Share

Bab 7

Aku segera berlari menuju kekamar Riris, pintu di tutup tapi langsung saja kudorong. Mas Sodikin terperanjat. Riris berada dipojokan kamar sedangkan Mas Sodikin ditepi ranjang dengan telanjang dada.

"Mas! Apa yang kamu lakukan pada Riris!" tanyaku dengan mata nyalang menatap padanya benci.

Dengan santai tanpa dosa Mas Sodikin justru tersenyum kecil.

"Oh... Hanya mau minta kerokan aja, Sah! Tapi kayanya Riris ngga bisa. Bagaimana kalau kamu saja? Badanku meriang!" dia mendekat kearahku. Aku makin mundur. Riris yang ketakutan berlari menuju kearahku.

"Ibu Riris takut!" pekiknya memeluk pinggangku.

"Takut kenapa, Ris!" Mas Sodikin seolah ingin membela diri.

"Takut, Bu! Riris takut sama Pakde. Dia... Dia.... " Riris sepertinya sangat takut untuk menyebutkan sesuatu.

"Takut apa, Ris? Katakan ada Ibu disini!"

"Pakde... Pakde... Memaksa menciumi Riris, Bu. Ririskan geli!" dengan gemetar Riris mengatakannya.

"Kamu, Mas!" hardikku menatap tajam pada laki-laki yang tengah masih berdiri gagah tak jauh dariku.

"Jangan coba-coba kamu sentuh anakku, Mas. Otak mesummu itu aku tau dan sangat tahu. Janganlah jadi pedofil kalau tak mau aku masukan kepenjara!"

"Hahha... " Mas Sodikin tertawa lepas,"lebay kamu, Sah! Baik kalau dengan Riris aku dibilang pedofil bagaimana kalau dengan kamu saja!" langkah kaki Mas Sodikin mulai dekat. Aku makin memeluk erat Riris yang memejamkan mata ketakutan.

"Sudah lama aku begitu mendambakan bisa tidur denganmu, Sah. Sepertinya kamu wanita yang luar biasa kalau diatas ranjang."Mas Sodikin memegang daguku. Kutepis dengan kasar.

"Jangan coba-coba sentuh aku ataupun Riris, Mas! Kalau tak mau aku adukan pada Mbak Ratih!" aku mencoba mengancamnya.

"Kamu pikir aku takut!" kali ini Mas Sodikin makin berani bahkan menatapku nyalang. Riris makin ketakutan hingga bersembunyi dibelakangku.

Dengan sekali tarik, Mas Sodikin berhasil memisahkan aku dan Riris.

"Diam kamu disitu!" bentaknya pada Riris. Riris ketakutan dan memilih berada dipojok dekat pintu sedangkan tubuhku terhempas pada dipan kecil milik Riris.

Segera aku beranjak namun ternyata Mas Sodikin lebih cepat untuk menerkamku lebih dulu. Aku tak menyerah sekuat tenaga aku memberontak hingga aku punya kesempatan untuk menendang sel@ngkangannya. Dia mengaduh, kesempatanku untuk kabur.

Aku meraih tangan Riris yang masih ketakutan dan membuka pintu secepat kilat. Namun ternyata didepan pintu Mbak Ratih berdiri.

"Apa yang kalian lakukan! Kamu...! Mas Sodikin!" Mbak Ratih terlihat kalap. Dia melongok kekamar melihat keberadaan suaminya.

"Jelasin, Sah! Jelasin Mas! Apa ini?" Mbak Ratih menatapku nyalang.

Aku hanya bergeming, memeluk Riris dalam tangis. Aku berharap Mbak Ratih terima kenyataan bahwa suaminya itu tukang mesum bahkan mau menjadi pedofil keponakannya sendiri.

"Dia, Mah! Dia yang mengodaku. Dia bilang kurang enak badan dan minta dipijitin. Katanya Azmi nggak perhatian padahal dia kecapaian membuat pesanan yang lumayan banyak. Papah hanya membantunya memijit tapi lama-lama dia.... " Mas Sodikin mengarang cerita sedemikian rupa. Seolah dia korban dari semua ini. Aku sendiri terperanjat kaget. Bagaimana bisa dia membalikan fakta?

Aku menggeleng kepala cepat, "Tidak! Tidak seperti itu, Mbak. Semua bohong, dia memutar balikan fakta!" aku menudingnya.

"Diam kamu, Sah! Aku ngga nyangka ya. Kamu tega menggoda laki-laki iparmu sendiri. Atau memang... " dia manatapku tajam, "kelakuanmu dari dulu seperti itu. Suka menggoda laki-laki dan tak puas dengan satu laki-laki."

"Tidak, Mbak. Semua tidak seperti itu. Aku dan Riris disini korban. Tolong percayalah sama aku!"

"Cukup! Aku tak percaya sama kamu. Setelah kamu punya anak saja ayahnya ngga tahu. Mana mungkin aku percaya wanita sepertimu! Cukup, aku lebih percaya dengan suamiku. Lihatlah, akan aku adukan semua perbuatanmu pada Azmi. Biar dia menceraikanmu! Wanita jalanan yang gatal!" Mbak Ratih berkata sambil berapi-api. Kemudian menarik tangan suaminya untuk pergi dari sana. Kulihat Mas Sodikin tertawa senang, Karena telah merasa menang.

~~~

"Aisyah!" panggil Mas Azmi saat aku tengah berada dikamar Riris setelah peristiwa tadi. Riris merasa ketakutan hingga dia ingin ditemani sampai tertidur.

Aku segera beranjak, menuju dimana Mas Azmi berada. Ternyata mereka tengah berada diruang tamu lengkap dengan Ibu Mertua, Mbak Ratih juga Mas Sodikin. Raut Mas Azmi tak bersahabat. Aku yakin dia telah mengadu tentang apa yang baru saja terjadi.

"Apa Benar yang dikatakan Mbak Ratih, Sah!" tanya Mas Azmi penuh selidik.

Aku mengeleng cepat, "Tidak, Mas. Semua yang dikatakan Mas Sodikin itu memutar balikan fakta. Dia akan memperkosa Riris dan aku memergokinya!"

"Halah... Jangan ngarang kamu! Mana ada seperti itu! Kamu yang mulai mengodaku, dengan menyuruh Riris memanggilku untuk pergi kekamar Riris." Mas Sodikin berkelit.

"Iya, Az! Pasti istri kamu yang kegatelan dan menyuruh anak haramnya untuk ikut menjalankan aksinya. Lihatlah dia, bisa-bisanya punya anak tanpa Ayah. Kalau perempuan baik-baik mana mungkin?!" Kali ini Mbak Ratih yang bersuara.

"Siapa bilang Riris anak haram!" kali ini aku geram dengan ucapan mereka, yang selalu menyebut Riris anak haram.

"Kalau bukan anak haram, sekarang bilang siapa ayah dari Riris. Biar kami tahu dan bisa bertanya apakah kalian menikah atau hanya kumpul kebo!" Mbak Ratih meluap-luap.

"Riris... Riris adalah... Riris adalah.... " aku terbata untuk mengungkapkannya.

"Riris bukan anak kandungku!" akhirnya kata itu keluar juga dari mulutku. Seketika raut wajah mereka kaget.

===???===

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status