena ia tidak merias diri? 

Bersambung….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status